Estimasi dari HIS Energy menyatakan bahwa dalam setahun terakhir ini, biaya produksi untuk proyek-proyek minyak serpih klasik telah lebih murah dari 70 USD per barel menjadi 57 USD per barel. Proyek minyak serpih di pantai dari ConocoPhillips AS bahkan telah turun menjadi 40 USD per barel.
Selain itu, analis juga percaya bahwa meskipun harga minyak yang rendah akan menimbulkan riak melalui industri minyak serpih domestik AS, tapi efek dari promosi ekonomi AS secara bertahap mulai muncul ke permukaan.
Harga minyak yang rendah mempunyai sisi baik dan buruk bagi AS. Satu sisi jelas menghambat pengembangan energi baru, seperti gas serpih (shale gas). Tetapi AS adalah pengimpor minyak, bukan pengekspor minyak, mereka mengimpor sejumlah besar minyak. Sehingga jika harga minyak rendah secara keseluruhan masih akan mendapatkan keuntungan dari keadaan ini.
Jadi untuk satu pos atau departemen ini masih mengalami kerugian, tetapi masih ada pos-pos (departemen) industri lain AS yang membawa keuntungan. Seperti hanya 1% pos yang mengalami kerugian, tetapi ada 99% pos yang menguntungkan. Jadi secara keseluruhan, negara ini masih mendapat untung. Secara strategis masih menguntungkan.
Secara ekonomis bagi AS, pendapatan masih lebih besar dari biaya pengeluaran. Jadi sementara ini AS belum memberi tanggapan, masih optimistis tentang penurunan harga minyak.
Sudah sejak lama, hak untuk menentukan harga minyak belum berada di tangan negara-negara pengahsil minyak, sebagian besar harga minyak telah ditentukan oleh harga perdagangan minyak berjangka. Tidak hanya karena faktor investasi uang, ada juga faktor spekulasi, dan banyak diwarnai pertimbangan politik dan strategis.
Jadi dibalik “teori konspirasi” harga minyak jatuh tampaknya adalah geopolitik. Tapi banyak juga yang pertanyakan apakah masih ada alasan lain?
Pada 12 Januari 2016, ketika perdagangan dibuka, harga minyak internasional turun dibawah 30 USD per barel, ini menandai rekor baru harga terendah selama 12 tahun.
James Hughes, seorang analis pasar dari Inggris mengatakan : “Saya tidak malu mengatakan bahwa saya memberitahu bahwa setiap kali harga minyak turun 10 USD sejak sekitar 70 USD, saya pikir itu sudah akan yang paling rendah, dan saya kira orang luar juga berpikir sama. Saya tidak dapat membayangkan turunnya harga seperti demikian jauh, dan akan lebih rendah lagi. Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga.”
Ada isu-isu geopolitik, masalah investasi keuangan, dan permintaan. Tapi faktor penentu terbesar dalam jangka panjang adalah permintaan. Tidak perduli seberapa baik kesempatan investasi, jika tidak ada permintaan yang datang memesan, semua yang kita investasikan akan sia-sia.
Pada saat yang sama, faktor geopolitik tampaknya penting, tetapi pada akhirnya, perubahan permintaan akan menjadi alasan memperburuk konflik geopolitik.