Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Latar Belakang AS “Mengendorkan” Tekanan Terhadap Iran (3)

7 Februari 2016   19:52 Diperbarui: 7 Februari 2016   21:16 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghadapi situasi kacau ini, pemerintahan Obama tidak saja menolak mengirim pasukan darat untuk melawan “ISIS,” juga tidak coba berusaha untuk menjembati kesengjangan antara berbagai negara  ini. Melainkan alih-alih bertindak jauh-jauh untuk melakukan deteren militer di Laut Tiongkok Selatan.

Ada analis yang berpandangan strategi baru AS di Timteng terkait dengan Laut Tiongkok Selatan. Banyak analis yang mengetahui AS mempunyai strategi untuk menyeimbangkan kawasan Asia-Pasifik. Dan dapat merujuk strategi Timteng baru Obama sebagai strategi untuk menyeimbangkan Timteng.

Jika kita membandingkan mereka, kita akan menemukan perbedaan antara dua strategi ini. Yang satu strategi untuk melarikan diri dari gejolak Timteng yang mereka “ciptakan,” dan yang lainnya mungkin dapat juga disebut sebagai strategi untuk menciptakan kekacauan di Asia-Pasifik.

Maka tidak heran Panglima TNI Jendral. Gatot Nurmanto pernah mengatakan tentang bahaya perang proxy yang mungkin saja bisa terjadi di negara kita, jika kita tidak mewaspadainya. Menurutnya, latar belakang konflik masa kini telah berubah dari perebutan engergi tak terbarukan (minyak) menjadi perebutan pangan, air, dan energi hayati. Sementara, lokasi konflik kini bergeser dari garis ekuator, dimana banyak terdapat kekayaan hayati di dunia. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di daerah ekuator dengan kekayaan alam yang melimpah, tentu akan menjadin sasaran utama perebutan bangsa asing di masa yang akan datang. Ini menjadi ancaman nyata bagi Indonesia.

Bisakah  AS membawa perdamaian di kedua kawasan ini?

Setelah kapal perusak AS pembawa rudal USS Lassen berlayar 12 miit laut dari terumbu karang Tiongkok pada tanggal 27 Oktober 2015, pada 8 & 9 Nopember 2015, AS mengirim dua pesawat pembom strategis B-52 yang memiliki kapasitas muatan terbesar di dunia untuk terbang dekat ke terumbu karang tersebut.

Panglima Komando Pasifik AS (The Commander of the US Pacific Command /USPACOM) menyatakan bahwa penerbangan itu akan terjadi secara teratur setiap bulan.

Sebelumnya pada tahun 2012, di Hotel Shangri-la Dialogue di Singapura, Menhan AS, Leon Panetta mengumumkan bahwa sebelum tahun 2020 AS akan mengerahkan 60% kapal perangnya ke pesisir kawasan Samudra Pasifik.

Berdasarkan laporan terbaru, rencana AS untuk menggelar sekitar 10 kapal induk ke Asia-Pasifik sebelum tahun 2020.

Pada tahun 2013, pengganti Panetta, Menhan AS, Chuck Hagel mengumumkan bahwa 60% AU-AS akan dikerahkan di Asia-Pasifik. Hari ini, AS telah mengerahkan semua kapal perang canggih dan pesawatnya di Guam, Jepang dan Singapura.

Banyak pihak yang mempertanyakan, mengapa strategi militer AS begitu ingin “lepas’ dari Timteng dan mengerahkan lebih banyak pasukan di Asia-Pasifik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun