Obama mengatakan : “Saya pikir sah saja ada kritik dari apa yang saya lakukan, dan pemerintah yang telah kami lakukan dalam arti bahwa kita tidak secara teratur jelaskan semua pekerjaaan yang telah kami lakukan selama lebih dari setahun, sekarang kita sedang mengalahkan ISIS.”
Peristiwa serangan teroris Paris dan krisis pengungsi Eropa secara signifikan menjadi pukulan ke negara-negara Eropa. Anggota Uni Eropa seperti Prancis, Inggris dan Jerman semua telah benar-benar melancarkan serangan militer terhadap pasukan “ISIS” di Timteng.
Dalam situasi demikian, AS juga telah meningkatkan kekuatan serangannya. Hal lain adanya Rusia yang telah membuat prestasi luar biasa di wilayah tersebut. Masyarakat internasional telah mengeritik AS yang telah setahun lebih melakukan serangan, tetapi tidak bisa melakukan seperti apa yang dilakukan Rusia dalam sebulan.
Jadi untuk masalah kehormatan, AS ingin menang untuk lebih dihormati kembali di kawasan tersebut, sehingga harus meningkatkan kekuatan serangannya.
Pada 14 Desemebr 2015, Obama mengatakan dalam pidatonya bahwa kekuatan serangan AS dan sekutunya terhadap “ISIS” adalah yang “terbesar dalam sejarah.” Dalam beberapa pekan terakhir, kita telah melepaskan gelombang baru serangan pada garis hidup mereka, infrastruktur minyak, menghancurkan ratusan truk tanki mereka, sumur dan kilang minyak mereka, kita akan terus menghantam mereka.”
Obama juga mengatakan: “Selama kita memukul tepat dan menyakitkan mereka, “ISIS” tidak akan dapat menimbulkan masalah di tempat-tempat lain di dunia.”
Pada 15 Desember, 2015, juru bicara Dephan AS mengatakan bahwa pada bulan Desember , serangan koalisi internasional pimpinan AS telah membunuh 10 pimpinan “ISIS”, termasuk pimpinan yang bertanggung jawab dalam rencana serangan teroris Paris, Charaffe al Moundan. Orang ini yang langsung berhubungan dengan perencanaan serangan teroris Paris.
Prancis telah mengirim kapal induk Charles de Gaulle ke perairan luar Syria untuk mengambil bagian dalam memerangi “ISIS.” Dengan kapal induk ini memungkinkan bagi Prancis untuk menggunakan tiga kali lipat jumlah jet tempur untuk memerangi “ISIS” daripada sebelumnya.
Pada malam 2 Desember 2015, Parlemen Inggris resmi memberi mandat pemerintah untuk melakukan serangan udara terhadap “ISIS” di Sryia. Dalam hitungan beberapa jam AU-Inggris mulai menjatuhkan bom presisi yang terpandu (precision guided bombs).
Pada 4 Desember 2015, Bundestag Jerman (Parlemen Jerman) memberi suara mayoritas untuk meluluskan rencana operasi bagi pemerintah untuk bergabung dengan serangan udara terhadap “ISIS” di Sryia. Jerman mengirim 5 jet Typhoon pesawat pengintai, kapal fregat, pesawat tanker dan 1.200 tentara untuk mengambil bagian dalam serangan terhadap “ISIS.”