Ramadi adalah ibukota Kegubernuran (Provinsi) Al Anbar di Irak, terletak sekitar 110 km sebelah barat dari Bagdad ibukota Irak. Menjadi dalam darat yang penting dari Bagdad menuju barat ke Syria dan Yordania. Dari zaman kuno sampai hari ini daerah ini telah menjadi daerah penting militer yang selalu diperebutkan.
Pada 28 Desember 2015, militer Irak mengibarkan bendera nasional Irak di depan gedung pemerintah Ramadi. Kota ini telah lepas selama setengah tahun dari tangan pemerintah Irak dikuasai “ISIS”.
Pada hari yang sama, PM Irak, Haider al-Abadi dalam pidatonya di TV Nasional Irak mengatakan : langkah berikutnya Irak akan meebut kembali kota strategis penting Mosul di Irak utara dari tangan ekstrimis, Irak akan benar-benar memberantas semua kelompok ekstrimis dalam negaeri di tahun 2016.
Lebih lanjut Heider mengatakan: “Tahun 2016 akan menjadi tahun kemenangan penting dan kemenangan akhir kita. Kelompok “ISIS” tidak akan ada lagi di Irak tahun depan (2016).”
Dengan kerjasama dari serangan militer Rusia baru-baru ini, militer Syria telah memperoleh kemenangan dalam pertempuran dengan gugus pasukan oposisi di Kegubernuran Aleppo, kegubernuran Latakia dan daerah sekitar Damaskus.
Selain itu, AU-Rusia juga telah memotong banyak jalur teroris untuk melakukan perdagangan ilegal minyak Syria.
Pada 26 Desember 2015, berkoordinasi dengan AU-“Koalisi Internasional” pimpinan AS, militan Kurdi Syria dengan beberapa pasukan oposisi Syria berhasil merebut kembali bendungan di Sungai Efrat dari kelompok-kelompok ektrimis, sehingga memotong jalur suplai utama kelompok ekstrimis antara al-Raqqah dengan Aleppo.
Jika dilihat enam bulan sebelumnya, medan perang kontraterorisme di Irak dan Syria keadaanya berbeda sama sekali.
Pada 15 Mei 2015, militan kelompok ekstrimis mengedarai truk pick-up penuh bahan peledak melakukan serangan bom bunuh diri dalam upaya nekad merebut Ramadi, sehingga militer Irak kewalahan dan mundur diserang dengan cara demikian.
Sejak September 2014, koalisi anti-terorisme yang dipimpin AS telah melakukan lebih dari 7.000 kali serangan udara di wilayah ini, tetapi efeknya sangat kurang memuaskan. Dukungan pasukan oposisi perintah Syria yang mendapat dukungan AS juga hanya memberi pengaruh sangat kecil. Sementara kelompok teroris “ISIS” tetap saja terus tumbuh.
Selama enam bulan lalu, di medan perang Irak, sekitar 80% wilayah Kegubernuran Al Anbar telah diduduki kelompok-kelompok ekstrimis. Dan hampir setengah wilayah Syria dikebdalikan oleh kelompok-kelompok ekstrimis.
Namun baru-baru ini, “Jane Defense Weekly” tanggal 21 Desember 2015, merilis laporan yang menunjukkan pada periode Januari sampai pertengahan Desember 2105, daerah wilayah yang dikuasai kelompok-kelompok ekstrimis telah berkurang dari 90.800 km2 turun menjadi 78.000 km2, terjadi penurunan total 12.800 km2, jadi menyusut sekitar 14%.
Dari peta yang dirilis “Jane Defense Weekly”, kita dapat melihat perubahan di kawasan ini yang dikendalikan kelompok-kelompok ekstrimis. Daerah abu-abu gelap pada peta yang dikuasai kelompok-kelompok ekstrimis.
Area merah adalah area yang sudah lepas dari ekstrimis pada tahun 2015, terutama di daerah perbatasan Turki-Syria dan utara Bagdad-Irak. Ada beberapa daerah strategis penting di daerah-daerah, termasuk kota penting Tell Abyad di perbatasan Syria, kota Tikrik dan kilang minyak Baiji.
Pada 19 Desember 2015, Barack Obama mengatakan pada konferensi pers akhir tahun bahwa “ISIS” kelompok-kelompok ekstrimis akan dikalahkan. Obama mengatakan : “Kita akan mengalahkan ‘ISIS’. Mereka akan jadi pelarian. Sekarang mereka akan terus menjadi yang membahayakan.”
Apa yang menjadi penyebab situasi kontra terorisme di Irak dan Syria terjadi perubahan besar seperti ini?
Menurut laporan dari “Deuthsche Welle” pada 28 Desember 2015, militer Rusia mengumumkan bahwa militer Syria telah benar-benar menang di semua lini dalam pertempuran sengit melawan “ISIS.”
Pada saat yang sama, militer Irak telah mencapai kemenangan besar terhadap “ISIS” dengan direbut kembali Ramadi. PM Irak Heider al-Abadi berjanji semua pasukan “ISIS” akan dibersihkan dari Irak sebelum akhir tahun 2016.
Kita melihat hanya dalam enam bulan, nasib Irak dan Syria berubah. Tapi apa yang membuat bingun banyak orang, “ISIS” masih tetap kelompok ekstrimis yang sama, dan koalisi anti-terorisme pinpinan AS masih terdiri dari negara-negara yang sama, namun bagaimana tiba-tiba keadaan berubah dari yang tadinya tidak efektif dalam “sekejap” berubah menjadi sangat efektif?
Pada 30 September 2105, AU-Rusia mulai melakukan serangan udara terhadap “ISIS” di Syria. Begitu Rusia mendapat persetujuan hanya dalam sehari sudah meninggalkan prestasi AS menjadi debu.
Putin mengatakan, “Saat ini, ada kegiatan teroris internasional di perbatasan Syria dan negara-negara lain, satu-satunya metode yang benar untuk menyerang terorisme internasional adalah dengan serangan pre-emptive (serang dan lumpuhkan lebih dulu). Tindakan Rusia mengejutkan dunia.”
Seperti kita ketahui di medan perang Syria, meskipun “aliansi kontra-‘ISIS” sudah melakukan serangan lebih dari satu tahun, selama itu hanya melakukan 9.000 kali serangan. Sedang Rusia dalam waktu tiga bulan telah melakukan 5.000 kali serangan sampai akhir Nopember 2015.
Kita tahu Rusia benar-benar memerangi terorisme. Dan memusatkan kekuatannya untuk itu, dan Bashar al-Assad bekerjasama di darat, sehingga membuat prestasi yang luar biasa dalam memerangi terorisme.
Pada saat yang sama, AS mengorbankan 10 orang tewas, Tapi dengan masih adanya serangan teroris Paris ini menunjukkan tindakan AS selama ini tidak efektif.
Banyak analis yang melihat koalisi anti-teroris pempinan AS dalam satu tahun terkahir ini tidak mencapai hasil yang sama dengan Rusia, karena usahanya tidak penuh dan hanya setengah-setengah bahkan dapat dikatakan kurang.
AS memerangi kelompok-kelompok ekstrimis Timteng dengan kebijakan dengan tidak memobilisasi pasukan darat. Selain itu AS punya kepentingan untuk menggulingkan pemerintah al-Assad jauh lebih besar dibandingkan dengan untuk memerangi kelompok-kelompok ekstrimis, dan bahkan telah menggunakan tangan orang lain untuk melakukan itu.
Dalam hal ini telah menggunakan berbagai kekuatan oposisi Syria yang baik dan buruk, untuk menggulingkan pemerintah al-Assad. Akibatnya pikiran AS mendua dalam melawan kelompok ekstrimis.
( Bersmabung..... )
Sumber : Media Tulisan dan TV Luar dan Dalam Negeri
http://www.nytimes.com/2015/12/29/world/middleeast/iraq-ramadi-isis.html?_r=0
http://www.nytimes.com/2015/12/29/world/middleeast/iraq-ramadi-isis.html
http://eng.mil.ru/en/news_page/country/more.htm?id=12066682@egNews
http://www.economiematin.fr/news-etat-islamique-argent-ressources-daesh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H