Putin mengatakan, “Saat ini, ada kegiatan teroris internasional di perbatasan Syria dan negara-negara lain, satu-satunya metode yang benar untuk menyerang terorisme internasional adalah dengan serangan pre-emptive (serang dan lumpuhkan lebih dulu). Tindakan Rusia mengejutkan dunia.”
Seperti kita ketahui di medan perang Syria, meskipun “aliansi kontra-‘ISIS” sudah melakukan serangan lebih dari satu tahun, selama itu hanya melakukan 9.000 kali serangan. Sedang Rusia dalam waktu tiga bulan telah melakukan 5.000 kali serangan sampai akhir Nopember 2015.
Kita tahu Rusia benar-benar memerangi terorisme. Dan memusatkan kekuatannya untuk itu, dan Bashar al-Assad bekerjasama di darat, sehingga membuat prestasi yang luar biasa dalam memerangi terorisme.
Pada saat yang sama, AS mengorbankan 10 orang tewas, Tapi dengan masih adanya serangan teroris Paris ini menunjukkan tindakan AS selama ini tidak efektif.
Banyak analis yang melihat koalisi anti-teroris pempinan AS dalam satu tahun terkahir ini tidak mencapai hasil yang sama dengan Rusia, karena usahanya tidak penuh dan hanya setengah-setengah bahkan dapat dikatakan kurang.
AS memerangi kelompok-kelompok ekstrimis Timteng dengan kebijakan dengan tidak memobilisasi pasukan darat. Selain itu AS punya kepentingan untuk menggulingkan pemerintah al-Assad jauh lebih besar dibandingkan dengan untuk memerangi kelompok-kelompok ekstrimis, dan bahkan telah menggunakan tangan orang lain untuk melakukan itu.
Dalam hal ini telah menggunakan berbagai kekuatan oposisi Syria yang baik dan buruk, untuk menggulingkan pemerintah al-Assad. Akibatnya pikiran AS mendua dalam melawan kelompok ekstrimis.
( Bersmabung..... )
Sumber : Media Tulisan dan TV Luar dan Dalam Negeri
http://www.nytimes.com/2015/12/29/world/middleeast/iraq-ramadi-isis.html?_r=0