Satu hal yang perlu diketahui tentang al-Assad di Syria, Alawi harus bersatu untuk bertahan hidup di negara-negara dengan mayoritas Sunni selama bertahun-tahun. Jadi dia memiliki tradisi unifikasi. Karenanya faksi ini relatif lebih mampu, lebih bersatu, dan tidak memiliki pemimpin, jadi setiap orang membela untuk dirinya.
Menurut analis ini adalah alasan pertama mengapa mereka masih ada. Juga penduduk setempat berpikir bahwa al-Assad selama ini baik-baik saja sebagai pempimpin, dan seorang yang cukup moderat, dan menangani hal-hal dengan baik. Tapi sikapnya cukup tegas.
Bashar al-Assad memiliki beberapa kartu ditangannya. Dia akan memainkan secara bertahap di masa depan. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Jika warga Syria akan melakukan pemilu, tidak ada alasan bagi al-Assad akan meninggalkan arena politik Syria, karena dua tahun lalu, selama “Musim Semi Arab” , ditekan oleh revolusi demokratik ini, dia merevisi konstitusi untuk memungkinkan faksi oposisi untuk mengambil bagian dalam pemilu, tapi al-Assad memenangkannya.
Tapi pertama-tama, lingkup yang ikut pemilu terbatas, karena ada begitu banyak orang Syria di pengasingan di luar Syria, sehingga pemilu ini tidak mendapat pengakuan internasional, terutama tidak diakui oleh negara-negara yang menentang Syria seperti AS, negara-negara Eropa dan Arab Saudi.
Tapi pemilu berikutnya akan besar-besaran dan semua orang akan setuju untuk pemilu yang diatur PBB. Mungkin pemilihan yang disertai dengan resolusi yang sesuai dengan Dewan Keamanan PBB yang akan menjadi faktor kunci.
Mengapa Partai Ba’ath yang memerintah Syria mampu mengendalikan Syria untuk suatu waktu yang lama, tidak lain karena adanya hubungan yang baik dengan kelas menengah Sunni.
Pada 24 Desember 2015, Deputi PM dan Menlu Syria, Walid Muallem selama kunjungannya ke Beijing mengatakan bahwa Syria telah membuat persiapan untuk beridalog dengan oposisi yang diselenggarakan PBB, jika oposisi mengkonfirmasi daftar tamu mereka, delegasi Syria akan melakukan perjalanan ke Jenewa untuk begabung dalam pembicaraan
Namun, penasehat politik dan media Presiden Syria, Bouthina Shaaban selama wawancara dengan TV al-Maydeen -Lebanon, pada 23 Desember 2015, mengatakan akan sangat sulit untuk mengadakan pemilu pada bulan Januari 2016, karena pertama harus mengindentifikasi oposisi yang bisa mengambil bagian dalam pembicaraan damai.
Sebelumnya, koordinator umum oposisi Syria untuk organisasi pembicaraan perdamaian Riyap Hijab, di Riyadh mengatakan bahwa oposisi sudah siap untuk memulai negosiasi pada Januari 2016, dan akan membahas rincian dan prosedur negosiasi dengan Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Syria.