Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Putin vs Erdogan- Keras vs Keras & Permainan Geopolitik Kekuatan Utama (3)

4 Januari 2016   09:47 Diperbarui: 4 Januari 2016   09:47 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasang Surut Hubungan Rusia-Turki

Setelah P.D. I, kedua Kekaisaran Rusia dan Turki berakhir, mereka lahir kembli dari abu menjadi Turki dan Rusia yang keduanya memasuki masa revolusi satu demi satu.

Pada bulan Desember 1925, bekas Uni Soviet dan Turki menandatangani “Pakta Non Agresi dan Persahabatan antara Turki dan Uni Soviet.” Dan hubungan mereka memasuki “fase bulan madu” selama beberapa waktu.

Tapi fase bulam madu ini dengan cepat berakhir. Perjuangan dan pertarungan untuk mengontrol Selat di Turki  segera menyebabkan hubungan Russo-Turki memburuk lagi.

Setelah P.D. II, dalam rangka untuk melawan Uni Soviet, Turki meminta bantuan dari Inggris dan AS, dan bergabung dengan NATO pada tahun 1952.

Dari P.D. II hingga Uni Soviet bubar dan Perang Dingin berakhir, Turki menjadi pos depan bagi Eropa dan NATO dalam beroposisi dengan Rusia. Pada fase itu, tidak ada cara yang bisa meredakan ketegangan.

Setelah Perang Dingin berakhir, Turki mulai secara bertahap  menerapkan kebijakan luar negeri dan keamanan independen terlepas dari Barat, dan mengakhiri dendam terhadap Rusia, sehingga hubungan Rusia-Turki secara bertahap mulai menghangat. “Kepentingan bersama di Laut Hitam” juga dilupakan sementara  dan mengesampingkan dendam lama untuk kerjasama baru.

Pada tahun 2004 Putin mengunjungi Turki, menjadi pemimpin Rusia pertama yang mengunjungi Turki, dan kedua negara membentuk kemitraan multilateral.

Pada tahun 2010, para pemimpin kedua negara memimpin kedua negara membentuk High Level Cooperation Council (Dewan Kerjasama tingkat Tinggi) untuk mempromosikan kerjasama bilateral di berbagai bidang.

Setelah Perang Dingin berakhir, hubungan Rusia-Turki menjadi sangat baik. Ada proyek US$ 50 milyar sedang dibangun di Rusia dan juga di Turki. 30% wisatawan yang datang ke Turki dari Rusia.

Dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan ekonomi Turki telah berjalan cukup cepat, sehingga mereka memiliki hubungan yang layak secara keseluruhan dan itu termasuk gas alam Turki yang dipasok 60-70% dari Rusia.

Namun, hubungan ekonomi yang erat ini masih belum bisa memenangkan kepercayaan politik bersama. Sentimen nasionalis, dendam sejarah telah mejadi duri dalam daging bagi mereka.

Di tahun 2013 menurut jajak pendapat opini publik yang dilakukan BBC, 30% dari orang Turki memiliki pandangan positif untuk Rusia, sementara 40% memiliki pandangan negatif. Dan sejauh mengenai keamanan  regional, Selat Turki, Krimea dan Kaukasus selalu menjadi poin abadi konflik antara Rusia dan Turki.

Setelah Uni Soviet bubar, tampaknya ada harapan akan berkembangnya hubungan Rusia-Turki menjadi normal. Namun ternyata sulit terjadi, karena setelah Uni Soviet bubar, Rusia dan Turki masih membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menangani hubungan geografis antara mereka.

Antara Rusia dan Turki memang telah memiliki dendam yang yang sudah berabad-abad lamanya, Seperti ada filsuf yang mengatakan. Sejarah mungkin mencerminkan realitas, tetapi tidak dapat sepenuhnya mengendalikan realitas.

Jika kita menelusuri asal-usulnya, saat ini sikap saling keras-kerasan antara kedua negara ini tampaknya tidak ada menunjukkan tanda-tanda yang meredahkan, dan sebenarnya konflik umum antara kedua negara realitasnya berada pada kepentingan di Timteng. Jadi kontes antara dua “negara keras” ini masih belum berimbang, atau satu sisi masih jelas lebih unggul dari lainnya?

“Turki telah menggunakan metode keras untuk berkontes di lingkup kekuasaan di Timteng. Setelah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia dan “mengirim pasukan” ke Irak. Analis Das Erste TV, Jerman menyatakan, Turki bersikap keras akhir-akhir ini karena ingin menunjukkan kepercayaan diri sebagai “kekutaan utama di Timteng.” 

Secara historis, Ottman pernah suatu kali memerintah dengan sukses dalam waktu yang lama. Hal ini sebagai “konotasi sejarah”  yang mengisi pikiran orang Turki, dengan impian revitalisasi untuk menjadi kekutaan utama.

Setelah Uni Soviet bubar, Laut Hitam, Kaukasus, Asia Tengah dan bekas wilayah Uni Soviet lainnya terjadi kekosongan geopolitik. Dan Turki mengambil kesempatan ini untuk keuntungan geopolitik dan budaya dengan ceroboh untuk memperluas pengaruhnya.

Erdogan Bermimpi

Semua orang mengetahui sejak Erdogan berkuasa, dia sebagai PM selama lebih dari 10 tahun, dan sekarang dia sebagai Presiden-Erdogan yang memiliki ambisi nasional, ada sedikit seperti apa yang orang Barat katakan neo-Ottomanisme.

Dia ingin mengembalikan kemuliaan yang dulu pada abad ke-15, ketika Kekaisaran Ottoman membentang dari Eropa, Asia dan Afrika. Kekuatan nasional Turki sebenarnya tidak dapat mendukung amabisi itu, tapi ketika seseorang telah memiliki ide itu dalam benaknya, tampaknya sangat sulit untuk berubah.

Pada tahun 2011, perang sipil Syria pecah untuk menggulingkan pemerintah Bashar al-Assad, dan coba mendirikan dengan pemerintah yang pro-Turki dan Sunni, yang bergantung pada Turki untuk politik dan ekonomi menjadi langkah penting dalam dalam mimpi Turki untuk menjadi kekuatan utama di Timteng.

Untuk mencapai hal ini, Turki selalu mendukung oposisi Syria, secara politik, ekonomi, dan militer. Dengan memberi oposisi basis dan senjata. Sebelumnya Pemerintah Bashar al-Assad menderita serangkaian kekalahan, tapi tiba-tiba Rusia campur tangan, terutama pada akhir September 2015 Rusia mulai melakukan serangan udara terhadap kelompok ekstrimis Syria.

Hal ini tidak diragukan lagi mengotori rencana Erdogan. Setelah Rusia terlibat menyerang “ISIS”, itu juga melemahkan oposisi terhadap pemerintah al-Assad. Menurut analisis, Turki mendukung oposisi di Syria, dan juga memiliki hubungan secara rahasia dengan “ISIS”.

Ada banyak masalah antara Rusia dan Turki ketika membicarakan sikap mereka dalam menyelesaikan masalah Syria.

Rusia hanya memiliki basis satu-satunya di Syria, dan di kawasan Timteng, Syria jelas menjadi kepentingan strategis bagi Rusia. Di mata analis, Rusia dengan tiba-tiba mengirim pasukan ke Syria benar-benar telah melakukan sentuhan pada kepentingan Turki.

Tujuan asli Turki adalah berharap untuk menopang milisi Turkmen, “Front al-Nusra”, “Ahsar as-Sham” dan kelompok-kelompok lain, untuk membentuk “zona penyangga strategis” di Syria utara dan Irak utara. Hal ini akan mencegah Kurdi di Turki tenggara dari menyatu dengan Kurdi di Syria utara yang menuntut kemerdekaan untuk daerah itu, sehingga mengancam keamanan bangsa Turki.

Tapi Moskow telah mengganggu rencana Erdogan. Maka ketika Rusia mulai campur tangan dalam perang saudara Syria, Rencana Turki untuk membangun zona larangan terbang di Syria utara dan ide untuk membuat zona penyangga untuk penerbangan “ISIS” menjadi gagal.

Setelah peristiwa serangan teroris Paris, situasi bagi Turki sudah tidak menguntungkan lagi bagi Barat bahkan menjadi sangat kurang menguntungkan. Karena adanya Eropa dan Rusia bersatu, dan jika hal ini benar-benar terjadi, maka AS dan koalisi kontraterorisme Turki akan terpinggirkan, sehingga membuat Turki khawatir.

Kita bisa melihat bahwa suatu ketika Erdogan mengatakan, Rusia memerangi terorisme merugikan kepentingan Turki. Selain memerangi “ISIS” juga memerangi milisi Turkmen, sehingga salah satu hasilnya adalah kepentingan Turki sedang rusak dan situasinya menjadi mengkhawatirkan. Rusia dan Eropa bergabung bersama sangat bertentangan dengan ambisi regional Turki.

Jet tempur Rusia ditembak jatuh oleh Turki , seolah “orang kuat” Erdogan mencoba mendorong “beruang keluar dari sarangnya.”

Dalam kekacauan di Syria, ketika Erdogan menyadari bahwa dia akan menghadapi konflik kepentingan dengan Rusia, dia mengambil sikap keras lain. Setiap kali, dia berusaha untuk menggunakan sikap kerasnya untuk coba mengekspresikan kekuatannya, dan mencoba untuk memperjuangkan beberapa kepentingan negaranya.

Serangan Balik Rusia

Tapi setiap kali hanya membuat hal-hal menjadi lebih buruk. Setiap kali seolah ia menembak kakinya sendiri atau mengangkat batu menimpakan pada kaki sendiri. Dia pikir dengan menembak jatuh pesawat Rusia yang terbang di wilayah udaranya bisa menampilkan betapa kuat dia, dan bisa memperingatkan Rusia untuk menjadi sedikit lebih patuh.

Tetapi kenyataannya, justru dia menghadapi orang yang lebih kuat dan lebih simpel darinya. Putin, dengan ini menemukan kesempatan. Putin dengan kesempatan ini untuk lebih membatasi Turki.

Serangan balik Rusia datang dengan cepat dan keras. Dua hari setelah jet tempur Rusia ditembak jatuh. Jurubicara Kemenhan Rusia mengungkapkan bahwa setelah menyelematkan pilot yang masih hidup kopilot jet tempur Rusia, pesawat pembom Rusia dan artileri dan roket militer Syria segara melakukan serangan skala besar jangka panjang di daerah milisi Turkmen, hingga milisi Turkmen aktif di daerah itu diberantas habis. Dan daerah itu dikuasai secara solid.

Jika Rusia tidak mengontrol daerah ini, itu berarti pemerintah Syria akan menghadapi tekanan sepanjang pantai utara, dan sabuk pantai utara akan menjadi pangkalan bagi pasukan oposisi, dan pangkalan Turki untuk menekan Syria, atau mungkin untuk pangkalan kekuatan Eropa dan AS serta NATO untuk menekan Syria.

Saat ini, di wilayah pantai utara Syria, sedang mengalami kebuntuhan (deadlock/standoff) antara Rusia dan Turki. Rusia telah menang. Rusia  sepenuhnya menggunakan  insiden ditembak jatuhnya pesawatnya untuk menguasai sepenuhnya daerah ini, dan menguasai pantai utara Syria.

Putin mengatakan: “Mereka mengira kita akan lari dari tempat itu, tapi ini tidak akan terjadi. Kita bukan negara seperti itu. Kita telah memperkuat kehadiran kita di Syria, dan memperkuat kekuatan militer kita di udara. Tadinya kita belum memiliki pertahan udara Rusia disana, tapi kini sudah ada S-400. Jika  Turki terbang masuk ke nagara ini dulu, dan terus-menerus melanggar wilayah udara Syria, tapi dibiarkan mereka terbang dan sekarang boleh lihat apa yang akan terjadi.”

Jika Turki mau melakukan negosiasi dengan Rusia daripada menggunakan kekuatan, maka Rusia tidak akan mempunyai alasan untuk memperluas kehadirannya di Syria.

Situasi  ini menjadi saat yang sangat tepat, dimana seolah Turki secara obyektif menyediakan alasan Rusia untuk memperluas kehadirannya di Syria.

Pada pokoknya, setelah kejadian ini, Rusia memperkuat kehadiran militernya di daerah utara, sehingga dari perspektif militer murni, Rusia memperoleh poin, lalu apa yang akan Rusia gunakan dari poin-poin ini? Hal ini masih belum begitu jelas.

Ada analis yang berhipotesis, itu akan membantu serangan balik militer Syria, dan mencoba untuk merebut kembali sebanyak mungkin wilayahnya. Saat ini, dari semua kekuatan di Syria, fokus utama Rusia adalah pemerintah al-Assad, dan setelah insiden ditembak jatuhnya pesawat, itu membuat serangkaian dorongan ke arah itu. Dan kini telah terlihat poinnya.

Dan Turki yang telah berusaha all out, tampaknya kini menunjukkan tanda-tanda penurunan dalam kontes dengan Rusia.

“Pertama-tama, apa yang Erdogan tembak jatuh sebetulnya bukan jet tempur Rusia, tapi perekonomian negaranya sendiri.” Setelah insiden ini, Rusia selain meningkatkan kehadiran militernya di Syria, juga melakukan serangkaian sanksi ekonomi terhadap Turki.

Meskipun sanksi tidak komprehensif, dan semua effektif. Yang pertama terkena adalah industri pariwisata Turki. Dan Turki kehilangan US$ 4,4 juta wisatawan yang membawa kerugian langsung sekitar US$ 10 milyar. Selain larangan untuk berpergian ke Turki, sanksi yang paling penting melawan Turki akan di mulai tahun 2016, kecuali  untuk diplomat dan keluarga mereka, dan orang-orang dengan izin tinggal sementara,semua warga negara Turki akan dilarang memasuki Rusia.

Jika secara komprehensif diundangkan, sekitar 200.000 karyawan Turki yang bekerja di Rusia dan keluarga mereka akan menjadi pengangguran. Ini bukan angka kecil bagi Turki.

Sampai saat ini, Turki telah menderita kerugian. Setelah insiden menembak jatuh jet tempur, segera mengalami pembalasan langsung dari Rusia. Ini mengakibatkan kerugian ekonomi dan militer, dan juga telah menempatkan NATO dalam posisi canggung, AS sebagai pemimpin dari NATO sebenarnya sedang menjauhkan diri dari Turki.

Hal ini bisa dilihat seolah mendukung dan melindungi Turki, tetapi tidak mengambil tindakan yang nyata. Jadi dalam sudut pandang strategis, itu menekankan isolasi internasioanl. Berdasarkan kenyataan Turki akan kehilangan beberapa pihak, setidaknya di daerah sekitar Turkmen yang mengalami ratusan orang tewas, mereka diibaratkan seperti domba yang dibiarkan dipandang rumput dan kembali untuk dicukur bulunya untuk wol (umpan untuk dikorbankan).

Tindakan mereka sebenarnya bermasalah, tapi tampaknya tidak mengubah posisi Erdogan. Saat ini, dia masih berkeras, analis memperkirakan kebijakan luar negeri Turki akan terendam. Jika melihat pemerintah domestik dan kebijakan luar negeri Turki, khusus untuk kinerja kebijakan luar negeri untuk periode masa lalu, tidak ada yang menunjukkan Erdogan adalah seorang yang jenius/jago diplomatik.

Dalam kontes antara Rusia dan Turki, mereka tidak mendapatkan apa-apa bahkan kehilangan. Seperti mengangkat batu menimpahkan pada kaki sendiri. Turki mungkin berpikir sama dengan Rusia ingin sebagai pemain yang penting atau memainkan peran yang lebih penting di Timteng.

Dalam pikiran Rusia mungkin berpikir, AS bisa memainkan posisi mutlak sebagai kekuatan utama di Timteng, tapi jangan melupakan Rusia. Rusia memiliki kemampuan, dan bahkan dapat menggunakan kekuatan untuk intervensi dalam konflik semacam ini di Timteng. Sehingga dalam perspektif itu, Turki tidak cukup kuat untuk memperebutkan hal ini dengan Rsuia. Dan kedua negara ini belum membentuk kompetisi untuk dominasi di Timteng.

Dalam 12 tahun Erdogan menjabat, ekonomi Turki telah dengan cepat maju, dan kekuatan ekonominya telah menjadi yang terkuat ke-16 di dunia. Kekuatan tentaranya adalah yang  kedua setelah AS dalam NATO, dan dengan pimpinan NATO adalah AS yang ada dibelakangnya, Erdogan merasa cukup berani untuk memperjuangkan supremasi di Timur Tengah menyaingi Rusia.

Opini publik sementara ini memang percaya Turki adalah kekuatan regional yang terkuat, tapi di tingkat strategi global, sulit untuk membandingkan dengan Rusia. Apalagi dengan kekacauan di Timteng, seperti apa yang yang dikatakan oleh mantan Panglima Tertinggi Sekutu Eropa NATO, Wesley Clark, mungkin banyak negara-negara yang memperjuangkan hak-hak dan kepentingan Timteng, tetapi pada akhirnya hanya “kontes antara AS dan Rusia.”

Namun dalam kasus ini, pengaruh akan sikap keras antara Rusia dan Turki terhadap situasi di Syria tidak boleh diremehkan. Sebagian analis berpendapat demikian.

Variabel apa dari kontes kekuatan utama internasional yang kiranya akan membawa masa depan situasi di Timteng?

( Bersambung ...... )

 

Sumber ; Media TV dan Tulisan Luar Negeri dan Dalam Negeri

http://edition.cnn.com/2015/11/25/middleeast/syria-turkey-russia-warplane-shot-down/

http://www.nytimes.com/2015/11/25/world/europe/turkey-syria-russia-military-plane.html?_r=0

http://learningenglish.voanews.com/content/tension-increases-between-turkey-russia-over-syria/3084485.html

http://www.durangoherald.com/article/20151125/NEWS03/151129743

http://www.foxnews.com/world/2015/11/25/russia-rescues-pilot-downed-warplane-from-rebel-territory.html

http://www.mirror.co.uk/news/world-news/russia-turkey-crisis-tensions-increase-6902205

http://www.aljazeera.com/news/2015/11/nato-turkey-russian-jet-syria-151124181649801.html

http://mashable.com/2015/11/30/obama-putin-climate-talks-syria-ukraine/#it0uaaSOzaq8

http://www.theguardian.com/world/2015/nov/17/russian-us-forces-exchange-military-information-airstrikes-against-isis-syria

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun