Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Putin vs Erdogan- Keras vs Keras & Permainan Geopolitik Kekuatan Utama (3)

4 Januari 2016   09:47 Diperbarui: 4 Januari 2016   09:47 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2011, perang sipil Syria pecah untuk menggulingkan pemerintah Bashar al-Assad, dan coba mendirikan dengan pemerintah yang pro-Turki dan Sunni, yang bergantung pada Turki untuk politik dan ekonomi menjadi langkah penting dalam dalam mimpi Turki untuk menjadi kekuatan utama di Timteng.

Untuk mencapai hal ini, Turki selalu mendukung oposisi Syria, secara politik, ekonomi, dan militer. Dengan memberi oposisi basis dan senjata. Sebelumnya Pemerintah Bashar al-Assad menderita serangkaian kekalahan, tapi tiba-tiba Rusia campur tangan, terutama pada akhir September 2015 Rusia mulai melakukan serangan udara terhadap kelompok ekstrimis Syria.

Hal ini tidak diragukan lagi mengotori rencana Erdogan. Setelah Rusia terlibat menyerang “ISIS”, itu juga melemahkan oposisi terhadap pemerintah al-Assad. Menurut analisis, Turki mendukung oposisi di Syria, dan juga memiliki hubungan secara rahasia dengan “ISIS”.

Ada banyak masalah antara Rusia dan Turki ketika membicarakan sikap mereka dalam menyelesaikan masalah Syria.

Rusia hanya memiliki basis satu-satunya di Syria, dan di kawasan Timteng, Syria jelas menjadi kepentingan strategis bagi Rusia. Di mata analis, Rusia dengan tiba-tiba mengirim pasukan ke Syria benar-benar telah melakukan sentuhan pada kepentingan Turki.

Tujuan asli Turki adalah berharap untuk menopang milisi Turkmen, “Front al-Nusra”, “Ahsar as-Sham” dan kelompok-kelompok lain, untuk membentuk “zona penyangga strategis” di Syria utara dan Irak utara. Hal ini akan mencegah Kurdi di Turki tenggara dari menyatu dengan Kurdi di Syria utara yang menuntut kemerdekaan untuk daerah itu, sehingga mengancam keamanan bangsa Turki.

Tapi Moskow telah mengganggu rencana Erdogan. Maka ketika Rusia mulai campur tangan dalam perang saudara Syria, Rencana Turki untuk membangun zona larangan terbang di Syria utara dan ide untuk membuat zona penyangga untuk penerbangan “ISIS” menjadi gagal.

Setelah peristiwa serangan teroris Paris, situasi bagi Turki sudah tidak menguntungkan lagi bagi Barat bahkan menjadi sangat kurang menguntungkan. Karena adanya Eropa dan Rusia bersatu, dan jika hal ini benar-benar terjadi, maka AS dan koalisi kontraterorisme Turki akan terpinggirkan, sehingga membuat Turki khawatir.

Kita bisa melihat bahwa suatu ketika Erdogan mengatakan, Rusia memerangi terorisme merugikan kepentingan Turki. Selain memerangi “ISIS” juga memerangi milisi Turkmen, sehingga salah satu hasilnya adalah kepentingan Turki sedang rusak dan situasinya menjadi mengkhawatirkan. Rusia dan Eropa bergabung bersama sangat bertentangan dengan ambisi regional Turki.

Jet tempur Rusia ditembak jatuh oleh Turki , seolah “orang kuat” Erdogan mencoba mendorong “beruang keluar dari sarangnya.”

Dalam kekacauan di Syria, ketika Erdogan menyadari bahwa dia akan menghadapi konflik kepentingan dengan Rusia, dia mengambil sikap keras lain. Setiap kali, dia berusaha untuk menggunakan sikap kerasnya untuk coba mengekspresikan kekuatannya, dan mencoba untuk memperjuangkan beberapa kepentingan negaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun