Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Putin vs Erdogan, Keras vs Keras & Permainan Geopolitik Kekuatan Utama (1)

3 Januari 2016   10:03 Diperbarui: 3 Januari 2016   11:38 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lebih sebulan sejak jet tempur Rusia di tembak jatuh Turki pada 24 Nopember 2015, ketegangan antara Rusia dan Turki juga terus meningkat dan tidak meredah.

Isu Syria juga terus berkembang dan tampaknya semakin menegangkan dengan “sikap keras” berkelanjutan yang diambil antara Rusia dan Turki. Tampaknya banyak pihak yang tidak dapat membantu meredahkan, sehingga bertanya-tanya: Dengan kedua belah pihak terus saling berprovokasi yang mejadi tren, lalu bagaimana dengan masalah Syria yang telah memasuki masa kritis?

Suatu ketika Erdogan berseru; “Turki bukan negara tribal. Kita sudah keluarkan peringatan kepada semua pihak yang sedang melancarkan operasi militer di sepanjang perbatasan kita, siapapun yang melanggar kedaulatan Turki, tidak hanya sekali, dua kali, atau bahkan tiga atau empat kali. Kita telah mengeluarkan banyak peringatan, tapi kejadian tragis ini masih tetap terjadi (pesawat Rusia ditembak jatuh). 

Seperti telah banyak diberitakan 24 Nopember 2015, sebuah jet tempur Rusia Su-24 ditembak jatuh Turki di wialyah udara di atas perbatasan antara Syria dan Turki. Kedua negara masing mepunyai posisi sendiri tentang insiden ini, sehingga hubungan Rusia-Turki tiba-tiba menjadi tegang. Tapi permusuhan dari para pemimpin kedua negara bahkan berlangsung lebih lama dan seru.

Putin mengatakan : “Kita tidak berencana untuk menggunakan kekuatan untuk mengancam mereka, tapi jika pihak tertentu berpikir mereka dapat melarikan diri dari kejahatan perang serius dimana mereka telah membunuh seorang warga negara Rusia, dengan mengambil alasan hanya akan rugi dari pelarangan perdagangan tomat atau infrastruktur, mereka sangat salah. Kita akan terus mengingatkan mereka dari tindakan mereka, dan mereka juga akan menyesali ini lebih dari sekali.”

Sejak insiden ditembak jatuhnya jet tempur Rusia oleh Turki, konflik kedua negara ini terus meningkat. Rusia mengumumkan penghentian semua hubungan militer dengan Turki, dan menolak proposisi untuk pertemuan dengan  Putin yang dibuat oleh Recep Tayyip Erdogan selama Konferensi Perubahan Iklim di Paris yang lalu.

Pertemuan Tingkat Tinggi Kerjasama Dewan antara Rusia dan Turki, awalnya dijadwalkan akan diadakan di St. Peteburg, Rusia pada 15 Desember. Juga di batalkan. Lebih lanjut Rusia juga mulai menerapkan  sanksi ekonomi skala besar kepada Turki.

Selain dari “perang kata-kata” dan “perang ekonomi”, sikap keras antara Rusia dan Turki diperluas ke laut.

Pada 1 Desember, ketika kapal transport AL-Rusia meninggalkan Laut Aegen menuju Laut Hitam, terjadi penghadangan dan menguntitan oleh kapal selam Truki di Selat Dardanella, yang mengakibatkan suasana sangat tegang pada saat itu.

Menurut laporan media Turki, pada saat itu, dua kapal selam AL-Turki juga memantau “Moskva” rudal jelajah Rusia yang ditempat didekat pantai Syria. Beberapa hari kemudian, sebuah stasiun TV swasta Turki merilis beberapa foto, yang menunjukkan seorang tentara berdiri diatas dek kapal perang Rusia “Caesar Kunikov” sambil membidikan peluncur panggul rudal permukaan-ke-perpermukaan, saat berlayar melalui Selat Bosporus.

Atas peristiwa ini, Menlu Turki – Mevlut Cavusoglu, mempreotest : “Ini adalah provokasi. Kami harap hal seperti ini hanya satu-satunya yang terjadi, karena tindakan ini adalah tidak bijaksana.”

Lebit lanjut dia menekankan bahwa Rusia harus segera menghentikan semua tindakan serupa, dan jika Turki merasa terancam kapal perang yang melewati terirtori ini lagi, akan merespon seperlunya.

Gelombang demi gelombang terus terjadi sebalum masalah sebelumnya terselesaikan. Pada 13 Desember 2015, Kemenhan Rusia menyatakan Fregat Rusia “Smetlivy” armada dari Laut Hitam Rusia melepaskan tembakan peringatan kepada kapal penangkap ikan Turki di Laut Aegen untuk mencegah kapal dari tabrakan.

Kapal penangkap ikan ini tidak menanggapi peringatan dari kapal perang Rusia, tapi buru-buru mengubah arah kapal setelah diberi tembakan peringatan, yang hanya berjarak sekitar 500 meter. Kelanjutan dari peristiwa dramatis yang nyaris bertabrakannya dua kapal tersebut, dengan cepat berkembang dengan menangkapan terhadap kapal ikan tersebut.

Pada 15 Desember, Turki menangkap 27 kapal komersial Rusia di perairan Laut Hitam, dengan alasan mereka tidak memiliki dokumen yang diperlukan. Pada saat yang sama, Rusia membalas dengan tindakan yang sama, menahan 8 kapal Turki yang mengklaim akan mengaudit mereka.

Pada 16 Desember, Wakil Menlu Rusia Alexei Meskov mengatakan, Turki harus membuat reparasi (ganti rugi) ekonomi untuk kekeliruan menembak jatuh Su-24 jet tempur Rusia, dan berjanji hal serupa tidak akan terjadi lagi.

Namun, juru bicara Departemen Luar Negeri Tanju Bilgic pada hari itu mengatkan bahwa “Turki tidak akan pernah menyetujui permintaan Rusia untuk reparasi.”

Rusia telah mendesak Turki untuk meminta maaf telah menembak jatuh jet tempur, serta bertanggung jawab  dan memberi reparasi (ganti rugi/kompensasi). Jika Turki tidak menerima tiga kondisi ini, akan mengalami kerugian besar, karena Rusia bisa membuktikan bahwa Rusia tidak melanggar wilayah udara, dimana jet tempurnya ditembak jatuh.

 

Rusia mengusulkan tiga hal ini menunjukkan bahwa Rusia tidak ingin mengatasi masalah ini dan tidak ingin menyelesaikan ketegangan ini dengan Turki, tampaknya tidak ingin kehilangan “kartu Turki” dalam situasi yang sangat rumit ini di Timteng.

Baik Rusia dan Turki memiliki satu kesamaan, keduanya tidak ingin menjadikan masalah ini menjadi terlalu besar. Dan perbedaan mereka itu apa? Turki menginginkan meredakan ketegangan, dan mebiarkan masa lalu menjadi masa lalu, mereka ingin mengembalikan ke situasi seperti status asli tidak ada sengketa.

Tapi Rusia tidak ingin melakukan itu. Mereka ingin menggunakan kesalahan dan kekurang ajaran Turki ini. Dengan demikian akan mebuat kinerja Rusia di kawasan ini akan lebih mudah. Jika tidak, mereka harus mempertimbangkan reaksi Turki ketika ada apa-apa lagi. Tapi dengan kejadian ini tidak perlu lagi memepertimbangkan reaksi Turki sama sekali.

Media juga telah melihat setelah Turki menembak jatuh jet tempur Rusia, Rusia mengerahkan S-400 sistem anti-rudal terbaru di Syria. Pada saat yang sama, “Moskva” rudal jelajah, dan “kapal selam “Rostov-on-Don” juga tiba di pantai Syria.

Pada 11 Desember 2015, dalam pertemuan dengan Menhan Rusia, Putin berkata, operasi garis keras akan diambil terhadap setiap kekuatan yang mengancam militer Rusia di Syria. “Kita telah mengambil langkah-langkah tambahan, untuk memastikan keamanan tentara Rusia dan pangkalan Rusia di Syria, termasuk mengirim sistem pertahanan udara baru, dan menyediakan semua misi serangan udara dengan pengawalan tempur.  Saya sudah memerintahkan operasi garis keras untuk segera menghancurkan kekuatan yang mengancam tentara Rusia dan fasilitas pangkalan darat kita di Syria”

Opini publik mengetahui meskipun Putin tidak menyebutkan secara eksplisit Turki dalam pidatonya, tapi pesannya tersirat ke Turki sangatlah jelas.

“Sikap keras” dari Rusia dan Turki, awalnya terjadi karena penembakan jatuh jet tempur Rusia, meskipun saling memprovoksi-keras, tapi kedua belah pihak secara rasional tetap berhati-hati untuk menghindari perang.

Namun, sikap tajam dan garis keras mereka tidak berakhir disitu, bahkan terjadi lebih intens hingga terakhir ini. Analis dan pengamat bertanya-tanya, pertimbangan apa yang tersembunyi dibalakang ini baik oleh Turki maupun Rusia?

( Bersambung...... )

Sumber ; Media TV dan Tulisan Luar Negeri dan Dalam Negeri

http://edition.cnn.com/2015/11/25/middleeast/syria-turkey-russia-warplane-shot-down/

http://www.nytimes.com/2015/11/25/world/europe/turkey-syria-russia-military-plane.html?_r=0

http://learningenglish.voanews.com/content/tension-increases-between-turkey-russia-over-syria/3084485.html

http://www.durangoherald.com/article/20151125/NEWS03/151129743

http://www.foxnews.com/world/2015/11/25/russia-rescues-pilot-downed-warplane-from-rebel-territory.html

http://www.mirror.co.uk/news/world-news/russia-turkey-crisis-tensions-increase-6902205

http://www.aljazeera.com/news/2015/11/nato-turkey-russian-jet-syria-151124181649801.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun