Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Putin vs Erdogan, Keras vs Keras & Permainan Geopolitik Kekuatan Utama (1)

3 Januari 2016   10:03 Diperbarui: 3 Januari 2016   11:38 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebit lanjut dia menekankan bahwa Rusia harus segera menghentikan semua tindakan serupa, dan jika Turki merasa terancam kapal perang yang melewati terirtori ini lagi, akan merespon seperlunya.

Gelombang demi gelombang terus terjadi sebalum masalah sebelumnya terselesaikan. Pada 13 Desember 2015, Kemenhan Rusia menyatakan Fregat Rusia “Smetlivy” armada dari Laut Hitam Rusia melepaskan tembakan peringatan kepada kapal penangkap ikan Turki di Laut Aegen untuk mencegah kapal dari tabrakan.

Kapal penangkap ikan ini tidak menanggapi peringatan dari kapal perang Rusia, tapi buru-buru mengubah arah kapal setelah diberi tembakan peringatan, yang hanya berjarak sekitar 500 meter. Kelanjutan dari peristiwa dramatis yang nyaris bertabrakannya dua kapal tersebut, dengan cepat berkembang dengan menangkapan terhadap kapal ikan tersebut.

Pada 15 Desember, Turki menangkap 27 kapal komersial Rusia di perairan Laut Hitam, dengan alasan mereka tidak memiliki dokumen yang diperlukan. Pada saat yang sama, Rusia membalas dengan tindakan yang sama, menahan 8 kapal Turki yang mengklaim akan mengaudit mereka.

Pada 16 Desember, Wakil Menlu Rusia Alexei Meskov mengatakan, Turki harus membuat reparasi (ganti rugi) ekonomi untuk kekeliruan menembak jatuh Su-24 jet tempur Rusia, dan berjanji hal serupa tidak akan terjadi lagi.

Namun, juru bicara Departemen Luar Negeri Tanju Bilgic pada hari itu mengatkan bahwa “Turki tidak akan pernah menyetujui permintaan Rusia untuk reparasi.”

Rusia telah mendesak Turki untuk meminta maaf telah menembak jatuh jet tempur, serta bertanggung jawab  dan memberi reparasi (ganti rugi/kompensasi). Jika Turki tidak menerima tiga kondisi ini, akan mengalami kerugian besar, karena Rusia bisa membuktikan bahwa Rusia tidak melanggar wilayah udara, dimana jet tempurnya ditembak jatuh.

 

Rusia mengusulkan tiga hal ini menunjukkan bahwa Rusia tidak ingin mengatasi masalah ini dan tidak ingin menyelesaikan ketegangan ini dengan Turki, tampaknya tidak ingin kehilangan “kartu Turki” dalam situasi yang sangat rumit ini di Timteng.

Baik Rusia dan Turki memiliki satu kesamaan, keduanya tidak ingin menjadikan masalah ini menjadi terlalu besar. Dan perbedaan mereka itu apa? Turki menginginkan meredakan ketegangan, dan mebiarkan masa lalu menjadi masa lalu, mereka ingin mengembalikan ke situasi seperti status asli tidak ada sengketa.

Tapi Rusia tidak ingin melakukan itu. Mereka ingin menggunakan kesalahan dan kekurang ajaran Turki ini. Dengan demikian akan mebuat kinerja Rusia di kawasan ini akan lebih mudah. Jika tidak, mereka harus mempertimbangkan reaksi Turki ketika ada apa-apa lagi. Tapi dengan kejadian ini tidak perlu lagi memepertimbangkan reaksi Turki sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun