Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kegeraman Prancis Untuk Balas Dendam Kepada “ISIS” (3)

9 Desember 2015   18:57 Diperbarui: 9 Desember 2015   19:08 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari yang sama saat resolusi disahkan, Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin menekankan bahwa meskipun telah diajukan dan disahkan resolusi Prancis ini sebagai “reli panggilan politik” (“political rallying call”) tapi itu tidak akan mengubah “dasar hukum” untuk memerangi terorisme.

Yang di maksud dengan pernyataan Churkin adalah jika operasi militer yang dilakukan di Sryia tanpa kerjasama dengan pemerintah Syria, mereka itu berperang secara tidak adil. Churkin lebih lanjut mengatakan bahwa Rusia akan “terus mempromosikan” mengajukan draft  resolusinya sendiri.

 

Tapi dalam menanggapi ini, Perwakilan Tetap Inggris untuk PBB, Mattew Roycroft memberi jawaban lebih langsung. Dia mengatakan, Jika Rusia ingin meloloskan usulan resolusinya, Rusia perlu merevisi bagian dari “peran yang dimainkan oleh Presiden Syria Bashar al-Assad.”

Melihat dari perbedaan pendapat ini, menunjukkan kepada dunia luar bahwa meskipun hubungan Rusia-Prancis membaik setelah serangan teroris Paris, tapi ada ketidak serasian dalam hal masalah al-Assad antara Rusia dan Barat, termasuk Prancis.

Pada kenyataannya, pada hari yang sama, Presiden AS Barack Obama menekankan ketika menanggapi pertanyaan: “Prasyarat untuk mengakhiri perang sipil Syria atau untuk mencapai resolusi politik, Presiden Syria Bashar al-Assad harus mundur.” AS tetap menentang pemerintahan Basar al-Assad seperti masa lulu, tidak berubah.

Strobe Talbott, Presiden dari think tank AS—Brooking Institution dan mantan Menlu, juga bersikeras bahwa AS, Prancis dan Rusia untuk benar-benar membentuk aliansi : “Rusia harus mengubah kebijakannya untuk Syria.”

Oleh karena itu “New York Times” AS, mengomentari tidak dapat membantu tetapi mengeluh, setelah “ISIS” melakukan serangan teroris Paris dan menanam bahan peledak yang menyebabkan jet penumpang Rusia meledak, harus dipikirkan AS, Rusia dan Prancis mungkin membentuk koalisi untuk menghadapi “ISIS” bersama-sama. “Tapi karena kepentingan nasional yang berbeda-beda, pembentukan koalisi tersebut masih sebatas kata-kata kosong.”

Namun jika dibandingkan dengan AS, Rusia dan Prancis atas ketidak mampuan untuk membentuk koalisi anti terorisme karena pendapat mereka yang berbeda-beda tentang al-Assad, masyarakat dunia lebih peduli tentang sikap Prancis terhadap pemerintahan al-Assad.

Sikap Prancis sebetulnya sudah sangat jelas. Prancis tidak ingin melihat pemerintahan al-Assad sebagai musuh lagi. Misi utamanya adalah untuk berurusan dengan “ISIS”, sejuah untuk tujuan ini, Prancis memiliki tujuan yang sama dengan Rusia.

Pada dasarnya, kedua negara berpandangan memerangi teroris “ISIS” sebagai misi prioritas mereka. Pada kenyataannya, mereka telah membentuk landasan yang sangat signifikan untuk membangun sebuah “aliansi kontra-terorisme” sampai batas tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun