Namun, pada saat itu, Prancis hanya tergantung dengan 6 jet tempur Eurofighter Typhoon yang ditempatkan di Arab Saudi dan 6 Jet tempur Dassault Mirage 2000 yang ditempatkan di Yodania.
Keberangkatan Charles de Gualle ini tidak diragukan lagi bahwa pasukan ini diperuntuk menyerang “ISIS” sudah mulai berkembang dalam tren integrasi maritim, udara dan dalam air.
Dari seluruh kelompok pesawat yang akan melakukan operasi pertempuran, termasuk operasi tempur di Libya dalam memerangi pembajakan di masa lalu dan sebelumnya di Timnteng, pada dasarnya hanya untuk muhibah hitungan hari atau bulan.
Tapi kini sangatlah sulit untuk membentuk efek berkelanjutan dalam status pertempuran. Kali ini operasi Charles de Gaulle tidak akan berlangsung satu bulan atau hanya beberapa hari di wilayah tersebut. Mungkin akan berlarut-larut. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kapal penunjang, termasuk kapal perusak, frigat dan kapal selam serta kapal logistik, dimana untuk persiapan untuk peluncuran rudal jelajah dari kapal selam ( SLCMs) yang akan menyerang target untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Ini berarti senjata-senjata tesebut kekuatan tempur dan efektifitas serangannya ditingkatkan saat menyerang target. Ini tidak sama dengan misi-misi lalu, kali ini tidak lagi ada keragu-raguan untuk melakukan pertempuran yang sebenarnya dan akan dahsyat.
Keberangkatan dari Charles de Gaulle kali ini membuat beberapa pengamat berpikir akan serupa dengan pengalaman ketika melakukan perang melawan “ISIS pada awal tahun ini.
Pada 7 Januari 2015, setelah kantor “Charlie Hebdo” diserang teroris ektrimis Islam, yang memakan korban 12 orang. Charle de Gaulle telah berlayar ke wilayah Teluk dan melakukan dua bulan operasi militer terhadap organiasasi ektrimis di Irak.
Pada saat itu, hanya membawa 20 jet tempur. Sepuluh bulan kemudian, setelah peristiwa serangan teroris Paris. Kapal induk ini tidak hanya membawa 6 jet tempur seperti dulu lagi.
Para teroris yang menyerang “Charlie hebdao” tidak dikirim oleh “ISIS”, tapi dilakukan oleh orang yang dipengaruhi oleh terorisme dan dan radikalisme, yang berusaha membalas dendam atas beberapa komentar tentang komik anti-Islam yang diterbitkan “Charlie Hebdo.”
Kini balas dendam Prancis terlihat akan dahsyat dan kejam, karena serangan kali ini berbeda dengan dua serangan dari masa lalu. Dalam serangan teroris kali ini disinyalir telah dikoordinasi dan direncanakan “ISIS” melawan Prancis. Jadi pada dasarnya “ISIS” telah menyatakan perang terhadap Prancis. Dan Prancis harus merespon “ISIS”. Dan itulah mengapa Prancis harus menyatakan perang dengan “ISIS”.
Serangan terhadap “Charlie Hebdo” merupakan serangan mendadak yang dilakukan oleh beberapa teroris untuk “menghukum” koran. Yang tidak melibatkan pihak-pihak yang berskala besar. Jadi ketika kapal induk Charle de Gaulle tiba di daerah itu, hanya untuk menunjukkan bahwa Prancis sangat marah.