Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ada Apa Dibalik Slogan AS “Dunia Tanpa Senjata Nuklir” (4)

15 November 2015   09:53 Diperbarui: 15 November 2015   09:53 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contohnya seperti Korea Utara, yang telah menggunakan begitu banyak sumber daya, sumber daya manusia, sumber daya miniral dan sumber daya keuangan untuk mengembangkan senjata nuklir, tetapi jalur ekonomis setidaknya tetap untuk menjaga keamanan suatu negara.

Kerangka Persetujuan Masalah Nuklir Iran

Pada 2 April 2015, di Lausaane, Swiss. Setelah melaui negosiasi marathon yang lama, enam pihak yang bernegosiasi untuk masalah nuklir Iran dengan pihak Iran, akhirnya mengcapai resolusi kerangka persetujuan.

Setelah itu, Federica Mogherini, (High Representative of the Union for Foreign Affairs and Security Policy / Vice-President of the Commission/ Perwakilan tertinggi untuk masalah luar negeri untuk masalah pelayanan aksi) mengumumkan : “Hari ini, kami telah mengambil langkah yang menentukan. Kami telah mencapai solusi atas parameter kunci dari rencana tindakan komprehensif bersama. Penentuan politik, kemauan baik dan kerja keras dari semua pihak sehingga hal ini terjadi.”

Seperti apa yang media katakan, masalah nuklir Iran “akhirnya mencapai titik balik sejarah”. Yang sebelumnya selalu masih menjadi teka-teki yang melanda masyarakat internasional selama 12 tahun.

Pada tahun2003, mantan Presiden Iran, Mohammad Khatami mengakui untuk pertama kalinya bahwa negaranya dengan diam-diam membangun fasilitas pengayaan uranium dan reaktor air berat. Setelah itu, masalah nuklir Iran menjadi seperti masalah nuklir Korea Utara, terus mengalir pasang surut, yang mengitari garis batas konfrontasi, kebuntuan dan bahkan perang.

Mungkin karena itu Khatami menyadari bahwa memiliki kemampuan nuklir tidak menjamin keamanan bagi suatu negara pada tahun 2013, maka Hassan Rouhani yang berumur 65 tahun seorang yang berpandangan konservatif moderat mengatakan sesuatu yang mendalam kepada media sebelum ia terpilih sebagai presiden Iran.

Memang baik memiliki sentrifugal untuk beroperasi, tetapi juga penting negara juga beroperasi dan roda industri terus berjalan.

Senjata nuklir atau kekuatan nuklir tidak hanya menjadi masalah teknologi saja. Ada banyak faktor politik yang terlibat disana. Anda mempunyai kepentingan negara Anda sendiri, dan Anda harus mempertimbangkan geopolitik. Ini masalah  yang sangat kompleks. Anda harus memiliki tekad politik untuk mencapai resolusi akhir. Tanpa itu, dan tanpa rasa saling percaya, hal itu tidak akan mungkin. Demikian pendapat para analis.

Meskipun negosiasi nuklir Iran itu sangat sulit, tapi akhirnya dapat dibuat terobosan karena semua pihak mau berkompromi, tampaknya semua pihak tahu bahwa untuk menyelesaikan harus menghilangkan akar masalah nuklir, yang bagi masyarakat internasional masih harus menempuh jalan panjang.

Para analis melihat, memang masalah denuklirisasi terdengar satu prospek yang bagus, tetapi negara-negara utama masih maunya yang memimpin jalan, karena masalah seperti perlucutan senjata nuklir dan denuklirisasi tergantung pada sikap kekuatan nuklir utama, dan bahkan lebih tergantung pada perilaku mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun