Namun, dalam kenyataannya tidaklah sesederahana itu tampaknya. Ada laporan yang mengklaim bahwa sebelum ini, seorang Kemenhan AS secara pribadi mengatakan, sebetulnya senjata nuklir kapal selam (kapal selam yang berkemampuan meluncurkan senjata nuklir) hampir tidak berkurang. Dan senjata nuklir kapal selam dianggap sebagai sudut yang paling layak dari “triad nuklir/nuclear triad” (tiga serangkai senjata nuklir) karena ketiganya ini yang paling mempunyai efek deterrent (efek gentar/ membuat takut pihak lawan).
Yang dimaksud dengan “triad nuklir” : kemampuan negara untuk menggunakan pesawat pembom, kapal selam dan rudal darat untuk melaksanakan serangan nuklir. Selain itu saat memenuhi perjanjian untuk mengurangi tabung peluncuran pada kapal selam dan pembom nuklir, jumlah peluncur ICBM, rudal ICBM dan silo rudal AS di Midwest AS pada dasarnya tidak berpengaruh. Dan rudal-rudal ini bisa menyerang setiap lokasi di dunia.
Perlucutan Senjata Nuklir Hanya Permainan Politik
Di permukaan seolah mereka mengurangi senjata nuklir, namun kenyataannya, ada nuklir deterrent yang tidak melemah bahkan tumbuh lebih kuat, dan ini adalah “strategi” dari kedua kekuatan nuklir utama AS dan Rusia yang telah secara diam-diam seolah melakukan janji “perlucutan senjata nuklir” beberapa dekade ini.
Demikian juga saat Obama berani mengajukkan konsep “Dunia Tanpa Senjata Nuklir” , tapi dalam anggaran AS untuk tahun fiskal yang baru, menunjukan biaya untuk pengembangan senjata nuklir dan pemeliharaannya meningkat sebesar 13,4 % dan menjadi rekor tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada kenyataannya, baik Rusia maupun AS terus melakukan penelitian model baru senjata nuklir tanpa perlu melakukan test senjata nuklir
“Mencoba untuk mendapatkan senjata nuklir menandakan ketidak amanan” demikian menurut ahli strategi internasional AS, Lawrence Freeman. Sesungguhnya dalam kenyataannya, sejak lima negara kekuatan nuklir dan NPT secara luas diakui oleh masyarakat internasional, untuk selama setengah abad terus saja “menjelajah” jalan berduri untuk masalah senjata nuklir.
Isu Senjata Nuklir Menjadi Alasan Untuk Menekan Negara Lain
Pada tahun 1974, India. Pada tahun 1998 Pakistan, dan pada 2006 Korea Utara mengumumkan mereka telah berhasil bergabung dengan “klub nuklir”. Pada saat yang sama Israel juga diyakini berhasil mengembangkan senjata nuklir pada tahun 1970an. Irak dibawah pemerintahan Saddam Hussein, Libya di bawah pemerintahan Muammar Gaddafi, Suria dibawah kekuasaan keluarga al-Assad, dan Iran setelah Revolusi Islam telah dituduh selama bertahun-tahun oleh AS “bermain” dengan “senjata nuklir”.
Pada bulan Maret 2003, AS memulai Perang Irak, mengklaim Irak “menyembunyikan senjata pemusnah massal” dan menggulingkan pemerintah Saddam Hussein.
Pada bulan Maret 2011, turbulensi meletus dalam pemerintahan Libya, dan AS dan NATO memulai Perang Libya, menggulingkan pemerintahan Muammar Gaddafi dengan alasan untuk “melindungi warga sipil”. Namun sebenarnya pada tahun 2003, pemimpin Libya ini mengumumkan kepada masyarakat internasional bahwa ia secara aktif menyerahkan program nuklirnya saat itu.