Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Intervensi Rusia dalam Anti-Terorisme di Syria- Percaturan AS Di Timteng Berubah (3)

3 November 2015   17:57 Diperbarui: 4 November 2015   09:07 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1979, ketika AS sangat berhasil mendamaikan Mesir dan Israel, tapi juga membuat satu kesalahan yang maha besar. Dengan membiarkan dan memupuk Revolusi Islam, agar AS bisa mempromosikan perdamaian antara negara-negara Arab dengan Israel, juga membiarkan yang memungkinkan kekuatan lain bangkit di Timteng, yaitu kekuatan caesaropapist dari Faksi Syiah. (caesaropapist = kekuasaan tertinggi negara oleh satu orang pemuka agama, atau sistem politik dimana kepala negara juga kepala agama /kepala gereja dan hakim agung dalam urusan agama).

Dan kekuatan ini telah menjadi pukulan yang menghancurkan tata letak asli dari Timteng, yang menyebabkan Perang Iran-Irak, AS sebenarnya dalam keadaan tidak berdaya. Semua ini bisa dilakukan dengan dukungan pada Saddam Hussein untuk membalaskan dendam AS terhadap Iran, yang telah menyandera personil diplomat AS, dan Iran telah berpaling dari hubungan dekat Iran-AS menjadi oposisi yang paling sengit dengan AS.

Tapi setelah penyesuaian Perang Iran-Irak, AS mampu mempertahankan kehadirannya di Timteng, dan AS mampu mempertahankan sebagian kehadirannya, berkat kesalahan maha besar yang dibuat Uni Soviet, ketika mengirim pasukan ke Afganistan pada tahun 1979. 

Selama Perang Soviet-Afganistan,  AS memanfaatkan momentum dengan memberi dukungan penuh kepada pemberontak, termasuk resistan Islam yang merupakan pendahulu dari Al Qaeda, yang berjuang melawan tentara merah Uni Soviet.

Pada dekade pertama setelah sistem Perang Dingin runtuh, untuk memastikan hegemoni global, kebijakan AS di Timteng menjadi utama yang difokuskan pada dua aspek. Pertama, AS buru-buru mengisi “kekosongan kekuasaan” yang tersisa di Timteng setelah Uni Soviet dan kemudian Rusia yang menarik diri kembali, dan AS dengan cepat mengirim garnisun ke Arab Saudi,  Turki, Qatar dan Emirat Arab, dan mempertahankan gugus tugas kapal induk berkeliling dekat Teluk sepanjang tahun.

Juga menerapkan dan memlihara “kebijakan ramah” dengan majoritas negara-negara Timteng, terutama menghargai mengembangkan hubungan dengan negara-negara moderat Gulf Cooperation Council (GCC), Turki dan Mesir, dan mendukung faksi utama terutama Taliban, untuk mempertahankan pengaruhnya di Afganistan.

Pada saat yang sama, sikap AS tetap mempertahankan status quo dan membentuk tatanan baru  muncul, karena didukung oleh moderat dan menekan radikal. Dalam hal ini tidak mengizinkan kekuatan revolusioner yang bisa mengubah situasi regional muncul, dan bekerja dan mengupayakan untuk memastikan stabilitas Timteng dan stabilitas pasar energi dunia.

Sebelum insiden 11 September 2011, kita bisa meringkas kebijakan Timteng AS hanya dalam beberapa kata – Promosikan Perdamaian di bagian Barat dan menekan Iran dan Irak di bagian Timur. Yang dimaksud “Barat” mempromosikan pembicaraan damai antara Israel dan Pakistan, dan rekonsiliasi antara Israel dan dunia Arab.

Dalam hal ini strategi “promosi perdamaian di barat, dan menekan Iran dan Irak di timur”. “timur” adalah di Teluk Persia, dimana AS ingin menekan Iran dan Irak. AS menggunakan strategi ini umumnya untuk menjaga keseimbangan di Timteng, sehingga membuat Timteng pada 10 tahun terakhir di abad terakhir lalu terlihat sangat langka menjadi “damai” dan “tenang”. Proses perdamaian di Timteng mengalami banyak pertumbuhan pada saat itu.

Tetapi karena sikap utilitarian dan opotunistik ke arah kekuasaan politik Islam, terjadi efek samping  terbesar dari kebijakan AS di Timteng adalah penciptaan terorisme. Alasannya bahwa Timteng sekarang ini karena begitu bergejolak dikarenakan Perang Irak pada tahun 2003 sangat terganggu keseimbangannya, dan hanya karena keseimbangan yang telah rusak, maka muncullah IS atau ISIS.

Fenomena dari munculnya ISIS diperkuat utamanya oleh intervensi dari Barat dengan revolusi “Musim Semi/Arab Spring” pada 2011, ini yang menyebabkan ISIS makin kuat. Kita bisa mengatakan bahwa tanpa ketidak-seimbangan parah ini pada kekuatan politik di kawasan tersebut, ISIS tidak akan pernah muncul. Tanpa runtuhnya wilayah politik di kawasan tersebut, ISIS tidak akan pernah muncul. Demikian menurut banyak analis dunia luar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun