Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Intervensi Rusia dalam Anti-Terorisme di Syria- Percaturan AS Di Timteng Berubah (3)

3 November 2015   17:57 Diperbarui: 4 November 2015   09:07 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyesuaian Kebijakan Obama Di Timur Tengah

Ketika Obama menjabat presiden untuk periode pertama, ia masih mengatur nada untuk kebijakan Timteng pemerintahan AS selama jabatannya. Ketika masa pemerintahan sebelumnya AS tidak mau melakukan segala macam tawar menawar untuk Timteng, Obama coba untuk mengoreksi kesalahan pendahulunya.

Dia menganjurkan untuk menggunakan cara politik, dan bukan perang untuk mencapai strategi AS menarik diri dari Timteng. Dua upaya dari strategi Obama sedang dilakukan, namun masih belum mencapai apa yang diharapkan.

Selama masa jabatan pertama dalam pidatonya, ia terutama mengatakan dua hal untuk Timteng : pertama, ia akan menarik pasukan dari Irak, dan kedua, akan ada resolusi politik untuk masalah nuklir Iran.

Obama berhasil menarik pasukan selama masa jabatan pertama, dan mencapai resolusi politik dengan Irak selama masa jabatan kedua. Dengan kata lain, ia berhasil mencapai tujuannya, dan pencapaian dua keberhasilannya ini dengan sendirinya dari dua hasil lainnya.

Salah satu hasilnya adalah tidak bertanggung jawab, dengan terburu-buru menarik pasukan dari Irak, menyebabkan berakhirnya dari kebijakan Irak yang sudah ditrapkan oleh George W. Bush yang cukup berhasil di pemerintahan kemudian. Tapi menyebabkan muncul dan berkembangnya ISIS.

Dan menandatangani perjanjian nuklir dengan Iran, juga menyebabkan banyak pihak di Arab merasa sangat kecewa.

Pada tahun 2104, setelah AS dan Iran mulai kembali bernegosiasi mengenai program nuklir Iran, majalah “New Yorker” menerbitkan satu wawancara dengan Presiden Obama. Selama wawancara, Obama menyebutkan pendapatnya sendiri mengenai situasi di Timteng.

Obama mengatakan : “Anda bisa melihat keseimbangan yang berkembang antara negara-negara Sunni dan Iran di Teluk. Jika kita bisa menghilangkan permusuhan antara kedua belah pihak, kita bisa menciptakan keseimbangan baru. Dengan cara ini, kita bisa bekerjasama dengan negara-negara ini beroperasi secara normal untuk mencegah munculnya ekstrimis.”

Saat ini, Syria merupakan arena kontes antara berbagai kekuatan di Timteng. Perkembangan situasi di Syria menciptakan teka-teki bagi Obama, yang berencana untuk menarik diri dari daerah/kawasan tersebut.

Untuk batas tertentu, situasi bagi AS yang telah mengalami di Syria merupakan bayangan dari keadaan dimana kebijakan AS yang akan menghadapi di Timteng.

Pada 13 Oktober 2015, Dephan AS mengumumkan rencana baru untuk mendrop dari udara 50 ton senjata ke oposisi Syria, untuk mendukung mereka dalam memerangi ISIS. Ini menandai kegagalan rencana AS untuk melatih oposisi moderat Syria

Dan sebelum ini sudah sering terdengar dari publik menurut laporan media, bahwa AS telah kehilangan peran kepemimpinan di Syria.

Dengan Rusia melakukan serangan udara terhadap ISIS di Syria telah sangat meningkat popularitasnya di Timteng, dan beberapa pihak bahkan melihat Putin sebagai “penyelamat”, sementara mereka melihat AS sebagai “sebagai penghuni yang tidak berguna”.

Suatu ketika Obama sangat marah dengan merespon isu tersebut dengan mengatakan :“Saya bilang, jika Anda berpikir bahwa kepemimpinan hanya membuang uang pada masalah dan mengirim pasukan untuk mendukung satu-satunya sekutu Anda, maka kita memiliki definisi yang berbeda dari kepemimpinan.”  

Dari perspektif AS, itu adalah arti dari suatu bangsa dengan kepemimpinan global. Untuk derajat yang lebih besar, perlu untuk menampilkan kepempimpinannya di semua isu-isu internasional, dan itu tidak bisa hanya membuat tidak bisa tampil di keadaan bergejolaknya keadaan di Timteng.

Dalam benak pikirannya, Obama sedang mencoba untuk keluar dengan cepat, dan tidak terjebak di sana, tapi ketika situasi Timteng berubah seperti ini, ia dipaksa untuk membuat keputusan dan mengalokasikan uang untuk membuat serangan udara simbolik, tapi dia sebenarnya tidak memiliki tekad untuk mengatasi masalah ini.

Setelah itu, ia membuat rencana lain untuk melatih oposisi moderat agar mereka melawan ISIS. AS sudah begitu lama melatih mereka, dan sudah menghabiskan US$ 500 juta untuk melakukan pelatihan, tapi pada akhirnya, hanya lima orang yang berani melawan. Situasi ini yang AS tidak bisa mengantisipasi.

Sejak Obama menjabat sebagai presiden, Obama telah mengubah kebijakan AS di Timteng, berupaya untuk bisa keluar dari lumpur di Timteng secepatnya. Secara historis, investasi AS di Timteng telah selangit, tetapi efeknya selalu jauh dari apa yang awalnya direncanakan.

Jadi pikirnya, mengapa tidak bisa AS meninggalkan Timteng? Bagaimana jika kebijakan AS di Timteng harus jatuh sekali lagi dalam lumpur kali ini kelak?

Selama Perang Dingin, AS secara bertahap telah menjadi hegemon di Timteng dan kemudian di dunia. Kepentingan nasional di Timteng adalah untuk menjamin pasokan minyak, mendukung Israel, dan menekan pengaruh Uni Soviet di Timteng.

Dalam rangka untuk mencapai kepentingan ini, AS membentuk hubungan dekat, stabil, dan aliansi jangka panjang dengan banyak negara Timteng.

Pada tahun 1979, ketika AS sangat berhasil mendamaikan Mesir dan Israel, tapi juga membuat satu kesalahan yang maha besar. Dengan membiarkan dan memupuk Revolusi Islam, agar AS bisa mempromosikan perdamaian antara negara-negara Arab dengan Israel, juga membiarkan yang memungkinkan kekuatan lain bangkit di Timteng, yaitu kekuatan caesaropapist dari Faksi Syiah. (caesaropapist = kekuasaan tertinggi negara oleh satu orang pemuka agama, atau sistem politik dimana kepala negara juga kepala agama /kepala gereja dan hakim agung dalam urusan agama).

Dan kekuatan ini telah menjadi pukulan yang menghancurkan tata letak asli dari Timteng, yang menyebabkan Perang Iran-Irak, AS sebenarnya dalam keadaan tidak berdaya. Semua ini bisa dilakukan dengan dukungan pada Saddam Hussein untuk membalaskan dendam AS terhadap Iran, yang telah menyandera personil diplomat AS, dan Iran telah berpaling dari hubungan dekat Iran-AS menjadi oposisi yang paling sengit dengan AS.

Tapi setelah penyesuaian Perang Iran-Irak, AS mampu mempertahankan kehadirannya di Timteng, dan AS mampu mempertahankan sebagian kehadirannya, berkat kesalahan maha besar yang dibuat Uni Soviet, ketika mengirim pasukan ke Afganistan pada tahun 1979. 

Selama Perang Soviet-Afganistan,  AS memanfaatkan momentum dengan memberi dukungan penuh kepada pemberontak, termasuk resistan Islam yang merupakan pendahulu dari Al Qaeda, yang berjuang melawan tentara merah Uni Soviet.

Pada dekade pertama setelah sistem Perang Dingin runtuh, untuk memastikan hegemoni global, kebijakan AS di Timteng menjadi utama yang difokuskan pada dua aspek. Pertama, AS buru-buru mengisi “kekosongan kekuasaan” yang tersisa di Timteng setelah Uni Soviet dan kemudian Rusia yang menarik diri kembali, dan AS dengan cepat mengirim garnisun ke Arab Saudi,  Turki, Qatar dan Emirat Arab, dan mempertahankan gugus tugas kapal induk berkeliling dekat Teluk sepanjang tahun.

Juga menerapkan dan memlihara “kebijakan ramah” dengan majoritas negara-negara Timteng, terutama menghargai mengembangkan hubungan dengan negara-negara moderat Gulf Cooperation Council (GCC), Turki dan Mesir, dan mendukung faksi utama terutama Taliban, untuk mempertahankan pengaruhnya di Afganistan.

Pada saat yang sama, sikap AS tetap mempertahankan status quo dan membentuk tatanan baru  muncul, karena didukung oleh moderat dan menekan radikal. Dalam hal ini tidak mengizinkan kekuatan revolusioner yang bisa mengubah situasi regional muncul, dan bekerja dan mengupayakan untuk memastikan stabilitas Timteng dan stabilitas pasar energi dunia.

Sebelum insiden 11 September 2011, kita bisa meringkas kebijakan Timteng AS hanya dalam beberapa kata – Promosikan Perdamaian di bagian Barat dan menekan Iran dan Irak di bagian Timur. Yang dimaksud “Barat” mempromosikan pembicaraan damai antara Israel dan Pakistan, dan rekonsiliasi antara Israel dan dunia Arab.

Dalam hal ini strategi “promosi perdamaian di barat, dan menekan Iran dan Irak di timur”. “timur” adalah di Teluk Persia, dimana AS ingin menekan Iran dan Irak. AS menggunakan strategi ini umumnya untuk menjaga keseimbangan di Timteng, sehingga membuat Timteng pada 10 tahun terakhir di abad terakhir lalu terlihat sangat langka menjadi “damai” dan “tenang”. Proses perdamaian di Timteng mengalami banyak pertumbuhan pada saat itu.

Tetapi karena sikap utilitarian dan opotunistik ke arah kekuasaan politik Islam, terjadi efek samping  terbesar dari kebijakan AS di Timteng adalah penciptaan terorisme. Alasannya bahwa Timteng sekarang ini karena begitu bergejolak dikarenakan Perang Irak pada tahun 2003 sangat terganggu keseimbangannya, dan hanya karena keseimbangan yang telah rusak, maka muncullah IS atau ISIS.

Fenomena dari munculnya ISIS diperkuat utamanya oleh intervensi dari Barat dengan revolusi “Musim Semi/Arab Spring” pada 2011, ini yang menyebabkan ISIS makin kuat. Kita bisa mengatakan bahwa tanpa ketidak-seimbangan parah ini pada kekuatan politik di kawasan tersebut, ISIS tidak akan pernah muncul. Tanpa runtuhnya wilayah politik di kawasan tersebut, ISIS tidak akan pernah muncul. Demikian menurut banyak analis dunia luar. 

Tapi Peristiwa 11 September 2011 Menjadi Kilas Balik Kepemimpinan AS

( Bersambung ....... )

Sumber : Media TV dan Tulisan Dalam & Luar Negeri

http://www.nytimes.com/interactive/2015/09/30/world/middleeast/syria-control-map-isis-rebels-airstrikes.html?_r=0

http://www.aljazeera.com/news/2015/10/hundreds-killed-russian-air-strikes-syria-151029130146883.html

http://www.aljazeera.com/indepth/features/2015/10/russian-fears-syria-afghanistan-151027110248343.html

https://www.google.co.id/search?q=airstrikes+syria&espv=2&biw=1120&bih=668&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ved=0CDIQsARqFQoTCN6i2sOx6sgCFQuflAodtMgCaQ&dpr=1#imgrc=Orb4v6gxNmddXM%3A

http://internasional.kompas.com/read/2015/10/21/10003291/Cegah.Insiden.di.Suriah.AS.dan.Rusia.Teken.Nota.Kesepahaman?utm_source=news&utm_medium=bp&utm_campaign=related&

http://www.bbc.com/news/world-middle-east-34399164

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun