Andrian Edward, Jurubicara UNHCR mengingatkan, “dari sana situasi memburuk di Syria, ekskalasi tekanan pada rakyat Syria, banyak dari mereka yang lari itu dari kelas menengah. Mereka lari dari Syria ke negara-negara tetangga ke Turki, dari sana pergi kemana saja. Jadi penyebab gerakan massa ini adalah perang yang mengerikan dan konflik.”
Diatas kurva jumlah permohon pengungsi yang telah diajukan ke Uni Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Dari tahun 2004 hingga 2009, jumlah yang tadinya berkisar di angka 200.000 sampai 300.000. Mulai tahun 2010, angka secara bertahap berkembang lebih tinggi hingga tahun 2014 telah melebihi 600.000.
Situasi saat ini bahkan lebih memprihatinkan. Jerman, Yunani dan negara-negara lain telah melihat jumlah rekor yang mencemaskan dengan statistik paruh tahun pertama. Lalu kalau dilihat apa yang terjadi pada akhir tahun 2010? Saat itu adalah saat dimana gerakan “Arab Spring/Mussim Semi Arab” pecah.
Banyak analis yang mengadaikan, jika tidak ada “Arab Spring” tidak akan ada pengungsi Syria, jika tidak ada “Arab Spring” tidak akan ada pengungsi Libya, sehingga tidak akan ada gelombang pasang pengunsi ini.
Gerakan “Arab Spring” pada 2010 menjadi siklon politik yang menyapu Tunisia, kemudian Mesir, Libya, Yaman dan Syria, serta semua turbulensi menjadi meningkat, sehingga kehidupan masyarakat menjadi tumbuh lebih keras dan lebih keras lagi.
Dan ini yang menjadi biang kaladi penyebab mengapa banyak pengungsi Timteng dan Afrika Utara meninggalkan negara dan kampung halamanannya lari ke Eropa.
(Bersambung ......)
Sumber & Referensi ; Media Tulisan dan TV Dalam & Luar Negeri
http://www.huffingtonpost.com/dr-rola-hallam/us-prevent-aylan-kurdi_b_8186138.html?ir=Australia