Berkenaan dengan dengan “kerja keras” AS untuk masalah Laut Tiongkok Selatan, Dubes Tiongkok untuk AS, Cui Tiankai meminta AS apakah usulan perilaku non-konstruktif juga harus dibekukan?
Cui Tiankai menanyakan : Dalam isu Laut Tiongkok Selatan, apakah AS sendiri yang sudah melakukan banyak hal setelah tahun 2002, dan apakah itu konstruktif? Tidakkah mereka juga harus membekukan? Atau Mereka harus melakukan sebaliknya? Mereka harus mengklarifikasi semua pertanyaan ini?
Ide AS untuk “pembekuan hal-hal di Laut Tiongkok Selatan” mendapat sambutan dingin oleh ASEAN. Sekjend ASEAN Le Luong Minh mengatakan bahwa Menlu negara-negara ASEAN belum membahas usulan AS, dan ASEAN dan Tiongkok telah berjanji bersama-sama untuk “menahan diri” ketika mereka menandatangani “DOC” pada tahun 2002.
Le Luoang Minh mengatakan hanya pihak yang terlibat dengan sengketa kedaulatan di Luat Tiongkok Selatan saja yang akan memiliki solusi untuk masalah tersebut.
Tahap kedua, dari intervensi AS di Luat Tiongkok Selatan dimulai Mei tahun ini (2015), dengan intervensi fisik.
Pada 20 mei 2015, militer AS mengirim P-8A “Poseidon” pesawat anti-kapal selam yang paling canggih terbang melintas di kepulauan Spartly dan Terumbu di Laut Tiongkok Selatan, untuk melakukan misi pengintaian. Terbang rendah hingga 4.500 m. Sehingga mendapat peringatan dari AL-PLA Tiongkok untuk menjauh.
Pada 18 Juli 2015, Komandan Armada Pasifik AS , Scott Swift berada dalam pesawat anti-kapal selam P-8A “Poseidon” dan menyelesaikan penerbangan 7 jam misi pengintaian di wilayah udara yang diklaim teritori Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. Swift mengatakan pengintaian ini bagi AS untuk didedikasikan bagi kebebasan navigasi dan penerbangan ini memungkinkan dia untuk melihat/mengukur “langsung” kemampuan tempur Armada Pasifik, AS.
Banyak ahli militer pecaya bahwa Laut Tiongkok Selatan merupakan wilayah paroli militer yang paling ideal bagi kapal selam nuklir setrategis AL-PLA Tiongkok. Dengan AS menggunakan pesawat tersebut di Filipina berarti tujuan patroli mereka kemungkinan besar untuk melacak kepal selam nuklir strategi Tiongkok.
Selama kunjungannya di Filipina, Swift meyakinkan sekutunya di Asia bahwa AS memiliki peralatan militer terbaik dan telah membuat persiapan yang diperlukan untuk setiap kesempatan di Laut Tiongkok Selatan. Dia menyatakan, militer AS mungkin mengerahkan lebih dari 4 kapal tempur pesisir ke wilayah tersebut, dan berharap untuk memperluas latihan tahunan AL-AS dengan sekutu regional untuk latihan militer multinasional, yang mungkin juga termasuk Jepang.