Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menerawang Kerangka Kesepakatan Nuklir Iran (4)

5 Agustus 2015   17:16 Diperbarui: 5 Agustus 2015   17:16 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil Dari Perjanjian Nuklir Iran

Dalam perjanjian yang tercapai dengan Iran ini, AS akan tegas, komprehensif  dan akan secara efektif menekan Iran dari kemungkinan untuk mengembangkan senjata nuklir. Namun AS tidak berani menyamin ini selamanya, tetapi AS dapat menjamin setidaknya dalam 10 tahun yang akan datang Iran tidak akan mengembangkan senjata nuklir.

Israel dengan sendirinya tidak akan bisa menerima janji dan jaminan AS ini.

Pada 3 Maret 2015, Netanyahu berkunjung ke Gedung Putih dan menerima undangan Kongres AS untuk berbicara di di depan Kongres, dalam kesempatan ini dia menekankan dengan mengatakan : “Mencapai kesepakatan komprehensif dengan Iran tidak bisa menghentikan Iran dari mengembangkan senjata nuklir. 

Setelah itu PM Israel dan beberapa Senator AS bersama-sama, sekali lagi menyampaikan pendapat oposisi keras kepada Obama atas kemungkinan untuk pencapaian perjanjian nuklir Iran. Obama merasa tidak senang dengan pernyataan ini, dengan mengatakan : “Pada saat kesepakatan ini tiba, kami merasa yakin akan mencegah Iran untuk membuat senjata nuklir.”

Pada 2 April 2015, semua pihak yang terafiliasi mencapai kesepakatan kerangka kerja dengan Iran untuk solusi masalah nuklir Iran. Netanyahu sekali lagi menyatakan oposisi keras. Dengan mengatakan : “Israel tidak akan menerima kesepakatan yang memungkinkan sebuah negara yang bersumpah akan memusnahkan kita untuk mengembangkan senjata nuklir.” Selain itu, permintaan Isreal bahwa setiap kesepakatan akhir dengan Iran harus mencakup komitmen Iran yang jelas dan tidak ambigu dari hak Israel untuk eksis. 

Dari perspektif Israel, Israel memandang Iran sebagai musuh nomor satu. Negara yang dianggap paling berbahaya bagi eksistensi negara Israel, Iran satu-satunya negara yang berkemampuan melawan Isreal, Iran sudah berulangkali akan memusnahkan negara Israel dalam beberapa pernyataannya. Musuh lama Israel.

Sejak isu nuklir bergulir, Israel menjadi sangat sensitif dalam mengamati kemajuan nuklir Iran. Para pejabat Israel dan pemimpin militernya berulang kali menyeruhkan masyarakat internasional di beberapa kesempatan publik untuk memberikan tekanan politik dan ekonomi terhadap Iran, juga mengisyaratkan jika tekanan masyarakat internasional tidak bisa menghentikan program senjata nuklir Iran. Israel mungkin secara sepihak akan mengambil tindakan militer dan menyerang fasilitas nuklir Iran.

Israel percaya bahwa Iran bagaimanapun akan terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan nuklirnya yang pada akhirnya akan mengembangkan senjata nuklir, sehingga Israel terus menciptakan polemik dan diskusi publik. Sepuluh tahun yang lalu , Israel mengatakan Iran akan bisa meledakkan bom atom dalam waktu setahun.

Setiap tahun dan dari tahun ke tahun, kadang Israel menjadi sensasionil yang berlebihan, dengan mengatakan dalam waktu enam bulan, sesuatu akan terjadi. Israel melakukan ini dengan harapan masyarakat internasional lebih banyak memberi tekanan kepada Iran, dengan banyak mendapat tekanan dapat membuat runtuh perintahan Iran, itu yang menjadi pertimbangan Isreal.

Mendapat Kawan Yang Tidak Terduga Dalam Menekan Iran

Dalam masalah nuklir Iran, Israel selain sering menggunakan cara diplomasi untuk coba menghentikan perjanjian nuklir Iran agar tidak tercapai. Isreal juga bergabung dengan “teman” yang tak terduga untuk sama-sama menghadapi Iran.

George Marshall, Utusan Khusus AS untuk Perdamaian Timteng mengatakan, tidak ada pendukung yang lebih besar dari PM Netanyahu dalam upaya untuk menjegal kesepakatan nuklir Iran dibanding  dengan pemerintah  Arab Saudi.

Menghadapi sikap Obama terhadap Iran, sikap Arab Saudi sekutu lain dari AS menjadi cukup mengherankan seperti Israel. Sama seperti Israel, negara-negara Arab lain juga beranggapan Iran yang kuat akan memiliki “ambisi untuk membangun hegemoni kawasan Timteng”.

Kemampuan nuklir Iran akan menjadi senjata yang paling kuat. “Ancaman” dari pertumbuhan konstan Iran akan meyebabkan dua lawan dalam jangka panjang di Timteng bisa kemungkinan membangun aliansi.

Pada bulan Nopember 2013, keitka negosiasi nuklir Iran pertama kali dimulai, “The Sunday Times” menunjukkan bahwa organisasi itelijen Israel, Mossad dan pejabat Saudi telah menyusun rencana bagaimana menanggapi secara darurat untuk menangani kemajuan nuklir Iran, termasuk melaksanakan serangan militer terhadap Iran jika diperlukan.

Arab Saudi bahkan memberi Israel lampu hijau untuk menggunakan wilayah udara Arab Saudi jika meluncurkan serangan militer terhadap Iran. Selain itu, Arab Saudi juga bersedia untuk membantu dengan UAV (drone), helikopter penyelematan dan pesawat pengisian bahan bakar udara untuk membantu pesawat Israel yang sedang dalam perjalanan menyerang Iran. 

Menurut informasi Bloomberg AS, sejak awal 2014, Israel dan Arab Sausi telah melakukan lima kali “pertemuan rahasia” untuk membahas bagaimana menghadapi bangkitnya Iran.

Sejak Iran telah membuat banyak kemajuan dalam teknologi nuklir, walaupun Iran telah banyak mengalah untuk berkompromi, memberi konsesi dan mengurangi kemampuan teknologinya, tapi bagi orang Arab itu tetap merupakan kemenangan mutlak Iran. Dengan kata lain, antara Arab dan Persia, antara semua negara Arab dan Iran, dalam perlombaan senjata nuklir ini, Arab Saudi telah kalah telak, Tidak peduli apapun, dalam benak pikiran mereka telah terjadi ketidak seimbangan.

Setelah melewati banyak rintangan, akhirnya negosiasi nuklir Iran sudah siap selesai. Tapi kesepakatan akhir masih sangat berat, meskipun arahnya sudah pasti namun negosiasi ini masih menunggu “perenggangan akhir”.

Pada 30 Juni, Wakil Menlu Iran Abbas Araqchi dan Wakil Sekjend Uni Eropa untuk Aksi Pelayanan Eksternal, Helga Schmid memimpin rapat negosiasi koordinasi teknis antara G6 dan Iran. Sekitar 250 orang ahli teknis dan diplomat dari negara-negara G6 dan Iran melakukan negosiasi teknis mengenai teks lengkap dari perjanjian tersebut, namun masih belum bisa mencapai kesepakatan akhir, dan diputuskan untuk memperpanjang batas waktu hingga 7 Juli 2015.

Meskipun tujuan akhir tidak tercapai, tapi semua pihak merasa tetap optimis untuk masa depan. Para pengamat melihat  itu hanya masalah waktu saja sebelum kesepakatan akhir akan tercapai oleh kedua belah pihak, berhubung kompleksitas yang mereka hadapi dua belah pihak., sedang AS juga menghadapi kompleksitas dari isu nuklir Iran ini, jadi solusi akhir bukan suatu hal mudah seolah seperti “sepotong kue”.

Obama mengatakan : “Kami akan mengulurkan tangan jika Anda bersedia untuk mengepalkan telapak tangan”. Sejak ia menjabat pertama kali, Obama telah secara luas menyebarkan “cabang zaitun” ke Iran. Kini menggunakan negosiasi nuklir Iran sebagai platform untuk membuka hubungan degan Iran tampaknya cukup efektif. Tapi bagaimana untuk mengembangkan hubungan dengan Iran, sementara tidak menyinggung sekutu AS merupakan masalah yang sulit dihadapi Obama.

 

Beberapa analis melihat, sebenarnya AS tidak takut pada nuklir Iran. Sebaliknya, jika Iran memiliki kekuatan nuklir besar, atau bahkan memiliki senjata nuklir, itu justru akan lebih hati-hati dalam menjaga kemitraan yang seimbang dengan AS, tetapi AS tidak bisa menyinggung Israel dan Arab Saudi dan Turki dalam membangun kemitraan dengan nuklir Iran. AS tidak mau kehilangan keuntungan yang besar demi keuntungan yang kecil.

Kitapun semua tahu di Timteng, jika kita berbicara dengan Persia kita harus mempertimbangkan bagaimana perasaan orang Arab, saat berbicara dengan Arab harus mempertimbangkan bagaimana perasaan orang Yahudi. Demikianlah para analis melihat masalah penyelesaian di Timteng.

Perlu ada keseimbangan tertentu di Timteng. Maka AS cemas dan sibuk serta canggung dalam mencoba mencapai resolusi diplomatik untuk masalah nuklir Iran, serta menormalisasi hubungan dengan Iran, dimana di saat yang sama tidak menyinggung orang-orang Arab, dan harus menjamin keamanan orang Arab, serta berjanji semua ini pilihannya berbeda di setiap masalah di Timteng, termasuk masalah nuklir Iran. Jika situasinya berputar diluar kendali, maka AS harus berupaya sendiri. Tapi apapun untuk menjaga keseimbangan terlalu sulit untuk dicapai.

Iran selalu menekankan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, Iran tahu bagaimana menggunakan tenaga nuklir untuk tujuan damai di masa depan. Membangun kepercayaan Barat dan mengurangi ketegangan untuk mengejar pembangunan adalah tujuan Iran.

Kita kini bisa melihat cukup jelas Iran kini telah memilih jalan baru, mereka mencari keamanan. Mereka akan melakukan seperti Jepang, dimana (Iran) memiliki tenaga nuklir yang kuat, tingkat teknologi nuklir yang tinggi, dan mampu menghasilkan sentrifuse dan memperkaya uranium, tahu bangaimana membuat bom atom, tapi tidak akan membuatnya

Walaupun negosiasi masih mencari kesamaan di antara perbedaan dan perdebatan, namun baik Iran dan AS percaya mereka saat ini merupakan saat yang baik untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran. Jika kesepakatan tidak ditandatangani semasa jabatan Obama, dan resolusi diplomatik tidak tercapai. Maka sanksi terhadap Iran akan mengalami perpanjangan yang bertahun-tahun

AS telah menggunakan banyak metode yang berbeda untuk memberitahu Iran langsung, atau melalui pihak lain bahwa ini periode terakhir dari Obama dan kesempatan terakhir bagi Iran.

Barat juga cemas untuk menghentikan Iran mengembangkan senjata nuklir, dan Iran ingin membebaskan diri dari sanksi ekonomi dan mengintegrasikan diri kembali ke dunia. Dalam negosiasi nuklir Iran yang telah berlangsung bertahun-tahun, semua pihak perserta negosiasi sudah tahu kartu masing-masing.

Jika kesepakatan tercapai, Uni Eropa mungkin akan melepaskan sanksi ekonomi, energi dan sanksi perbankan terhadap Iran, dan AS mungkin juga akan membebaskan hukuman masa lalu. Jika sanksi tersebut dicabut, Iran berharap dapat memulihkan dananya lebih dari US$ 100 milyar pendapatan minyak   yang dibekukan di luar negeri karena sanksi AS. Peningkatan hubungan antara Barat dan Iran pada garis besarnya akan mendorong pengembangan Iran dan mengubah seluruh situasi di Timteng.

Kolomnis “Washington Post” David Ignatius percaya berbaikan antara AS dan Iran sangat menjanjikan, dan Iran yang selama ini menganggap AS sebagai “setan” mungkin di masa depan tidak akan ada lagi. Sedang pemerintahan Obama mengharapkan dengan kesepakatan nuklir Iran dapat membuka pintu dialog.

Analisis dari : “The New York Times” percaya Iran tidak akan tunduk pada sanksi, metode negosiasi adalah metode terbaik untuk memecahkan kebuntuhan. Negosiasi nuklir Iran dapat mencapai kesepekatan yang akan berlansung selama 10 tahun, yang memungkinkan membawa harapan perdamaian sejati di Timteng.

( Habis )

 

Sumber : Media TV dan Tulisan Luar dan Dalm negeri

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/30/078687867/indonesia-iran-rancang-kerja-sama-nuklir-ini-skenarionya

https://en.wikipedia.org/wiki/Joint_Comprehensive_Plan_of_Action

The New york Times - The Iran Nuclear Deal by willian J Broad and Sergio Pechana July 14, 2015

http://www.theguardian.com/world/2015/apr/02/iran-nuclear-deal-negotiators-announce-framework-agreement

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun