Obama mengatakan : “Kami akan mengulurkan tangan jika Anda bersedia untuk mengepalkan telapak tangan”. Sejak ia menjabat pertama kali, Obama telah secara luas menyebarkan “cabang zaitun” ke Iran. Kini menggunakan negosiasi nuklir Iran sebagai platform untuk membuka hubungan degan Iran tampaknya cukup efektif. Tapi bagaimana untuk mengembangkan hubungan dengan Iran, sementara tidak menyinggung sekutu AS merupakan masalah yang sulit dihadapi Obama.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/08/05/obama-55c1e2000ab0bd1c0a1874c9.png?v=600&t=o?t=o&v=555)
Kitapun semua tahu di Timteng, jika kita berbicara dengan Persia kita harus mempertimbangkan bagaimana perasaan orang Arab, saat berbicara dengan Arab harus mempertimbangkan bagaimana perasaan orang Yahudi. Demikianlah para analis melihat masalah penyelesaian di Timteng.
Perlu ada keseimbangan tertentu di Timteng. Maka AS cemas dan sibuk serta canggung dalam mencoba mencapai resolusi diplomatik untuk masalah nuklir Iran, serta menormalisasi hubungan dengan Iran, dimana di saat yang sama tidak menyinggung orang-orang Arab, dan harus menjamin keamanan orang Arab, serta berjanji semua ini pilihannya berbeda di setiap masalah di Timteng, termasuk masalah nuklir Iran. Jika situasinya berputar diluar kendali, maka AS harus berupaya sendiri. Tapi apapun untuk menjaga keseimbangan terlalu sulit untuk dicapai.
Iran selalu menekankan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, Iran tahu bagaimana menggunakan tenaga nuklir untuk tujuan damai di masa depan. Membangun kepercayaan Barat dan mengurangi ketegangan untuk mengejar pembangunan adalah tujuan Iran.
Kita kini bisa melihat cukup jelas Iran kini telah memilih jalan baru, mereka mencari keamanan. Mereka akan melakukan seperti Jepang, dimana (Iran) memiliki tenaga nuklir yang kuat, tingkat teknologi nuklir yang tinggi, dan mampu menghasilkan sentrifuse dan memperkaya uranium, tahu bangaimana membuat bom atom, tapi tidak akan membuatnya
Walaupun negosiasi masih mencari kesamaan di antara perbedaan dan perdebatan, namun baik Iran dan AS percaya mereka saat ini merupakan saat yang baik untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran. Jika kesepakatan tidak ditandatangani semasa jabatan Obama, dan resolusi diplomatik tidak tercapai. Maka sanksi terhadap Iran akan mengalami perpanjangan yang bertahun-tahun
AS telah menggunakan banyak metode yang berbeda untuk memberitahu Iran langsung, atau melalui pihak lain bahwa ini periode terakhir dari Obama dan kesempatan terakhir bagi Iran.
Barat juga cemas untuk menghentikan Iran mengembangkan senjata nuklir, dan Iran ingin membebaskan diri dari sanksi ekonomi dan mengintegrasikan diri kembali ke dunia. Dalam negosiasi nuklir Iran yang telah berlangsung bertahun-tahun, semua pihak perserta negosiasi sudah tahu kartu masing-masing.
Jika kesepakatan tercapai, Uni Eropa mungkin akan melepaskan sanksi ekonomi, energi dan sanksi perbankan terhadap Iran, dan AS mungkin juga akan membebaskan hukuman masa lalu. Jika sanksi tersebut dicabut, Iran berharap dapat memulihkan dananya lebih dari US$ 100 milyar pendapatan minyak yang dibekukan di luar negeri karena sanksi AS. Peningkatan hubungan antara Barat dan Iran pada garis besarnya akan mendorong pengembangan Iran dan mengubah seluruh situasi di Timteng.
Kolomnis “Washington Post” David Ignatius percaya berbaikan antara AS dan Iran sangat menjanjikan, dan Iran yang selama ini menganggap AS sebagai “setan” mungkin di masa depan tidak akan ada lagi. Sedang pemerintahan Obama mengharapkan dengan kesepakatan nuklir Iran dapat membuka pintu dialog.