Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menerawang Kerangka Kesepakatan Nuklir Iran (2)

4 Agustus 2015   15:48 Diperbarui: 4 Agustus 2015   15:48 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iran awalnya memiliki kapasitas penuh ekspor 4 juta barel minyak mentah per hari. Akibat sanksi pada bulan Maret 2013, ekspor minyak mentah jatuh hingga menjadi 1,25 juta barel per hari. Sanksi berat juga menyebabkan mata uang Iran, Rial terdepresiasi banyak dan biaya dalam negeri meroket sementara tingkat pengangguran tetap tinggi.

Sehingga pada hari raya Iran seperti Nowrus (Tahun baru Iran), warga Iran merasa untuk beli baju baru untuk anak-anaknya, kembang gula dan kacang-kacang untuk para tamunya, kini terasa sangat mahal sekali.

Perubahan Politik di  Iran

Pada tahun 2013, tokoh konservatif yang berusia 63 tahun Hassan Rouhani terpilih menjadi presiden Iran. Ungkapan selamamasa kampanye telah menyentuh banyak pemilih Iran, dengan mengatakan ada baiknya sentrifuse tetap beroperasi, tetapi penting juga bagi negara beroperasi juga dan roda industri berputar.

Pada September 2013, Hassan Rouhani yang baru memangku jabatan berbicara per tilpon dengan Presiden AS, Barrack Obama selama berada di Majelis umum PBB, demikian juga dengan Menlu Iran Mohammad Zarif. Dan Moh. Zarif berbicara dengan enam Menlu yang ikut dalam bernegosiasi  nuklir Iran.

Sebulan kemudian, enam negara tersebut dan pemerintahan baru Iran mengadakan putaran pertama pembicaraan di Jenewa, Swiss. Pada bulan Nopember tahun itu, Iran dan enam negara tersebut mencapai kesepakatan untuk tahap pertama langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran, dan pada awal tahun 2014, mulai negosiasi untuk perjanjian komprehensif untuk menyelesaikan masalah nuklir Iran.

Pada 2 April 2015, setelah kerja keras perjanjian kerangka kerja untuk masalah nuklir Iran akhirnya terbentuk. Dan masyarakat internasional melihat fajar yang sudah dirindukan sekian lama.

DR.Saeed Jalili, mantan kepala perunding nuklir Iran, dia mengirim pesan kembali kepada negaranya seraya mengatakan “Saya bernegosiasi dengan posisi kuat, melakukan yang terbaik, saya tidak memberikan atau mengalah apapun sama sekali. Hai rakyat seluruh Iran, lihatlah saya, saya selalu berdiri tegas terhadap AS dll...dll...”

Tapi Zarif tidak menggunakan taktik ini, ia mengakhiri pesan ini ke Iran dan rakyat Iran : “Saya melakukan yang terbaik untuk menemukan solusi, untuk membuat kesepakatan dengan yang lain.” Ini yang menjadi perbedaan penting.

Dari sikap garis keras menuju pencarian kesamaan, dan membuat kompromi, merupakan pergeseran dari sikap Iran yang cukup jelas.

Saat ini dengan pemerintahan Hassan Rouhani, Iran sekali lagi kembali ke citra internasional yang cukup konservatif. Rakyat Iran benar-benar telah mengalamai banyak kesulitan dibawah sanksi tersebut, dan mayoritas kualitas hidup mereka berkurang. Dengan harga minyak jatuh, situasi keuangan Iran dalam kondisi tidak baik sama sekali. Jika tetap bertahan pada sikap keras pasti akan mempengaruhi stabilitas dalam negeri Iran. Maka dengan presiden baru Hassan Rouhani, pemimpin mereka Ali Khamenei setuju untuk bernegosiasi dengan sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun