Namun, pemerintah Yunani telah membayar harga yang sesuai dengan bergabung dengan zona euro, dengan hilangnya hambatan perdagangan, Jerman justru telah memainkan peran utama dalam merobohkan bengkel-bengkel kecil di negara-negara yang efiseinsinya rendah, dengan otomatisasi produksi efisiensi tinggi. Ini merupakan kemajuan dalam efisiensi, tetapi juga berarti Jerman telah menjadi “kawasan industri” dari zona euro, sementara negara-negara seperti Yunani justru berangsur-angsur menjadi “daerah pertanian” yang terpinggirkan.
Charles P. Kindleberger, seorang sejarawan ekonomi terkenal AS, secara signifikan pernah menulis dalam bukunya yang terkenal “World Economic Primacy: 1500-1900” sebagai berikut : “kunci dari suatu negara adalah ‘produksi’ dan sebagian besar kekuatan ekonomi hegemonik dalam sejarah telah mengalami pergeseran dari ‘produksi’ ke ‘non-produksi’. Oleh karena itu, kekuatan hegemonik mengalami siklus hidup dan menghindari nasib mereka jatuh dari kemakmuran.” (“The key to a country’s economy is ‘production’ and most of the hegemonic economic powers in history have experienced a move from ‘production’ to ‘non-production’. Therefore, hegemonic powers experience life cycle and unable to escape their fate of falling from prosperity.” ).
Yunani memiliki karakteristik lain. Dari 15 juta warga Yunani ada hampir 5 juta warga negara Yunani memiliki kewarganegaraan ganda. (Menurut staistik yang tidak lengkap). Seperti klan Papandreou yang merupakan keluarga kaya di Yunani, juga memiliki kewarganegaraan AS. Jadi mereka memiliki kewarganegaraan ganda. Yunani mengakui kewarganegaraan ganda bagi warganya.
Oleh karena itu, kaum elit Yunani ini jika dinegaranya menghadapi kesulitan atau merasa tidak betah ia bisa ke AS. Banyak warga Yunani memiliki kewarganegaraan ganda. Ini juga yang menjadi masalah serius bagi Yunani. Perhatian dan nasioalisme mereka menajdi diragukan terhadap negaranya sendiri.
Seperti diketahui sebenarnya pembangunan ekonomi negara terutama sangat tergantung pada kejelian dan kebaranian kepemimpinan elit. Namun jika elit ini semua warga negara AS atau negara lainnya, meskipun mereka masih orang Yunani, mereka mungkin tidak akan menunjukkan banyak minat dalam hal itu. Lalu bagaimana Yunani bisa berkembang perekonomiannnya? Pertanyaan demikian banyak dipertanyakan oleh banyak analis.
Pada 4 April 2012, Dimiktris Christoulas, seorang apoteker Yunani yang berusia 77 tahun melakukan bunuh diri di depan gerbang parlemen Yunani. Dengan meninggalkan catatan bunuh diri, dengan tertulis sbb : “Saya lebih suka mengakhiri diri hidup saya dengan bermartabat daripada harus mulai mencari sampah untuk makanan.”. Lalu orang bertanya apa yang membuat uangnya habis dan bangkrut?
Dari hasil survei ditemukan bahwa mayoritas pinjmanannya Dimiktris Christoulas habis digunakan untuk membayar utang sebelumnya dan bunga utang sebelumnya serta bailout dari bank. Persentase pinjaman bantuan yang sebenarnya lari ke pemerintah Yunani dan digunakan untuk reformasi meningkatkan perekonomian dan menjaga keluarga berpenghasilan rendah yang kurang dari 10%.
Krisis Moneter di Asia Tahun 1997
Ini sama dengan krisis keuangan Asia pada tahun 1997. Perkenomian Asia Tenggara dan Korea Selatan babak belur. Cadangan devisa Korsel dengan cepat habis dan susut. Untuk mendapatkan devisa untuk pembayaran pinjamanan luar negeri, maka Presiden Kim Dae Jung saat itu melakukan kampanye nasional “Patriotic Gold Donation”(donasi emas patriotik) Dengan penuh semangat menyeruhkan kepada rakyat Korsel untuk menjual atau menyumbangkan emas pribadinya ke negara untuk keluar dari krisis.
Tanggapan dari rakyat Korsel sungguh mengejutkan dunia. Perempuan menyumbangkan perhiasan emas dan perak, dan ini terjadi antrian panjang. Dengan kampanye ini negara memperoleh US$ 2,1 milyar, yang memainkan peran penting dalam membantu Korsel keluar dari krisis.