Bisakah Alexis Tsipras memenangkan taruhan atau judi tersebut pada akhirnya?
Publik Yunani memperkirakan, menarik diri dari zona euro merupakan resiko pasti yang melebihi resiko yang melekat pada penghematan. Mereka masih bersedia tetap berada di zona euro, tapi jelas ini merupakan pilihan sulit. Jika tetap tinggal di zona euro, maka harus menerima pemotongan belanja, pemotongan kesejahteraann & upah dan kebijakan penghematan.
Tapi jika memilih tidak menerima dan meninggalkan zona euro, tiada yang tahu? Itu akan memasuki dunia yang tidak dikenal. Misalnya dengan harus membawa kembali mata uang asli Yunani ‘Drachma’. Tapi bagaimana nilai tukar antara drachma dan euro, apakah bisa diperbaiki? Tidak ada yang tahu....
Ini semua berarti tabungan mereka akan cepat terdepresiasi dibandingkan dengan mata uang keras dari euro. Dan tidak ada yang mau mengambil resiko ini.
Begitu referendum selesai, Menkeu Yunani, Yanis Varoufakis yang baru diposnya kurang dari 5 bulan, dengan sedih meninggalkan jabatannya (mengundurkan diri). Dalam pernyataannya ia mengatakan alasannya ia berhenti karena ia sedang “terdepak” dan menerima “sindiran”. Selama 5 bulan terakhir, Yanis Varoufakis telah bertanggung jawab untuk bernegosiasi utang dengan Uni Eropa, tapi gaya radikal dan pandangannya yang “non-maintream” telah menyinggung banyak rekan di zona euro.
Ketika Yanis Varoufakis meninggalkan kantor, Uni Eropa kehilangan lawan negoasiasi yang kuat. Analisis memperkirakan bahwa ini mungkin tindakan yang disengaja atas nama pemerintah Yunani. Kemungkinan Yunani telah mencapai kesepakatan dengan zona euro.
Permainan Kooperasi AS Demi Mengeruk Keuntungan
Perlu dicatat bahwa selama krisis semakin serius, perusahaan AS, Golman Sachs terus mendiskreditkan euro. Pada 2 Juli 2015, Goldman & Sachs menyatakan memburuknya situasi tegang di Yunani. Dan mengembar-gemborkan kinerja yang sangat baik dari AS ‘atas zona euro dan bikin isu nilai tukar euro akan jatuh.
Peluncuran mata uang Euro merupakan fajar baru menurut Bank Sentral Eropa (ECB) dan 12 negara ikut ambil resiko.
Pada 1 Januari 1999 yang telah pelan-pelan bersemai selama hampir setengah abad, pertama diluncurkan di 11 negara Uni Eropa sebagai mata uang Eropa. Sebagai produk dari integrasi ekonomi Uni Eropa, kelahiran euro bisa disebut ciptaan baru dalam sejarah keuangan internasional, dan dilihat oleh seluruh dunia sebagai simbol kebangkitan Eropa dalam pertarungan melawan dollar AS.
Namun, menurut “Perjanjian Maastrcht”(Maastrict Treaty)*1 anggota Ekonomi dan Moneter Uni Eropa harus memenuhi dua kritetria utama. Hal ini untuk menjaga kebijakan fiskal yang sehat dengan defisit tahunan tidak lebih dari 3% PDB, dan mebatasi utang 60% dari PDB. Yunani yang baru saja bergabung dengan Uni ini, sebanarnya terlalu jauh tertinggal dari kriteria ini.
(*1 Sebuah perjanjian yang harus ikut bertanggung jawab atas penciptaan Uni Eropa, yang ditanda-tangani di Maastricht, sebuah kota di Belanda. Traktat ini ditandatangni 7 Pebruari 1992, oleh para pemimpin dari 12 negara anggota, yang mencerminkan niat serius dari semua negara anggota untuk menyatukan ekonomi dan moneter Uni Eropa.)
Goldman Sachs Kooperasi di AS
Sebuah kantor berwarna coklat di perkantoran No.85, Broadway di Manhattan, New York, AS, dengan sikap low profile dan misterius. Itulah markas Goldman Sachs, sebuah bank investasi terkenal dunia. Bagi dunia luar Goldman & sachs tampak seperti elang lapar yang siap memangsa ekonomi di seluruh dunia. Dengan penglihatannya yang tajam, tidak pernah akan melepaskan kesempatan untuk merebut keuntungan.
Goldman Sachs melihat pertumbuhan ekonomi Eropa saat itu sebagai kesempatan untuk Yunani. Saat itu nilai tukar mata uang sangat stabil di zona euro dan pembiayaan relatif rendah. Ketika itu perekonomian Jerman, Italia, dan Inggris sedang menikmati pertumbuhan yang menguntungkan. Dalam keadaan yang seperti itu organisasi dari berbagai jenis bersedia untuk berinvestasi lebih banyak uang untuk mendukung calon atau anggota baru Uni Eropa.
Yunani merupakan pilihan yang tepat untuk untuk berinvestasi, Goldman Sachs segera merancang “currency swap” (swap mata uang) untuk Yunani. Dan menyembunyikan utang publik hingga satu milyar Euro untuk pemerintah Yunani. Dari titik ini, Yunani diatas kertas dapat memenuhi kriteria untuk menjadi negara-negara anggota zona euro.
Cara kerja yang licik dan spesifik dari “innovasi keuangan” ini kurang lebih sebagai berikut : Yunani mengeluarkan utang pemerintah sebesar US$10 milyar yang akan berlangsung selama 10 sampai 15 tahun dengan nilai mengambang menurut pasar dalam satu batch. Begitu utang itu sudah tiba batas waktu harus dibayar, Goldman Sachs sekali lagi akan bertanggung jawab untuk mengubah kembali dengan US dollar.
Jika konversi dihitung dengan kurs pasar saat ini, hal ini tidak akan tertulis. Namun dalam kenyataan “kreativitas” skema yang sudah disetting Goldman Sachs telah menetapkan nilai tukar buatannya, yang berarti Goldman Sachs meminjamkan Yunani sejumlah besar uang tunai. Tapi tidak akan muncul pada rasio utang publik Yunani.
Jika begitu nilai satu euro sama dengan US$ 1,35 sesuai dengan nilai tukar pasar, maka US$ 10 milyar yang dikeluarkan oleh Yunani akan mendapatkan 7,4 milyar euro sebagai imbalan.
Namun, Goldman Sachs menggunakan nilai tukar yang lebih menguntungkan yang memungkinkan Yunani untuk menrima Euro. 8,4 milyar. Yang berarti kenyataanya Goldman Sachs meminjamkan kepada Yunani hanya Euro 1 milyar. Tapi jumlah uang ini tidak akan muncul dalam data statistik pada rasio utang publik Yunani pada waktu itu, karena akan dikembalikan dalam 10 sampai 15 tahun.
Ini berarti, dengan aliran pendapatan tunai ini, defisit anggaran nasional Yunani hanya 1,5% dari PDB. Yang pada kenyataanya oleh Biro Statistik Uni Eropa ditemukan setelah dihitung kembali pada tahun 2004, defisit Yunani sebesar 3,7%. Jadi sudah berada dibawa kriteria perjanjian Maastricht.
Data terkahir ditemukan anggaran yang nyata defisit Yunani pada saat itu 5,2% jauh diatas PDB yang ditetapkan 3%.
Kelihaian Goldman Sachs sangat meyakinkan, seolah “menarik wool” (mempersona) semua pemimpin Eropa, yang pada gilirannya berterima kasih kepada Goldman Sachs pada saat itu. Mereka tidak sadar telah ditanamkan Bom Waktu tersembunyi yang akan meledak pada krisis kali ini.
Sebenarnya pada kenyataannya, Yunani tidak memenuhi syarat untuk bergabung dengan Uni Eropa pada saat itu, apalagi zona euro. Saat itu ekonomi Eropa sedang berkembang, dan AS bersaing untuk pasar Eropa. Jadi AS memanfaatkan NATO untuk memperluas pengaruhnya kearah timur dan memperluas Uni Eropa kearah timur juga dengan itu. Karena itu tak terelakkan ekspansi ganda yang ke arah timur ini akan berbagi kepentingan dalam beberapa hal, tetapi juga tidak terelakkan akan terjadinya tabrakan kepentingan yang akan terjadi.
Diatas utang ini, Goldman Sachs merancang banyak cara untuk mengumpulkan kekayaan yang tidak akan menaikkan rasio utang untuk Yunani. Misalnya , menggadaikan laba masa depan seperti lotere dan pajak airline atau maskapai nasional, dengan imbalan uang tunai. Dalam pertukaran hipotek uang tunai muncul dalam statistik penjualan daripada utang.
Dengan kata lain, sekuritas kredit perbankan, dengan sendirinya Goldman Sachs tidak menyediakan layanan ini dan pinjaman gratis. Dalam hal ini Goldman Sachs mendapat komisi hingga 300 juta euro.
Goldman Sachs jelas tahu Yunani akan menghadapi kesulitan ekonomi yang pada akhirnya akan menyebabkan ketidak mampuan untuk memenuhi pembayaran, jika mereka menggunakan metode ini untuk bergabung dengan zona euro. Untuk memastikan kembalinya investasi, Goldman Sachs membeli CDS (Credit Default Swap) asuransi senilai 1 milyar euro selama rencana pemabayaran 20 tahun dari sebuah bank Jerman.
Dengan cara ini, Goldman Sachs bisa meminta perusahaan asuransi untuk menutupi kekurangan jika ada masalah pembayaran utang muncul kelak. Ini berarti currency swap Goldman Sachs telah diracang yang sudah terikat dengan Yunani dengan lembaga pembiayaan Jerman.
Perlu diketahui bahwa Jerman adalah negara terkemuka di zona euro, sebagai pesaing kuat buat AS dalam perdagangan internasional.
Utang yang disebut diatas adalah untuk pembayaran tahun 2010, Goldman Sachs menyatukan semua dana hedgenya dan menjual dengan harga murah dalam euro, yang menyebabkan kepanikan di pasar dan membuat rumor tentang kebangkrutan Yunani kemana-mana. Dengan ekspekatasi pasar dari krisis utang pemerintah Yunani dan devaluasi euro oleh DBS sebesar tiga kali lipat. Bom waktu yang disembunyikan Goldman & Sachs selama 10 tahun telah meledak dengan adanya krisis Yunani, dan menyebabkan krisis keuangan global.
(Hal ini mengingatkan penulis pada awal Juli lalu yang menerima SMS berantai tenang isu resuffle kabinet pemerintahan Jokowi, dan rumor yang memberitakan “analisis Bloomberg” bahwa rupiah akan terjun bebas dengan adanya krisis utang Yunani. Yang menyatakan 3 bulan ke depan rupiah akan menjadi Rp.17.000 per satu dollar US dan bahkan akan tembus Rp 25.000 pada 2016 dan pada saat itulah Indonesia akan dinyatakan bangkrut bersamaan dengan Puerto Rico, Argentina. Rumor ini yang mendorong penulis mencari bahan untuk tulisan ini. Dan kita harus mewaspadai rumor semacam ini yang tidak tahu dari mana sumbernya, terutama pada masa kini dimana pemerintahan masih disesaki oleh penjual nusa & bangsa yang berlagak patriot, koruptor, vested interest yang masih berada diposisi birokrat pemerintahan Jokowi.).
Sikap Pemerintah AS
Pada awal oktober 2010, pemerintah Yunani tiba-tiba menerbitkan laporan tentang defisit keuangan pemerintah dan utang publik pada tahun 2009, yang posisinya berada masing-masing 12,7% dan 113% dari PDB, jauh melebihi dari 3% dan 60% batas atas yang ditetapkan dalam “Pakta Stabilitas dan Pertumbuhan” Uni Eropa.
Setelah krisis keuangan pecah, Dewan Reserve Federal dan Uni Eropa mulai menyelidiki peran Goldman Sachs, yang memainkan dalam memanipulasi produk keuangan yang komplek yang mengarah dan menyebabkan krisis utang pemerintah Yunani.
Tapi hingga hari ini, pemerintah Obama tampaknya masih seperti seolah memiliki simpati besar untuk pemerintah Yunani. Dengan mengatakan AS mendukung diskusi damai dan keanggotaan Yunani di zona euro. Dengan mengklaim agar zona euro sedapat mungkin untuk berjuang untuk mengatasi krisis keuangan ini, yang sebenarnya komentar yang sangat ironis. Para analis dan pengamat percaya dibalik semua ini Goldman Sachs sebagai penyebabnya.
Yang lebih ironis lagi, ketika krisis utang Eropa terjadi pada 2011, tiga pemimpin baru Eropa semuanya mempunyai kaitannya dengan Goldman Sachs. Mario Graghi – Presiden Bank Sentral Eropa, mantan Wakil Presiden Urusan Eropa di Godman Sachs pada thuan 2002 hingga 2005. Mario Ponti PM Italia pernah menjabat sebagai penasehat Goldman Sachs dunia sejak thaun 2005. Papademos, PM Yunani untuk ikut berpartisipasi dalam penipuan utang yang diprakarsi Godlman & Sachs, dia saat itu menjabat sebagai Bank of Greece (Bank Yunani) dari tahun 1994 hingga 2002. Walaupun Papademos sudah tidak berkantor lagi di Goldman Sachs, tetapi tetap masih dianggap “orang Goldman Sachs” oleh harian “ Le Monde” , Prancis.
“The Christian Science Monitor” dari AS, memberi komentar : Goldman Sachs adalah biang pelakuknya yang harus bertanggung jawab atas krisis utang Eropa saat itu. Mereka membebani dunia dengan utang yang berat, dan sekarang krisis telah pecah, mestinya mereka harus dipilih untuk menangani masalah ini.”
“The Indepenent” Inggris, juga menyatakan kesedihan, bahwa seluruh zona euro telah menjadi proyek (dikerjai) Goldman Sachs.
Warren Buffet, seorang investor Amerika, pengusaha dan dermawan, yang ditenggarai sebagai salah satu investor paling sukses di dunia. Pemegang saham utama, ketua dan CEO Berkshire Hathaway, termasuk orang terkaya di dunia pada 2008, dan ketiga pada tahun 2011, pernah mengemukakan pepatahnya : “ Hanya pada saat air surut barulah Anda dapat mengetahui siapa yang berenang telanjang”.
Demikian juga dengan Yunani, setelah krisis keuangan Eropa tahun 2008, semua baru menyadari bahwa Yunani yang berenang telanjang.
Rasio utang yang super tinggi yang mengejutkan Uni Eropa. Selama bertahun-tahun ini apa yang terjadi di Yunani dan Uni Eropa sehingga Yunani terpengaruh oleh krisis? Apa yang sebenarnya yang diperoleh Yunani dan kerugiannya memasuki zona euro?
Pada 1 Juli 2015, warga Yunani di Acropolis yang pertama kali merasakan hidup tanpa kepastian dalam lima tahun tanpa bantuan keuangan. Pada 8 Juli, sebagian besar bank di Yunani masih tutup untuk sementara waktu. Hanya beberapa cabang bank yang buka, dan hanya mengeluarkan dana pensiuan dan pengangguran. Karena khawatir cadangan kas akan segera habis, sehingga banyak penuntut tunjangan penggangguran hari itu mengantri untuk mengklaim tunjangan mereka. Ada banyak juga orang yang menarik tunai 60 euro dari ATM pada hari itu (batas maximum yang bisa ditarik setiap nasabah).
Warga Yunani mengeluh : Tunjangan pengangguran dari 500 menjadi 200 euro. Upah berubah dari 1.600 menjadi 200 euro. Ini menjadi proses lambat yang membuat putus asa. Tidak ada yang akan mengubah situasi ini. Kami menunggu dan terus menunggu , tapi tidak ada perbaikan sama sekali. Negara kita telah menghadapi situasi yang berbahaya. Tanpa uang, apa yang bisa kita lakukan? Saya khawatir warga Yunani akan kelaparan, jika itu terjadi apa yang bisa kita lakukan. Dan ini akan tercatat dalam sejarah selama-lamanya.
Menurut laporan BBC, jika Yunani tidak dapat mencapai kesepakatan bantuan dengan kreditur, uang dalam sistem perbankan akan habis dalam beberapa hari. Laporan tersebut mengutip dari seorang tokoh tingkat tinggi di industri keuangan saat ini bisa menyebar ke ekonomi riil dan menyebabkan perusahaan mem- PHK banyak pekerjanya minggu ini.
Bagi pemuda-pemuda yang tidak beruntung ini, dengan satu setengah juta pengangguran, mereka hidup dari uang pensiunan orang tua mereka. Siapa yang bisa membayangkan apa yang akan terjadi untuk masa depan anak-anak ini? Keluh beberapa orang tua pensiuan Yunani.
Bagaimanakah negara kuno (Yunani) yang ditenggairai telah melahirkan peradaban Barat ini, untuk menemukan dirinya sendiri hari ini?
(Bersambung .... )
Sumber & Referensi : Media TV dan Tulisan Dalam dan Luar Negeri
http://www.bbc.com/news/world-europe-33546352
http://www.bbc.com/news/world-europe-33560366
http://www.investopedia.com/terms/m/maastricht-treaty.asp
http://finance.detik.com/read/2015/07/13/073014/2967111/4/eropa-makin-keras-yunani-makin-merana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H