Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peh Cun Hari Sembayangan Bacang dan Kuecang

18 Juni 2015   15:16 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:43 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama hidupnya Qi Yuan menuliskan puisi-puisi patriotik yang megah mencerminkan cinta atas negara dan tanah airnya yang hingga kini tidak lengkang.

Semasa dalam pengasingan Qi Yuan bersahabat dengan seorang nelayan di sepanjang sungai tersebut, ketika sang nelayan sahabatnya ini mendengar Qi Yuan mebenamkan diri ke sungai, maka mengerahkan semua nelayan rakyat desa untuk mencarinya, tapi tidak dapat menemukan jasadnya sekalipun. Sang nelayan akhirnya meminta dewa sungai dan semua mahluk yang ada di sungai tersebut untuk tidak memangsa jasad Qi Yuan dengan menuangkan makanan yang biasa ditempatkan dibubuh bambu yang biasa mereka bawa saat mencari ikan.

Sejak tewasnya Qi Yuan, rakyat Chu merasa sangat sedih dan berbondong-bondong turun ke sungai Miluo. Para nelayan bergayuh perahunya untuk mencoba dengan peralatan penangkap ikannya untuk mencari jasad Qi Yuan, sambil menebarkan makanan agar ikan-ikan, udang dan binatang air lainnya menjadi kenyang dan tidak memakan jasad Qi Yuan. Seorang tua menuangkan arak ke sungai dengan harapan agar ular-ular air mabok dan tidak menggangu jasad Qi Yuan. Kemudian hari mereka membuat makan yang dibungkus dengan daun  berbentuk sudut seperti tanduk kerbau/sapi ---“bacang” juga dengan harapan tidak termakan oleh ular air.

Kemudian hari, setiap tahun pada hari ke-5 bulan ke-5 imlek, rakyat disana melakukan upacara yang sama menebar bacang dan berperahu, dan yang akhirnya berkembang menjadi tradisi lomba Peruhu Naga seperti sekarang. Dan sajian makanan menjadi ”Bacang & Kuecang”.

Selain itu ada legenda lain, antara lain seperti berikut :

Cao’e (曹娥) mencari jasad ayahnya : Alkisah pada era Han Timur (tahun 25 M – 220M), Cao'e seorang putri 14 tahun, suatu hari ayahnya yang sudah duda tenggelam di sungai. Cao’e coba mencari jasad ayahnya sambil menangis sepanjang tepian suangai selama 17 hari, namun tidak menemukannya. Pada bulan 5 hari ke 1 Cao’e nekat terjun ke air sungai untuk coba mencari jasad ayahnya, orang-orang desa setempat ber-duyung coba menyelematkannya, tapi baru pada hari ke-5 bulan ke 5 aru dapat menemukan  jasad Cao’e yang memeluk jasaad sang ayah. Orang-orang desa kemudian mengadakan upacara sembayangan dan menguburkannya.  Menghormati seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya.

Kisah Ular Putih : Cerita ini mungkin sudah tidak asing bagi kita setelah adanya tayangan serial di TV beberapa tahun yang lewat. Kisah percintaan pemuda dengan siluman ular putih yang tulus  dan romantis ini, pada hari Peh Cun ketika disajikan arak putih yang telah tercampur dengan Xionghuang, dan nyaris kembali ke wujud ular mungkin telah banyak diketahui dari serial TV, dan kisah pagoda yang yang diterpa banjir telah menjadi kisah yang terus beredar sebagai cerita rakyat hingga kini. Dari kisah ini maka ada tradisi pada hari Peh Cun ada memercikan arak xionghuang hingga kini.

Ada macam-macam legenda tentang Peh Cun. Tapi yang paling populer adalah tentang kisah epos Qi Yuan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun