Mohon tunggu...
Akbar
Akbar Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa

M Akbar adalah mahasiswa UNSRI (UNIVERSITAS SRIWIJAYA) yang mengambill Fakultas FISIP (Fakultas Ilmu Sosiologi Dan Politik) dan berjurusan di Hubungan Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ketegangan Laut Cina Selatan: Dinamika Geopolitik dan Perebutan Dominasi Maritim

5 Desember 2024   16:48 Diperbarui: 5 Desember 2024   17:56 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebagai kekuatan global, Amerika Serikat memiliki kepentingan untuk memastikan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan. Dengan mengerahkan kapal perang dan melakukan operasi kebebasan navigasi (Freedom of Navigation Operations), AS menantang klaim Cina dan menunjukkan komitmennya untuk menjaga stabilitas di kawasan tersebut.

Selain itu, AS juga memperkuat aliansi dengan negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina dan Vietnam. Dukungan militer, latihan bersama, dan penjualan senjata adalah beberapa bentuk bantuan yang diberikan untuk memperkuat kemampuan pertahanan negara-negara tersebut. Langkah ini menunjukkan bahwa Laut Cina Selatan juga menjadi medan persaingan antara dua kekuatan besar dunia: Cina dan Amerika Serikat.

Keterlibatan Negara-Negara ASEAN

Negara-negara ASEAN seperti Filipina, Vietnam, dan Malaysia menghadapi dilema antara melindungi kedaulatan nasional dan mempertahankan hubungan ekonomi dengan Cina. Meskipun beberapa negara memperkuat pertahanan maritim mereka, seperti Filipina dengan dukungan militer AS,Negara-negara ASEAN memiliki posisi yang berbeda-beda dalam menyikapi konflik ini. Filipina dan Vietnam adalah negara yang paling menolak klaim Cina, sementara negara seperti Malaysia dan Brunei cenderung memilih pendekatan diplomasi. Namun, kesamaan mereka terletak pada upaya mempertahankan kedaulatan masing-masing sambil menjaga hubungan ekonomi dengan Cina, yang merupakan mitra dagang utama bagi hampir semua negara ASEAN.

ASEAN juga berupaya untuk mencari solusi melalui negosiasi multilateral, seperti pembahasan kode etik (Code of Conduct) dengan Cina. Namun, perbedaan kepentingan di antara negara-negara anggota sering kali menjadi hambatan untuk mencapai kesepakatan yang kuat.

Dampak Konflik

Ekonomi dan Perdagangan

Laut Cina Selatan adalah jalur perdagangan utama dunia, sehingga setiap ketegangan di kawasan ini berpotensi mengganggu perdagangan global. Negara-negara yang bergantung pada perdagangan maritim, seperti Jepang, Korea Selatan, dan India, juga merasa terancam oleh konflik yang terus meningkat.

Bagi negara-negara kecil di Asia Tenggara, ketegangan ini menciptakan ketidakpastian ekonomi. Sementara Cina memberikan investasi besar-besaran melalui proyek seperti Belt and Road Initiative, tekanan diplomatik dan militer sering kali membatasi kebebasan negara-negara ini untuk mengambil keputusan secara independen.

Lingkungan

Pembangunan pulau-pulau buatan oleh Cina telah menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem Laut Cina Selatan. Terumbu karang, yang menjadi habitat bagi banyak spesies laut, dihancurkan untuk pembangunan infrastruktur. Kerusakan ini tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati, tetapi juga mata pencaharian masyarakat pesisir yang bergantung pada hasil laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun