Anak mulai menunjukkan kemampuan untuk memahami emosi orang lain secara lebih mendalam. Mereka tidak hanya merespons emosi, tetapi juga memahami alasan di balik perasaan tersebut. Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan perilaku prososial seperti membantu atau menghibur orang lain.
4. Empati terhadap Kondisi Umum Orang Lain (Usia Sekolah hingga Dewasa)
Pada tahap ini, empati berkembang menjadi lebih kompleks. Seseorang tidak hanya memahami perasaan orang lain, tetapi juga mampu menghubungkannya dengan kondisi hidup atau situasi yang dihadapi. Empati ini mencakup pemahaman terhadap ketidakadilan sosial dan sering kali memotivasi perilaku altruistik dalam skala yang lebih besar.
Faktor yang Mempengaruhi Empati
Hoffman menekankan bahwa perkembangan empati dipengaruhi oleh faktor biologis dan lingkungan, seperti:
Kematangan kognitif: Kemampuan untuk memahami perspektif orang lain.
Pengalaman sosial: Interaksi dengan keluarga, teman, dan komunitas.
Modeling perilaku: Anak cenderung belajar empati dengan meniru perilaku orang dewasa yang peduli.
Budaya: Nilai-nilai budaya tertentu dapat mendorong atau menghambat perkembangan empati.
Empati dan Moralitas
Hoffman juga menghubungkan empati dengan moralitas. Ia berpendapat bahwa empati adalah dasar perilaku moral karena memungkinkan seseorang merasakan penderitaan orang lain, yang kemudian mendorong tindakan untuk membantu. Dengan kata lain, empati adalah mekanisme yang mengarahkan individu untuk bertindak secara etis dan prososial.