Mohon tunggu...
M Akbar
M Akbar Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidikan guru sekolah dasar

Bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merendahkan Martabat Agama dan Gender Analisis Psikologi Politik dan Akidah Islam Terhadap Pernyataan Suswono dalam PILKADA Jakarta 2024

14 November 2024   17:35 Diperbarui: 14 November 2024   17:35 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari perspektif psikologi politik, pernyataan Suswono dapat dilihat sebagai strategi komunikasi yang memanfaatkan simbol-simbol agama untuk mencapai tujuan politik. Di satu sisi, ada kemungkinan bahwa ini merupakan upaya untuk menghubungkan masalah sosial (pengangguran) dengan teladan sejarah Islam. Namun, psikologi politik mengajarkan bahwa penggunaan simbol agama secara tidak tepat dapat memperlemah legitimasi politik, memperdalam polarisasi, dan menimbulkan backlash dari kelompok yang merasa direndahkan.Menurut Prof. Hamdi, psikologi politik itu tentang bagaimana memanfaatkan teori -teori psikologi untuk memahami dunia politik dan fokus pada kajian perilaku manusia terhadap politik. Dalam politik terdapat beberapa fokus kajian, ada yang berfokus kepada hukum, sistem, filsafat, Undang-Undang, dan administrasi. Psikologi politik berfokus pada kajian perilaku manusianya. Jadi, psikologi politik merupakan kajian perilaku manusia terhadap politik atau ilmu untuk memahami perilaku politik.

Beberapa contoh topik-topik penelitian dalam psikologi politik, yaitu tentang perilaku memilih, alasan mahasiswa melakukan demo, perilaku korupsi, perilaku para anggota partai politik, dan studi tentang bagaimana kepribadian seorang presiden memengaruhi kebijakan-kebijakan di suatu negara. Psikologi politik juga mengkaji mengenai perilaku individu yang tidak ingin membayar pajak karena ketidakpercayaan terhadap pemerintah. Selain itu, studi terorisme juga bagian dari kajian psikologi politik karena pelaku ingin membuat negara sendiri dan membujuk suatu kelompok untuk tidak percaya pada negara. Prof. Hamdi menjelaskan pada intinya hal-hal yang berkaitan tentang perilaku manusia dalam konteks berbangsa dan bernegara masuk ke dalam cakupan psikologi politik.

Prof. Hamdi juga mencoba memberikan salah satu contoh penelitian dalam konteks pemilihan umum (pemilu). Berdasarkan hasil penelitian, hal yang memengaruhi para pemilih adalah rasa suka dan emosi-emosi positif yang dirasakan terhadap calon pemimpinnya. “Changing the mind and the heart”, menjadi kunci untuk meyakinkan seorang pemilih untuk memilih calon pemimpinnya. Calon pemimpin yang dapat memengaruhi orang sekitarnya adalah calon pemimpin yang bisa membuat dirinya disukai secara emosional. Hal ini merupakan contoh Political Marketing yang mengadopsi hasil-hasil penelitian tentang emosi-emosi manusia untuk kebutuhan politik. Hal inilah yang juga dilakukan oleh para konsultan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun