Lava Bantal. Dua kata yang kini sudah cukup kondang di Jogja. Bahkan para traveler lokal pun sudah mulai berdatangan. Jujugannya pun biasanya langsung ke arah Jembatan Gemblung Kalitirto, Berbah, Kab. Sleman.
Selanjutnya mudah ditebak. Selfie, welfie, atau yang narsis-narsis gitu lah. Aplot di sosmed dan...tata... Foto dengan latar belakang jembatan atau Kali Opak plus ‘lava bantal’-nya pun tersaji. Batu kali dengan ukuran jumbo yang ‘tertata’ rapi akan terlihat rapih. Alam yang menawarkan kekayaannya siap untuk digali.
Tempat Finis Geo Tubing Lava Bantal. (dokpri)
Kemudian saat kita tengok di sisi barat (bawah jembatan) akan terlihat spanduk dengan tulisan ‘FINISH’. Pikiran kita pun spontan kepo. Kalau finishnya di situ, ‘start’-nya di mana? Hal itu juga yang mempuat saya jadi ‘kepompong’. Hahaha...
Inilah jawabannya.
Ternyata ‘start’-nya masih 2 kilometeran ke arah hulu. Alias kita harus ke utara lagi, menuju Dusun Dadapan, Desa Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kab. Sleman. Takut tersesat? Jangan khawatir. Di setiap persimpangan jalan ada petunjuk jalan menuju GEO TUBING Lava Bantal.
Homebase Geo Tubing Lava Bantal Kalitirto. (dokpri)
Nah, di sebuah rumah tepat di depan gerbang masuk Pusat Inovasi Agro Teknologi UGM, homebase Geo Tubing Lava Bantal itu berada. Bangunan rumah sederhana yang diresmikan oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo, Desember 2016 yang lalu itu diharapkan menjadi embrio Desa
Wisata Kalitirto. Geo Tubing Lava Bantal yang dikelola oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Tirta Arta Manunggal inilah yang menawarakan distinasi
wisata baru di Sleman bagian selatan.
Penjelasan seputar lava bantal dan geo tubing. (dokpri)
Selama ini wisatawan telah disuguhi wisata candi (Prambanan, Sewu, Kalasan, Boko, Banyunibo, Barong, Ijo, dan lainnya), Tebing Breksi, atau Kampung Teletubies. Untuk melengkapinya, wisata edukatif, atraktif, sekaligus menantang pun kini tersedia untuk Anda. Menyusuri Kali Opak sepanjang 2 kilometer dengan mengendarai ban, tentu akan menjadi pengalaman lain daripada yang lain. Apalagi bila disambung dengan menyulut adrenalin mengarungi arus deras sepanjang 100 meter.
Safety set untuk para paserta tubing. (dokpri)
Di sini operator telah menyediakan 100 set perlengkapan keselamatan termasuk di dalamnya ban. Jam buka diawali dari jam 09.00 Wib hingga jam 15.00. Oh ya, tak menutup kemungkinan bagi rombongan yang mengingikan petualangan maupun ritual khusus bisa dilaksanakan di luar jam tersebut. Kami pikir hal tersebut hanya guyonan saja saat kami tanyakan. Namun Mas Julian menyatakan bahwa hal tersebut serius. Nah, bagi yang mau tubing tengah malam, boleh lho memesan tempat. Jangan lupa bawa kembangnya yang banyak. Huahaha...
Yang pilih...yang pilih...monggo... (dok. C. Riana)
Saking asyiknya sampe mau nyangkut. (dok. C. Riana)
Asyik. Seperti itulah yang saya rasakan. Meski ada pemandangan yang cukup menganggu di sepanjang perjalanan saat river tubing. Hal ini telah disampaikan oleh Mas Julian saat briefing sebelumnya. Kesadaran masyarakat di sepanjang hulu Kali Opak memang perlu ditingkatkan. Sungai bukanlah tempat pembuangan sampah atau limbah.
Bila kita bisa menjaga dengan baik, maka berbagai aktivitas positif bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan ‘geo tubing’. Kerja keras dilakukan oleh para operator yang berjumlah 20 orang. Salah satunya adalah dengan membersihkan jalur tubing dari onggokan sampah yang terbawa aliran sungai. Meski sudah dibantu oleh masyarakat setempat dan para relawan, masih saja tercecer sampah. Termasuk para penambang pasir yang membuat ‘jalur’ sendiri.
'Lorong Syahdu' spot favorit untuk narsis. (dok. Arif LH)
Namun saya yakin, ke depannya Geo Tubing Lava Bantal ini akan semakin baik. Seiring dengan kampanye kali bersih yang digalakkan di seantero DIY. Apalagi dengan tarif yang terjangkau, tubing di Kali Opak ini berusaha memberikan rasa nyaman, aman, senang kepada usernya. Senyaman dan senangnya kami saat menyusuri jarak 2 kilo meter itu. Apalagi di tengah-tengah perjalanan melintasi hutan bambu di kiri dan kanan sungai terdapat 'Lorong Syahdu'. Demikianlah nama yang terkenal karena ujung rumpun bambu dari pinggir sungai menyatu di tengah sungai dan membentuk sebuah lorong. Sangat eksentrik menjadi latar untuk bernarsis ria. Hehehe...
Lihat Travel Story Selengkapnya