Mohon tunggu...
Mas Nuz
Mas Nuz Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bloger

Suka maka, suka jalan, suka nulis, suka bercengkerama, suka keluarga. __::Twitter: @nuzululpunya __::IG: @nuzulularifin __::FB: nuzulul.arifin __::email: zulfahkomunika@gmail.com __::www.nuzulul.com::

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Belajar Ber-Indonesia dari Pemain Barongsai dan Wushu

13 Februari 2016   23:43 Diperbarui: 14 Februari 2016   07:24 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi hal-hal yang menarik saya selama pertunjukkan, tak mengalahkan hal yang lebih amazing lainnya. Begitu kompaknya gerakan mereka di depan penonton, ternyata lebih kompak lagi saat kita tahu aktivitas mereka di balik layar. Sebagai kesenian dan olah raga beladiri kita semua tahu bahwa keduanya berasal dari tanah Tiongkok. Mindset kita pun mungkin masih terobsesi bahwa para pemainnya pun tentu berasal dari keturunan Tionghwa. 

Koh Iziy sedang memberikan arahan kepada para muridnya.

Ternyata hal tersebut tidak demikian sepenuhnya. Bahkan untuk para pemain dari kelompok Wushu, lebih dari 50% adalah berasal dari etnis non-Tionghwa. Sebagaimana pengantar dari Koh Yudi saat pertunjukkan menyampaikan bahwa inilah olah raga yang akan menjadi salah satu favorit anak muda Indonesia. Tak ada lagi sebutan Tionghwa, Cina, Jawa, Madura, Sunda, atau yang lain. Lanjutnya, torehan beberapa prestasi anak didiknya cukup mengharumkan nama Indonesia.

Ini saya buktikan sendiri keakraban para orang tua yang mengabadikan momen tampilnya putra-putri mereka. Celetukan antar orang tua cukup medok dengan dialek merka masing-masing. Termasuk yang mau titip untuk mengkopi video dan gambar sesampainya di rumah. Hal tersebut berlanjut saat berkemas-kemas akan pulang balik. Dengan telatennya, Koh Iziy mengatur rombongan keluarga dan anak-anak mereka untuk memasuki mobil masing-masing. 

Mejeng dulu biar ga dianggap hoax. Hahaha...

Terlihat tak lagi ada sekat kamu yang berjilbab atau tak berjilbab. Kamu yang Jawa atau Tionghwa. Kamu yang kaya atau yang miskin. Pun dengan anak-anak mereka. Saat berbaur bermain hujan yang saat itu menggguyur dengan cukup deras. Penulis yang menyaksikan berbagai adegan itu pun merasakan semangat kebanggaan itu. Inilah anak-anak Indonesia yang di masa depan akan menjadi pemimpin negeri ini.

Semoga kebersamaan dalam ber-Indonesia yang menyingkap sekat suku, agama, ras, dan golongan tetap mereka bawa sampai mereka dewasa. Menjadi entitas dan identitas ke-Indonesiaan yang akhir-akhir ini banyak dinistakan. Isu-isu SARA seolah menjadi sasaran tembak yang empuk untuk sewaktu-waktu diledakkan. Sesuatu yang naif sekali sebenarnya. Negeri ini tak butuh keakuan. Negeri ini butuh keberasamaan serta membangun semangat untuk saling mempercayai. Itu semua tentu tak akan berhasil jika kita sebagai orang tua tak bisa memberikan contoh yang baik untuk anak-anak kita.

Kita seharusnya banyak belajar kepada para pemain Barongsai dan Wushu. Membangun kebersamaan untuk menampilkan satu harmoni dalam keselarasan rasa dan seni berbalut sportivitas. Kekompakkan yang dibangun dengan kesedaran bahwa mereka harus saling mendukung satu dengan yang lain. Tak ada lagi perbedaan mana yang baru berlatih 6 bulan atau bertahun-tahun. 

Kita seharusnya malu jika sebagai anak bangsa masih saja suka berselisih. Selalu ingin diakui sebagai yang terbaik dan selalu mau menang sendiri. Malu kepada anak-anak muda yang dengan gigih berlatih untuk memberikan yang terbaik bagi negerinya. Memberikan yang terbaik untuk orang lain meski mereka harus meluangkan waktu di sela-sela kebersamaan dengan keluarga atau teman sepermainannya.

 

______________________________

Catatan:

  1. Foto dan video koleksi pribadi. Bisa juga dilihat di SahabatIndonesia.xyz.
  2. Artikel ini 100 orisinal menggunakan cek plagiarisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun