Satu minggu lebih acara kegiatan Gebyar Energi Pertamina di Atrium Ambarukmo Plaza Yogyakarta telah berlalu (18-20/12). Namun masih saja gaungnya begitu saya rasakan. Saya yakin, demikian juga yang dirasakan oleh berbagai mitra yang menjadi 'anak asuh' dari Pertamina. Berbagai usaha ekonomi kreatif yang ikut serta dalam pameran menjadi saksi bahwa apapun bisa dimanfaatkan jika ada niat untuk mengolahnya. Di ulang tahun ke-58 Pertamina kali inilah mereka tampil dengan diberikan spot-spot ruang pamer tersendiri untuk menunjukkan berbagai hasil karyanya.
Sebagaimana disampaikan oleh Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, bahwa kegiatan Gebyar Energi Pertamina diadakan di dua (2) tempat yang berbeda. Pertama di Atrium Tunjungan Plaza III Surabaya (13-14/11) dan ke-dua di Atrium Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Kegiatan ini menunjukkan kepada masyarakat tentang berbagai kegiatan CSR dan SME PP yang dilakukan oleh Pertamina. Sekaligus membuktikan bahwa Pertamina sangat konsisten dalam mendukung gerakan Aksi Hijau Perusahaan dalam mewujudkan kemandirian energi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Khusus di Yogyakarta, Pertamina melibatkan 10 orang Kompasianer untuk meliput selama 2 hari kegiatan Gebyar Energi Pertamina tersebut. Harapannya tentu saja para Kompasianer ini dapat 'memotret' sisi-sisi lain dari yang biasanya disuguhkan oleh media mainstream. Maka tak berlebihan jika saya sebagai salah satu Kompasianer tersebut ingin menyuguhkan sesuatu yang berbeda pada tulisan saya kali ini. Ada sisi humanis yang seringkali luput dari pengamatan kita. Bagaimana sebagai sebuah perusahaan BUMN besar, Pertamina telah berusaha semaksimal mungkin untuk berbagi lewat program CSR-nya dibalik 'sisi gelap' yang sering diberitakan di media massa.
Gatsu Inovasi Sederhana yang Menggemaskan
Karya inovatif tersebut merupakan karya dari para mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik Perusahaan Listrik Negara (STT PLN). Karya yang merupakan pemenang lomba karya inovatif di lingkungan mahasiswa STT PLN Jakarta. Langkah kecil dari para anak negeri ini diharapkan menjadi satu lompatan besar ke depannya. 'Uluran tangan' Pertamina lewat program CSR dan pemberdayaan UKM (SME PP) tentu akan menjadi tenaga dorong yang kuat, agar inovasi ini 'dilirik' oleh para pelaku usaha. Sekaligus menghargai buah pikir para pemuda sebagai tulang punggung pembangunan negara.
Dalam kondisi normal (malam hari) gerobak dapat dioperasionalkan antara 4 - 6 jam. Penggunaan listrik digunakan untuk juicer machine serta lampu sebagai penerangnya. Tenaga listrik yang dihasilkan, disimpan di dalam batere khusus yang telah disediakan. Biaya yang dibutuhkan untuk seluruh proses produksi gerobak tersebut sebenarnya sangat terjangkau. Cukup dengan 15 - 20 juta, sebuah gerobak lengkap dengan isinya sudah siap untuk diluncurkan.
________________________________
Keterangan: Foto dokumentasi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H