Setiap pemandu yang ada diberikan kebebasan untuk menterjemahkan setiap lukisan sesuai dengan kesan hatinya. Toh, setiap orang tentu akan berbeda juga saat menikmati setiap lukisan yang terpajang. Begitu juga saat beberapa orang turis manca atau domestik ingin menikmati lukisan yang ada. Dengan rasa hormat, para pemandu ini pun 'menyingkir'. Sebab bagi penikmat tertentu, memandang dengan kesunyian akan lebih memeberikan kesan mendalam.
Saat menjelaskan filosofi di balik bentuk bangunan museum pun nyaris persis dengan yang disampaikan oleh Komang Ani. Waktu 9 tahun bekerja di museum telah membentuk karakter yang menyatu dengan tempat kerjanya. Sehingga jika dibutuhkan guide dadakan, saya yakin bli Agus ini pun mampu untuk mengembannya.
Sebuah pelajaran berharga dari seorang Don Antonio Blanco tentang bagaimana menghargai sebuah nilai budaya dan tradisi. Begitu juga dengan sang putra, Mario Antonio Blanco yang mampu menjaga keselarasan seni budaya dalam ritme kehidupan tradisi. Salah satu maha karya anak negeri yang begitu mencintai tanah airnya.
Sepenggal kisah di Jumat sore (6/11) dari istana Sang Don 'yang tak pernah mati'. Berharap suatu ketika bisa kembali lagi. Bercengkerama dengan keindahan kanvas yang tergelar di sepanjang dinding kenangan.
Sumber Foto: Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H