Mohon tunggu...
Mas Nuz
Mas Nuz Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Bloger

Suka maka, suka jalan, suka nulis, suka bercengkerama, suka keluarga. __::Twitter: @nuzululpunya __::IG: @nuzulularifin __::FB: nuzulul.arifin __::email: zulfahkomunika@gmail.com __::www.nuzulul.com::

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kisah Dibalik Wajah Para Penari Kecak

7 November 2015   23:50 Diperbarui: 12 November 2015   17:15 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demikian juga dengan Pak Wikanta. Dia usia yang sudah sepuh, 70 tahun, petani sekaligus penari inimasih tetap bersemangat untuk menjaga kekompakan para pengiring Kecak. Salah satu 'dirijen' senior ini cukup memiliki peran yang cukup vital. Sebab teriakannya akan menjadi pertanda 'musik mulut' itu akan memainkan adegan apa yang selanjutnya. Ucapan 'cak', 'cek', 'heg', atau yang lain, memiliki makna yang berbeda.

"Kalau, maaf ya, Mas. Orang Jawa habis bekerja, pulang sore terus sudah. Dia istirahat. Tidak begitu dengan orang Bali, Mas," demikian beliau bertutur kepada saya.

"Terus, kalau orang Bali bagaimana, Pak? Tanya saya penasaran.

"Kalau orang Bali, bekerja itu tidak pernah selesai. Pagi ke sawah, bila ada pekerjaan lain, dia akan bekerja yang lain. Setelah sore selesai, maka dia akan ke sawah lagi."

"Apa tidak pegal itu, Pak?" Saya pun bertambah penasaran.

"Ya, nanti lihat saja di sini (angggota kelompok Sahadewa, pen.)," kata beliau pendek.

Setelah saya mencoba berdialog dengan beberapa orang, kekaguman terhadap cerita Pak Wikante (Wikanta) itu memang demikian adanya. Tidak semua anggota penari adalah murni bekerja sebagai penari. Kecuali bagi mereka yang memang termasuk pemain inti. Seperti pemeran Rahwana, Rama, Sita, Marica, Laksmana, dan Sanghyang Jaran yang menjadi penari utama penutup.

[Proses metamorfosis sang 'Rahwana'.]

Pak Wasita (baca: Wasite) pria tinggi besar ini, merupakan pemeran utama Rahwana. Belajar menari sejak tahun 1992 seolah menjadi panggilan hidupnya. Tiada kenal lelah untuk berlatih tari Bali, hingga menjadi salah satu penari spesialis di grup Tari Kecak sebagai Rahwana. Bekerja di pagi, sore, serta waktu-waktu tertentu sesuai permintaan tak membuat semangatnya kendur. Mengabdi sebagai bagian penari Kecak dan Barongan adalah satu kebanggan dari dirinya.

[Bli Ketut yang berkarya lewat seni tari dg totalitas.]

Tak ketinggalan bli Ketut. Menjadi penari penutup rangkaian Tari Kecak. Membawakan tarian Sanghyang Jaran (Kuda Lumping, Jw.) pria 42 tahun ini begitu energik membawakan sosok kuda yang yang kesurupan tersebut. Berlatih tari Bali sejak usia kelas 2 SD, tak membuat dirinya bosan. Sehingga 'jam terbang' selama 30 tahunan lebih menjadikan sosok yang cukup penting juga di Sahadewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun