"Abi..." Akupun menjadi geragapan.
"Abi..." Suara yang teramat lirih itu menyapaku.
"Firli. Ya. Ini abi sayang. Maafkan abi ya, sayang," mulutku tergetar tanpa bisa ditahan.
"Maafkan Firli, ya..." Lalu semua menjadi senyap. Kecuali lengkingan alat monitor yang menunjukkan kondisi kegawatdaruratan.
Bergegas 2 orang perawat mendekati kami.Â
"Bapak, tolong ke luar dulu ya," seorang perawat menarik pelan lenganku.
"Tidak, Mbak. Ini sayangku. Biarlah saya menunggu di sini." Pintaku memelas.
Kemudian dengan sigap mereka lakukan tindakan medis ke Firli. Aku pun hanya mampu berdoa agar Allah berikan terbaik untuk anakku.
___________
"Abi, salat jamaah dulu yuk," ajak Nabil. Ku lihat wajahnya masih nampak begitu pucat.
"Ya. Abi nyusul sebentar lagi ya."