Mohon tunggu...
mak ngerot
mak ngerot Mohon Tunggu... -

Wepe emang anjing. Nyesel kenal anjing itu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Fiksi Kuliner] Jambu Jamaika untuk Istriku

7 Juni 2016   00:32 Diperbarui: 7 Juni 2016   00:53 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jambu Jamaika (Dokumen pribadi)

Jambu Jamaika (Dokumen pribadi)
Jambu Jamaika (Dokumen pribadi)
3Tri wulan pertama kehamilan istriku. Benar-benar uji kesabaran. Kalau dia pengen sesuatu, sebisa mungkin harus disediakan. Kalau enggak beuuuh bakal ngambek sampe apa yang diminta ada. 

"Ay jangan manyun gitu dong, kaya anak kecil aja"

"Mas gak tau si, yang nyuruh ay manyun dedek, dia bener bener pengen jambu jamaika, kalau nggak dia malas ketemu papah"

Sehabis ngomong begitu biasanya dia langsung masuk kamar. Wah serem juga ancamannya. 

Jambu jamaika jarang dijual bebas. Kalo kebetulan dapat penjual, itu pastinya lagi datang keberuntungan. Sekilo walaupun lagi musim bsekitar 40 sampai 50 ribu. Tapi, beli dimana?

Aku memutar otakku. Duduk di ruang tamu sambil buka facebook di androidku. 

Oohh ini dia, di timelineku, ada status temanku. Dia share gambar jambu jamaika. Jambu merah ranum, besarnya sekitar sekepalan orang dewasa. Slurppp, aku yang tidak hamil pun menelan ludah. 

Di atas gambar jambu itu ada tulisan : jambu ini saya manjat sendiri, pohonnya di depan masjid komplek saya.....

Aku tau komplek rumah temanku itu. Tidak jauh dari komplek rumahku. Tapi, kami tidak terlalu dekat, rasanya lucu kalau bertamu kerumahnya hanya untuk meminta atau membeli jambu. 

Ya, masjid kata kuncinya. Mungkin panen masih berlangsung. Kalau aku ke sana, mudah mudahan beruntung bisa kebagian. 

Aku mengeluarkan motorku. Tak lupa memakai peci dan membawa sajadah. Asar sudah lewat, maghrib masih sekitar satu jam lagi, tapi aku tak mau ketinggalan 

Sampai aku di masjid itu. Panen sudah usai. Di bawah pohon jambu tampak ranting dan daun bekas panen yang sedang dibersihkan seorang bapak. 

Kecewa. 'Niatku memang salah, ke masjid nyari jambu' rutukku dalam hati. Karena sudah ketahuan bapak yang sedang menyapu, sungkan rasanya untuk pulang. Akhirnya aku masuk ke masjid, bergabung dengan bapak-bapak yang sedang mengaji. 

Belajar ikhlas sungguh susah. Tapi aku berusaha melakukannya. Menghapus niat awalku masuk masjid untuk jambu berganti dengan niat ibadah. 

Dug dug dug. Magrib tiba, takjil dibagi. Wow, selain gelas gelas kecil berisi kolak, gorengan ada beberapa piring jambu jamaika disajikan. 

Aku mengambilnya, gak tega menelannya. Aku kembalikan ke piring lagi. 

Selesai sholat magrib aku segera pulang. Waktu sedang menghidupkan motor, bapak yang tadi menyapu halaman mendekatiku, membawa kantong kresek berisi 4 jambu yang merah ranum menggoda. 

Ternyata jambu itu diberikan untukku, dia bilang aku bukan orang komplek situ, pasti belum merasakan nikmatnya jambu jamaika depan masjid tersebut. Aku menerima dan mengucapkan terimakasih berulang-ulang. 

Sampai di rumah istriku masih manyun. Tapi dia sudah keluar kamar dan duduk di meja makan. Makanan yang dia siapkan tampak belum tersentuh.

"Mas kok pergi gak bilang, males mau buka puasa sendiri"

Aku tidak menyahuti kata-katanya. Kutunjukan apa yang kubawa. Manyunnya ilang. Senyumnya ceria, bibir kanan dan kiri sampai memyentuh telinganya. Mendekatiku dan memelukku erat. I love u Mas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun