Sampai aku di masjid itu. Panen sudah usai. Di bawah pohon jambu tampak ranting dan daun bekas panen yang sedang dibersihkan seorang bapak.Â
Kecewa. 'Niatku memang salah, ke masjid nyari jambu' rutukku dalam hati. Karena sudah ketahuan bapak yang sedang menyapu, sungkan rasanya untuk pulang. Akhirnya aku masuk ke masjid, bergabung dengan bapak-bapak yang sedang mengaji.Â
Belajar ikhlas sungguh susah. Tapi aku berusaha melakukannya. Menghapus niat awalku masuk masjid untuk jambu berganti dengan niat ibadah.Â
Dug dug dug. Magrib tiba, takjil dibagi. Wow, selain gelas gelas kecil berisi kolak, gorengan ada beberapa piring jambu jamaika disajikan.Â
Aku mengambilnya, gak tega menelannya. Aku kembalikan ke piring lagi.Â
Selesai sholat magrib aku segera pulang. Waktu sedang menghidupkan motor, bapak yang tadi menyapu halaman mendekatiku, membawa kantong kresek berisi 4 jambu yang merah ranum menggoda.Â
Ternyata jambu itu diberikan untukku, dia bilang aku bukan orang komplek situ, pasti belum merasakan nikmatnya jambu jamaika depan masjid tersebut. Aku menerima dan mengucapkan terimakasih berulang-ulang.Â
Sampai di rumah istriku masih manyun. Tapi dia sudah keluar kamar dan duduk di meja makan. Makanan yang dia siapkan tampak belum tersentuh.
"Mas kok pergi gak bilang, males mau buka puasa sendiri"
Aku tidak menyahuti kata-katanya. Kutunjukan apa yang kubawa. Manyunnya ilang. Senyumnya ceria, bibir kanan dan kiri sampai memyentuh telinganya. Mendekatiku dan memelukku erat. I love u Mas.