“Hamba mohon ampun Paduka, Paduka lah Klan terpilih yang akan menjadi pemimpin seluruh klan di Bumi dan akan mewarisi segala kekayaan dan kejayaan bumi ini”
“Bagus.. ternyata kini kau ingat”
“Hamba senantiasa mengingatnya Paduka, namun hamba memang khilaf”
Demikianlah, Sang Elang yang tampak dan gagah merdeka melanglang buwana, menggagahi bumi, memunggungi langit ternyata tak juga semerdeka yang terlihat. Bahkan untuk urusan mbatin dan berkata secara diam-diam dalam hati pun terpantau. Betapa Sang Elang terkurung dalam ilusi kebebasannya. Namun tak jarang ia menikmati kurungan tersebut karena diantara sekian kurungan yang disematkan kepada semua klan di bumi, kurungan miliknyalah yang paling tampak gagah dan berkelas. Sebelum kemudian suara tadi menghilang, Elang diberikan sebuah pesan :
“Wahai Elang, aku akan kembali dan akan tetap masih mengawasimu, ingat kau berhutang kepadaku dan harus segera membayar upeti untukku. Kau memang sekarang tak perlu khawatir dengan kekuatan para Gajah yang lebih mirip boneka lucu daripada makhluk rimba yang solid dan kuat. Tapi kau perlu tahu, bahwa ada kekuatan besar di balik para Gajah. Jangankan engkau, para Gajah pun tak mengerti itu, bahkan jangankan Gajah dan engkau, aku pun masih tak paham dan tak mampu mendeteksi kemunculan gangguan-gangguan sinyal yang muncul dari negeri Gajah ini. Perbaikilah kuda-kudamu”
Memang demikianlah, klan misterius tadi sangat terganggu dengan gangguan-gangguan sinyal liar yang tak terdeteksi sebabnya hingga saat ini. Setiap kali muncul secara liar seakan-akan sangat berbahaya, namun setelah diantisipasi dan diperhatikan tiba-tiba senyap dan hilang begitu saja. Dan bahkan bukan muncul dari aktivitas para Gajah, aktivitas para Gajah masih biasa-biasa saja bahkan terkontrol. Namun kenapa sinyal itu bisa muncul, dan selalu saja dari Negeri Gajah? Sementara kemunculan sinyal itu disimpulkan sebagai cipratan liar yang secara kebetulan muncul dari koordinat negeri Gajah. Namun kesimpulan itu tidak pula menentramkan, karena begitu akan mempercayai sinyal tersebut sebagai kebetulan, baru saja akan mulai tenang, tetiba sinyal itu muncul lagi. Berkali-kali identifikasi dilakukan, dipastikan semua kegiatan para Gajah terkontrol dan terpantau dari hal terkecil hingga hal terbesar. Tidak masuk akal bahwa segala lini pengamanan dan kontrol yang sudah aman ini masih bocor. Klan misterius sangat penasaran.
Taksaka dan Garuda
Klan Naga saat ini sedang merasa sampai pada sebuah peristiwa impian. Yakni penguasaan di segala bidang dan sektor setelah bekerja keras sekian kurun waktu yang panjang. Naga ini, _seperti halnya Elang yang merepresentasikan Garuda_ memiliki perwujudan yang merepresentasikan Taksaka. Garuda dan Taksaka dahulunya adalah saudara, menemani peradaban para Gajah lantas kemudian mereka menghilang entah kemana lalu munculah Naga dan Elang yang bagi para Gajah sangat identik dan serasa menguntai kembali kenangan indah bersama moyang Garuda dan Taksaka. Hingga kepolosan para Gajah ini tak sadar mengikis dan menggugurkan kedaulatan mereka selapis demi selapis.
Naga berjumlah ratusan, maka klan Naga sekarang tidak selalu berhubungan dengan Taksaka. Taksaka adalah jenis Naga yang memiliki peran cukup berat yakni menegakkan keadilan dan kemuliaan seorang Raja negeri Gajah dengan cara membunuhnya. Kejadian ini menorehkan luka yang mendalam hingga sempat akan diwujudkan upacara persembahan dengan membakar para ular oleh klan Gajah. Namun utusan Taksaka datang dan memohon ampun. Upacara batal diadakan. Setelah itu Taksaka menghilang. Hubungan baik negeri Gajah kepada para Naga tidak hanya kepada Taksaka, namun juga kepada Anantaboga, dan Naga Besuki. Hingga kemudian berdatangan para ular yang telah belajar ilmu para Naga dan kemudian mengaku sebagai anak turun para Naga, para Gajah pun menyambutnya dengan sukacita.
Sedangkan Garuda dahulu ikut menyertai peradaban negeri para Gajah dan memberikan pelayanan pada para Naga karena baktinya kepada sang ibu yang dijebak dan harus menjadi budak para Naga. Setelah ia berhasil menebus dan membebaskan ibunya dari perbudakan, sang Garuda diangkat oleh Dewa dan tak lagi tampak menemani peradaban. Perasaan rindu para Gajah sangat mendalam, sehingga meskipun lembaran demi lembaran peradaban telah beratus bahkan beribu tahun, kenangan dan kebanggaan kepada Garuda masih terpatri hingga kini.
Sang Elang masih tertegun atas nasehat dari klan misterius tentang sinyal liar yang belum teridentifikasi dari negeri Gajah. Dengan lebih serius Elang bekerjasama dengan Naga untuk menyusun strategi pengamanan dan antisipasi berlapis. Elang menggarap di wilayah Timur dan Naga di wilayah Barat.
Timur ini adalah kode, yang artinya menggarap di wilayah fundamental seperti pendidikan, kesehatan, lalu-lintas informasi, pertahanan & keamananan, kebijakan, aturan perundangan. Sehingga sejak semula para Gajah tak punya sistem pendidikan sendiri, tidak punya sistem kesehatan sendiri, tak kuasa atas sistem informasi sendiri, tak ada pertahanan kemananan hingga kebijakan dan perudangan yang para Elang tidak ikut campur tangan.