Mohon tunggu...
Cerpen

Negeri Gajah, Diganjal Meng-Ajal Menjelma

16 November 2016   15:59 Diperbarui: 16 November 2016   16:05 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba, Elang berusaha sekuat tenaga menahan tawanya, dan menutup rapat kelopak mata serta menjaga nafasnya supaya tak satupun gerakan dari dirinya yang sesungguhnya sangat geli ini tertangkap dan menyinggung perasaan paduka rajanya itu.

Budaya dan Keyakinan Ruhani

Padahal Elang sudah melibatkan Kalong dan Kampret untuk ikut merusak citra dan kegamangan Gajah pada keyakinannya. Sudah melakukan kamuflase dan tipuan-tipuan yang membuat Gajah kehilangan keyakinan. Tapi kenapa paduka klan misterius masih memerintahkan untuk menggarap dua hal itu agar pemnghancurannya paripurna.

Elang merasa sejauh ini memang dua hal itu yang akan ditumbangkan. Gajah boleh melakukan upacara-upacara keyakinannya karena itu urusan kebiasaan turun-temurun. Tapi Gajah harus berpikir dengan cara Elang, harus berpakaian dengan cara Elang, harus memakan makanan sesuai anjuran Elang, dan harus memenuhi kebutuhan hidup seperti kebutuhan hidup para Elang. Ukuran bahagia dan tidak bahagia harus sesuai dengan aturan ukuran Elang.

Bukankah modul dan model ini yang sejak lama sudah dilancarkan? Kenapa paduka rajanya masih memberikan usulan yang tak benar-benar baru itu. Persoalannya Elang tak pernah berani bertanya-jawab panjang karena takut salah dan didamprat habis. Mau tidak mau ia harus mengiyakan dan mulai memperketat konsentrasinya di bidang budaya dan keyakinan ruhani itu.

Dengan lebih serius Elang mengidentifikasi kebudayaan dan keyakinan mayoritas para Gajah. Mengidentifikasi sekolah-sekolah tradisional yang mempertebal keyakinan ruhani para Gajah. Sekolah-sekolah tradisional perlu dimodernkan termasuk kurikulumnya. Namun agar anjuran itu sukses dan tampak sangat simpatik, pihak Elang memberikan bantuan dana tidak sedikit yang sesungguhnya diambil secuil dari kekayaan para Gajah sendiri. Segala bentuk perkumpulan dan pertemuan yang berbicara tentang kebudayaan dan keyakinan disusupi, kemudian dirangkul dan diberikan dana untuk berkembang. Mereka pasti akan berkembang sendiri-sendiri dan pasti akan mengalami perkembangan yang berbeda dari kelompok yang lain, dan perbedaan ini akan berpotensi terjadi gesekan dan jika gesekan tidak terjadi harus dikipas-kipasi. Jika sudah terjadi gesekan pasti akan mengakibatkan mandeknya proses pertumbuhan ruhani karena sibuk adu ketololan.

Dengan mengutus Kampret dan Kalong untuk menyamar ke negeri Gajah untuk menjadi pihak yang arif, bijaksana, dan berilmu, makin hari makin membuat kualitas keyakinan para Gajah hanya sekelas Kampret dan Kalong. Tak berani tampil di siang hari dan menggerogoti buah-buahan di malam hari. Para Kampret dan Kalong selalu menganjurkan kepada para Gajah untuk menjadi Onta atau Kambing yang diberkati susunya dan mampu bertahan di tengah gurun pasir yang tandus. Jangan puas menjadi Gajah yang mungkin besar tapi kemana-mana pergi malah terlalu sibuk mengangkat berat badan. Anjuran-anjuran tidak mutu Kampret ini anehnya dipercaya dan diikuti para Gajah yang sudah lelah dan tertekan persoalan hidup. Nasehat-nasehat Kampret seakan-akan merupakan jawaban jitu dan pengingat kepada mereka bahwa hidup harus kembali mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengerti caranya. Persoalannya Gajah yang terlanjur punya kebudayaan bijaksana ini menerima saja cara-cara yang dianjurkan Kampret. Gajah-gajah tak menimbang kemungkinan cara yang bisa mereka temukan sendiri.

Elang juga mengajak Naga untuk menyusupkan kebudayaan tandingan yang hadir atas dasar hukum pluralitas. Gajah menjadi semakin sibuk. Tapi anehnya komunitas Gajah yang dihancurkan berkali-kali ini seakan-akan punya nyawa sejuta. Seakan-akan sudah sekarat, tinggal sedikit lagi mati. Ternyata klan Gajah nggak mati-mati. Kelihatannya sekarat terus, tampak sudah mau mati, tapi masih hidup terus.

Tanggal, Tinggal, Tunggal = Pitulungan

Kehidupan Gajah yang nggak mati-mati ini sesungguhnya diharapkan paling tidak melahirkan satu hal, yakni stress atau trauma, atau putus-asa. Tapi peran Gajah Tawa yang selalu saja bisa melucu saat kondisi apapun ternyata cukup efisien memulihkan kondisi mental para Gajah. Keadaan ini makin lama makin disadari oleh Gajah bahwa mereka memang tidak bisa mengandalkan satu jenis perjuangan untuk menuju keberhasilan bersama. Karena keberhasilan bersama maka berjuang pun harus bersama, maka cara yang ditempuh harus dengan kebersamaan.

Gajah cuek yang sejauh ini selalu lebih banyak memilih cuek tiba-tiba menjadi motor pemersatu. Dia menemui Gajah Kikuk dan Gajah Tawa untuk mengingatkan kembali bahwa baik dirinya, dan Gajah lain tak pernah dilahirkan dalam pemisahan dan pengkotakan yang membodohkan ini. Kotak itu adalah sematan identitas.

“Kita semua para Gajah memiliki tradisi kesetiaan, sosial, dan suka bekerjasama dalam kondisi susah maupun senang. Tidak ada Gajah yang dilahirkan dalam kondisi yang hanya ketawa saja, pasti dia juga memiliki kepedulian untuk berbuat dan juga akan diam pada kondisi tertentu. Tidak ada Gajah yang dilahirkan gagap, kikuk, dan canggung selamanya tanpa diberi keluasan bathin untuk mencerna dan mentertawakan dirinya sendiri pada saat ia lebih dewasa. Dan tidak pernah ada Gajah cuek yang sejak lahir hingga mati hanya cuek saja tak pernah peduli dan memperhatikan lingkungan, tak punya nuansa dan tak punya keinginan untuk membangun kehidupan.

Kita semua adalah Gajah, Gajah bisa girang dengan tawanya, bisa gembira dengan kerjasama dan proses aktifnya, bisa sukacita dalam diamnya. Gajah bukan kotak-kotak kecil identitas yang sesungguhnya adalah alat identifikasi untuk mengontrol dan mengadu para Gajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun