Mohon tunggu...
Humaniora

Pria Utama Jawa

28 Oktober 2016   15:22 Diperbarui: 28 Oktober 2016   15:40 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manggung.
Ada pada diri masing-masing orang untuk berkecenderungan tampak oleh oranglain. Lebih hebat lagi tak hanya tampak namun juga terkenal. Tak hanya terkenal namun menjadi pusat perhatian banyak orang. Tak hanya pusat perhatian banyak orangtapi diikuti oleh semua orang.

Apa sesungguhnya spirit yang melatar belakangi kecenderungan ini? Sesungguhnya manusia secara bawah sadar telah mengakui bahwa gerak-gerik dan tingkah lakunya ada yang memperhatikan. Ada yang mengawasi. Ada yang menyaksikan.

Semakin seseorang mencoba mencari siapa yang mengawasinya dengan ukuran-ukuran kasat mata, semakin seseorang menjauh dari hakekat pengawasan. Semakin seseorang menyingkir dari kesaksian makin dirinya tak menyadari siapakah yang mengikuti dan setia menyaksikannya.

Itulah yang terjadi sekarang ini, berbondong-bondong orang mencari cara untuk mendapatkan ruang untuk disaksikan, dikenal, dan dipuja-puji sebanyak-banyak orang. Setiap orang rindu mengenali panggungnya untuk bisa berekspresi.

Ini juga yang sejak semula coba dipagari oleh termin kukilo. Dalam hal manggung, seseorang dianjurkan menjaga sikapnya, lidahnya, melatih perasaan dan hatinya ; “ajining rogo dumunung ono ing busono, ajining diridumunung ono ing lathi, ajining jalmo dumunung ono ing panggraito”

Jadi, meskipun tidak di mimbar, tidak di atas pentas, seseorang tak kehilangan panggungnya. Dirinya masih tetap manggung dengan menjaga sikapnya dan segala sesuatunya seakan seluruh manusia mengawasi dan menyaksikannya perform di atas panggung.

Pada keadaan tertentu, makin seseorang mencapai tingkat matang dalam mengimplementasi “aku iki lilo” makin jelas panggung tempat dirinya menampilkan diri. Ketika kontrol sikap seseorang secara bulat tertambat pada kualitas shahadahnya, kesadarannya akan kesaksian kepada Gusti Allah dan Rasul Muhammad sebagai utusanNya. Kesadaran bersaksi ini menjadi syarat mutlak untuk mengakurasi kesaksian Gusti Allah kepada dirinya. Semakin pandai seseorang bersaksi, semakin besar pula Kesaksian Allah kepada dirinya dan seluruh tindak tanduk lahir bathinnya.

3. TURONGGO

Aturing Onggo (Pitutur Badan)

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi
Setelah Kukilo, pijakan bahasan adalah pada anjuran perkataan auditif yang baik dan bermakna sehingga mampu menggapai pada ruang keAgungan(Nya). Maka pada poin Turonggo ini, akan berlanjut pada jenis komunikasi yang tampak (visual).

Pada dasarnya, jenis perkataan di dunia ini hanya ada 2. Yakni perkataan suara (audio) dan perkataan visual. Perkataan visual adalah perbuatan, amalan yang bisa ditangkap indra manusia, entah sebagai teladan atau sebagai gunjingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun