Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akademi Menulis Kompasiana - PLN : Menantikan Humas PLN Berinteraksi di Sosial Media

2 Mei 2016   22:33 Diperbarui: 2 Mei 2016   22:39 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akademisi PLN berfoto bersama Dewan Juri sebelum Penjurian (dok Pri)

Siapa yang tak kenal PLN? Hampir semua orang punya ketergantungan dengan listrik. Sejak lahir sampai mati kita masih membutuhkan listrik. Untuk penerangan adalah salah satu yang utama. Namun bagi masyarakat di daerah perkotaan, energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok yang sangat penting dan memberi ketergantungan yang besar, bukan sekedar untuk penerangan saja. Hampir dalam kegiatan kita sehari-hari berhubungan dengan listrik. 

Terutama di era digital ini, penggunaan komputer dan gadget makanannya adalah energi listrik. Karenanya orang butuh energi listrik yang bisa dibawa ke mana-mana. Power bank menjawab kebutuhan itu. Sampai sebegitunya kebutuhan manusia akan listrik. Sudah menjamah kebutuhan pokok seperti beras. Coba perhatikan orang-orang yang kehabisan energi (lowbatt) pada perangkat digitalnya, kegusarannya bisa melebihi orang yang sedang lapar lho.... Belum lagi kebutuhan-kebutuhan besar di sektor industri dan komersial.

Dengan semakin derasnya kebutuhan akan listrik, tentunya harus ada banyak terobosan yang perlu dilakukan oleh PLN. Proyek 35000 WH untuk Indonesia adalah bentuk cepat tanggap pemerintah untuk menjawab kebutuhan tersebut. Pelaksanaan proyek ini tidaklah mudah, antara lain pembebasan lahan, memastikan kinerja kontraktor yang handal, berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait. Proyek yang direncanakan dimulai dari tahun 2014 – 2019 membutuhkan serangkaian persiapan yang baik dan saling mendukung. Salah satu yang dipersiapkan oleh PLN adalah menyukseskan program ini melalui corong media sosial. 

Pemilihan media sosial dijadikan corong oleh PLN, karena melalui media sosial akan terjadi interaksi dinamis dengan masyarakat. Masyarakat lebih bebas menyampaikan keluhan dan memberi masukan berupa kritik dan saran pada PLN. Oleh sebab itu langkah PLN  mengirim 20 orang staf humas PLN dari berbagai daerah untuk mengikuti pelatihan di Akademi Menulis Kompasiana adalah wujud kesadaran akan besarnya pengaruh sosial media demi kinerja PLN yang lebih baik.

banner-pln-5727685d169373770bb3620a.jpg
banner-pln-5727685d169373770bb3620a.jpg
Upaya PLN untuk melatih Humasnya berkiprah di era digital (dok pri)

Pada hari Senin, 23 April 2016,  bersyukur saya berkesempatan mengikuti proses penjurian Akademi Menulis Kompasiana - PLN yang diadakan di PT PLN (Persero) Usdiklat Jakarta, Jln. Letjend S. Parman, No. 27, Slipi, Jakarta Barat. Pada hari ini para pemagang dari PLN ini sudah sampai pada tahap penjurian untuk menguji hasil pelatihan menulis mereka. Acara dimulai pukul 09.00 dengan sambutan dari  General Manager Pusdiklat, COO Kompasiana dan Manager Udiklat Palembang. 

Sambutan pertama disampaikan oleh GM Pusdiklat PLN Bapak Wisnu Satrijono. Beliau menyampaikan bahwa saat ini PLN lebih berfokus pada kerja dan kerja sehingga membangun komunikasi dengan pelanggannya jadi terabaikan. Akibatnya citra positif PLN kurang terbangun  di mata masyarakat. Selanjutnya Pepih Nugraha, selaku COO Kompasiana menyampaikan bahwa selama pelatihan hasil peserta termasuk sudah di atas rata-rata, apalagi mengingat waktu 4 hari sangat singkat untuk bisa melahap materi yang cukup padat. Dipaparkan pula bagaimana media sosial menghasilkan sebuah konten yang berisi hal-hal yang baik dan bermanfaat. 

Di saat pelatihan, peserta magang juga telah mencoba membuat sebuah tulisan yang dapat diselesaikan dalam waktu 15 menit. Media sosial  mempunyai efek viral karena sebuah tulisan dapat  di-sharekan oleh siapa saja secara berkelanjutan. Efek ini justru lebih mudah untuk diterima dan ditanggapi oleh masyarakat luas sebagai bentuk informasi dan edukasi yang baik. Sementara Bapak Ridho Utomo dari Udiklat Palembang menyampaikan bahwa PLN mau menjadi pioneer, sebagai perusahaan pertama yang memberi pelatihan digital media kepada para humasnya. Menggandeng Kompasiana  bertujuan peserta magang mendapat pelatihan mulai dari bawah agar "feel"nya dapat.

Check Point pertama terbagi dalam 3 kelas

Selanjutnya para peserta magang dibagi dalam 3 kelas, dimana mereka secara bergiliran mempresentasikan hasil pelatihan yang diterima serta memaparkan kelebihan, kekurangan, kekuatan dan ancaman yang mereka hadapi. Mengulas tulisan mereka dan menunjukkan kemampuan mengunggah video. Di setiap kelas terdapat 3 sampai 4 orang juri untuk menguji hasil karya tulisan para peserta magang. Para kompasianer yang hadir juga di bagi dalam 3 kelas untuk memberikan pertanyaan seputar tulisan yang telah mereka buat. Para peserta magang mendapat waktu 10 menit untuk presentasi dan 40 menit untuk menjawab tanggapan dari juri dan kompasianer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun