+++
Menjelang bentrok dengan Inggris di smifinal Piala Eropa 2020, dua kata bijak menggelembung di media sosial masyarakat Denmark.
Bangsa viking ini menolak rendah hati dari Inggris yang merasa lebih besar. Pepatah, umuligt er bare en mening (ketidakmungkinan cuma sebuah opini) dan hvor der gar energi strommer (fokuslah maka energi positif mengalir), menggema.
Secara statistik, Denmark memang paling lelah dibanding semifinalis lainnya. Tim asuhan Kasper Hjulmand ini menempuh 5.085 km sepanjang Euro 2020: dari Kopenhagen ke Amsterdam lantas ke Baku, dan kemudian ke London.
Bandingkan dengan Inggris yang hanya terbang dari London ke Roma lantas ke London lagi. Si Tiga Singa hanya menempuh perjalanan sepanjang 1.802 km.
Namun, Denmark jauh lebih Bahagia ketimbang Inggris. Dalam indeks kebahagiaan World Happines Report yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Denmark jadi negara terbahagia ketiga di dunia dalam satu dekade terakhir. Tingkat harapan hidup, dukungan sosial, kebebasan menentukan pilihan, dan kemurahan hati, sangat tinggi.
Sejarah mencatat, rasa lelah lumer saat bersua rasa bahagia. Lelah jadi jalan tikus kebahagiaan. Dalam hal ini Denmark yang dianggap kuda hitam Euro 2020 tak punya beban untuk meledak-ledak. Kalau pun kalah mereka tetap dipuja.
Inggris sebaliknya. Suporter, pengamat, mantan pemain, hingga media, sama bengisnya. Walau belum kalah, nirbobol, dan kini jadi jagoan utama di bursa juara, caci maki masih menghiasi.
Gareth Souhtgate dan anak asuhnya dalam tekanan besar. Slogan 'football is coming home' tak menjadi ajian mahabbah atau rapalan jaran goyang untuk mencapai cinta. Slogan itu malah membentuk barikade pasukan pemanah ke para pemain dan pelatih Inggris.
Dengan rasa hormat, Inggris di Piala Eropa 2020 ini kiranya sedang dalam masa yang seperti digubah William Shakespeare dalam puisi: "I am Afraid".
You say that you love rain,Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!