Mohon tunggu...
Abdul Susila
Abdul Susila Mohon Tunggu... Editor - Fanatik timnas Indonesia, pengagum Persija, pecinta sepak bola nasional

anak kampung sungai buaya yang tak punya apa-apa di jakarta selain teman dan keinginan untuk .....

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Paradoks demi Paradoks, Indra Sjafri Dibelenggu Marjin Kanan

14 Juli 2018   02:37 Diperbarui: 14 Juli 2018   03:17 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersama klub, pemain-pemain potensial ini akan terus berlatih. Berlatih, berlatih, dan berlatih, sesekali bertanding, yang mungkin hanya tanding internal. Bila beruntung, mendapat pelatih yang peduli usia muda, saat latihan memperlihatkan peningkatan, jam main diberikan. Bila dapat pelatih pragmatis, mengutamakan menang (ini pun sah), ya nasib. 

Panjang atau berkala, kiranya beda tipis. Walau tipis daya cengkramnya berbeda jauh. Karenanya tergantung Indra. Satu yang pasti. Jangan lagi paradoks tur berjilid-jilid. Ini jualan yang memalukan. 

Lawan Tanding

Mana lebih baik, bertanding di luar negeri atau tanding di dalam negeri? 

Pertama, tanding di luar negeri memakan biaya. Ratusan juta rupiah. Berhubung Piala Asia U-19 berlangsung di Indonesia, tepatnya Stadion Utama Gelora Bung Karno, kiranya keinginan tanding di luar negeri ditimbang lagi. Lebih bermanfaat duitnya buat undang tim-tim beken datang. Timnas usia Eropa atau Amerika, peringkat 30 besar dunia. 

Atau undang tim usia muda, akademi klub. Tak usah jauh-jauh klub Eropa dan Amerika, akademi klub Jepang, Korea, Australia, atau bahkan Thailand. Bertandingnya pun tidak sekali. Empat hingga lima kali. Ini seperti mendatangkan ilmu. Bisa diserap oleh banyak kalangan, bukan sebagian, seperti latih tanding di luar negeri. 

Urusan ini pun bukan tak mudah. Sama sekali tak mudah. Tapi apalah artinya kesulitan jika ada niat. Ada semangat menolak menyerah. 

Sekali lagi, jangan ada paradoks tur nusantara. Itu pencari lelah belaka. Levelnya beda. Kualitas pun tak akan meningkat. Hanya meningkatkan popularitas semu. 

Penutup

Tak ada pembuka, tetapi sengaja ditutup. 

Apa kaitan judul dan isi tulisan ini? Mungkin sedikit kaitannya. Marjin kanan itu apa? Entahlah. Saya juga tak bisa menjabarkannya. Yang pasti, saya sedang ingin menulis. 

Mohon maaf atas kelancangan saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun