Mohon tunggu...
Maitsa Shafa
Maitsa Shafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

we are all here to learn and grow

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Inner Child Dapat Mempengaruhi Kesehatan Mental?

3 November 2023   23:18 Diperbarui: 3 November 2023   23:46 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hal ini disebabkan oleh pola asuh orang tua yang kurang memberikan ruang bagi anak untuk dapat mengungkapkan perasaannya sehingga luka emosional yang dialaminya terlalu dalam. Sehingga tidak semua bisa mengontrol dan menerima inner child. Seorang individu tidak bisa menyalahkan inner child yang ada dalam dirinya, namun hal yang perlu dilakukan adalah merangkul inner child yang ada dalam dirinya. Tentu saja, semua reaksi yang dikeluarkan individu berasal dari apa yang mereka dengar, lihat, dan alami ketika mereka masih kecil. Batin anak membuat individu bereaksi tanpa menyadari sepenuhnya apa yang terjadi pada dirinya (Afriani, 2021).

Astriwi menjelaskan cara menghadapi inner child, hasil pengalaman masa lalu yang  membentuk inner child dapat dilihat dari berbagai sifat baik dan buruk seperti kemarahan dan penindasan. Sedangkan inner child  dari pengalaman yang baik bisa menjadi bersemangat dan energik. Inner child dapat menimbulkan permasalahan pada kestabilan emosi, perilaku, dan  hubungan sosial seseorang dengan lingkungan. Beberapa hal yang dapat diakukan untuk mengelola inner child adalah: i) menyadari keberadaannya, ii) mendengarkan dan memahami, iii) bermeditasi, dan iv) mencari bantuan profesional.

Inner child yang terdapat dalam diri setiap individu seharusnya menjadi sesuatu yang dapat dikendalikan baik dari segi diri sendiri maupun dari segi emosi. Penelitian yang dilakukan Gottman mengenai kebutuhan emosional anak menunjukkan bahwa anak paling bahagia dan sukses bila didengarkan, dipahami, dan ditanggapi dengan  serius oleh orang tuanya. Perasaan negatif yang dirasakan anak akan hilang bila dirinya bisa dengan mudah mengungkapkan perasaannya, memberi nama pada emosi yang dirasakannya, dan merasa dipahami. Oleh karena itu, orang tua harus mewaspadai gangguan kesehatan mental dan perilaku yang timbul akibat emosi tersebut.

Menurut Hasiana, keluarga memegang peranan penting agar anak mendapat bimbingan, pendidikan, dan arahan sehingga dapat mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik. Lingkungan keluarga yang positif dan mendukung tumbuh kembang anak adalah keluarga yang dapat membina, memberikan kasih sayang dan perhatian, serta menjadi teladan yang baik bagi anak terutama dalam mengekspresikan emosinya. Pemahaman anak terhadap emosi yang dirasakannya akan membantu anak untuk mengarahkan tindakan atau perilakunya. Orang tua yang melakukan pembinaan emosi memantau emosi anak-anak mereka, melihat emosi negatif anak-anak mereka sebagai kesempatan untuk mengajari mereka, membantu mereka memberi label pada emosi, dan melatih mereka untuk menghadapi emosi secara aktif.

Penting untuk memberikan pembiasaan pada anak agar mampu menyalurkan emosinya dengan baik. Emosi yang dirasakan anak harus disalurkan dengan baik ketika dirinya merasa marah, sedih, atau senang dengan cara mengungkapkannya tanpa meluapkan emosi pada tempat yang salah. Misalnya melampiaskan kepada teman karena hal tersebut bukanlah tindakan yang baik. Untuk mengendalikan emosi anak, orang tua harus memberikan validasi emosi terlebih dahulu sebagai bentuk memelihara kondisi kesehatan mental dengan baik.

Oleh karena itu, dengan memberikan pola asuh yang mendidik dan penuh kasih sayang, anak tidak akan merasa kekurangan kasih sayang dan kebutuhan emosi anak dapat terpenuhi. Inner child yang dimiliki oleh individu ini dapat dijadikan sebagai sesuatu yang dapat dikendalikan, baik dari segi diri sendiri maupun dari segi emosi. Namun jika kebutuhan emosional tidak diberikan validasi emosional, maka inner child akan mempengaruhi kontrol emosi yang tidak terkontrol pada diri anak sehingga menghambat tumbuh kembangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun