(Review Buku Islam, Kepemimpinan Perempuan dan Seksualitas) │
Permasalahan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki sudah mencuat sejak lama. Budaya patriarki yang sudah mendarah daging sukar untuk dihilangkan yang menjadikan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan perempuan harus tunduk kepadanya.
Hal tersebut berimbas kepada kaum perempuan yang dengan mudahnya di tindas dan disubordinasikan karena dilihat dari perempuan yang terkesan lemah dan juga melihat bahwa perempuan hanya pantas untuk melakukan pekerjaan domestik.
Banyaknya ketimpangan terhadap hak-hak perempuan di berbagai ranah, sampai dengan ranah politik. Banyak perempuan tidak bebas untuk mengekspresikan hak-hak mereka sebagai manusia dan bahkan tidak mengenali dirinya karena terbelenggu oleh ketidaksetaraan tersebut.
Neng Dara Affiah, seorang pengajar, peneliti, penulis, serta seorang aktivis perempuan menerbitkan buku berjudul Islam, Kepemimpinan Perermpuan dan Seksualitas. Buku tersebut terbit pada tahun 2017 yang merupakan gagasan -- gagasan beliau terhadap kepemimpinan islam, seksualitas perempuan yang dipadukan dengan pandangan islam.
Dilihat dari sejarah beliau yang banyak terlibat di berbagai lembaga serta organisasi Indonesia maupun luar negeri khususnya yang berkaitan dengan gerakan perempuan, bu Neng Dara terlihat sangat mendukung kesetaraan terhadap hak-hak perempuan dan dapat dikatakan juga bahwa bu Neng Dara adalah seorang muslimah feminis.
Buku ini pun terdiri dari 3 topik, Islam dan Kepemimpinan Perempuan, Islam dan Seksualitas Perempuan serta Perempuan, Islam, dan Negara. Topik pertama, Islam dan Kepemimpinan Perempuan. Dalam topik pertama, Islam dan Kepemimpinan Perempuan, membahas mengenai ketidak setujuan beberapa pihak seperti KUII (Kongres Umat Islam Indonesia) yang diketuai oleh K.H Ibrahim Hosein terhadap Megawati Soekarnoputri menjadi seorang pemimpin bangsa. Ia mengatakan bahwa islam melarang perempuan menjadi khilafah atau pemimpin bangsa. Padahal ajaran Islam adalah ajaran yang menjunjung tinggi kesetaraan di antara sesama manusia. Hal ini terkandung dalam Surat Al-Hujarat ayat 13 :
"Salah satu keutamaan ajaran Islam adalah memandang manusia secara setara dengan tidak membeda-bedakannya, berdasarkan kelas sosial (kasta), ras dan jenis kelamin. Dalam Islam, yang membedakan sesorang dengan yang lain adalah kualitas ketakwaaannya, kebaikannya selama hidup di dunia dan warisan amal baik yang ditinggalkannya setelah ia meninggal (QS. Al Hujarat 49:13)."
Masuk ke topik kedua, Islam dan Seksualitas Perempuan, yang membahas mulai dari pernikahan dalam berbagai perspektif agama, poligami hingga penggunaan jilbab.
Pembahasan pada topik ini memperlihatkan bahwa perempuan hanya menjadi objek teadap laki-laki.seperti yang terdapat pada pembahasan pernikahan dalam berbagai perspektif agama, pernikahan yang ditujukan agar pasangan memiliki keturunan agar ajaran ajaran agama yang dianut tetap terlestarikan.
Seperti yang terkandung dalam hadis populer "Nikahilah olehmu perempuan yang dapat memperbanyak anak" (Hadis), perempuan peremepuan yang menjalani kehamilah hanya terlihat sebagai penghasil anak sesuai dengan keiinginan suami yanpa mempertimbangkan situasi emosi dan tubuh perempuan yang rentan akibat kelahiran itu sendiri.
Pernikahan juga bertujuan untuk menghindari dari praktik perzinahan. Perzinahan itu pun hanya merugikan bagi kaum perempuan, karena yang terkena imbasnya seperti sanksi sosial dan lainnya hanya perempuan. Yang membekas setelah melakukan perzinahan itu hanya terlihat pada perempuan. Sedangkan tidak pada laki-laki, dan ini menjadi sebuah ketidak adilah terhadap perempuan itu sendiri.
Dan topik terakhir, Perempuan, Islam, dan Negara, pembahasan dimulai dari feminisme dan islam sampai permasalahan virginitas dan praktik inses dalam perspetif agama.
Seperti yan terdapat pada pemasalahan virginitas, ada perpekif bahwa keperawanan sebagai konstruksi "harga" dan lambang kesucian bagi perempuan. Keperawanan hanya dijadikan tolak ukur dalam mepertimbangkan perkawinan maupun perceraian. Para pria patriarkis akan lebih memilih perempuan yang masi perawan dibandingnkan dengan ketertaikannya terhadap kepribadiannya.
Hal ini tentunya tidak adil bagi banyak perempuan. Karena perempuan yang sudak tidak lagi perawan akan merasa was-was terhadap penolakan dari suaminya dan isa saja menjadi korban kekerasan psikis dan fisik dari suaminya hingga mengalami penderitaan seumur hidupnya.
Perempuan yang selalu disalahkan padahal awal dari pemasalahan atas ketidak perawanan seorang perempuan bisa jadi diakibatkan oleh laki-laki. Konsep keperawanan ini adalah sebuah konsep yang dibangun oleh patriarki yang tujuannya pengutamaan kaum laki-laki dan pengecilan perempuan dengan melihat perempuan dari selaput dara bukan dari kepribadian ataupun kemampuan.
Dengan pemilihan topik yang menarik dan juga jarang dibahas membuat buku ini menjadi buku yang menurut saya perlu untuk dibaca. Pemilihan bahasa yang lugas dan penggunaan kalimat yang ringan pun menjadikan pembaca dapat dengan mudah untuk memahami apa isi topik yang sedang dibahas dan mengerti dengan inti dari topik tersebut.
Buku ini juga menyadarkan para pembaca bahwa kesetaraan harus selalu diperjuangkan, memberi pengetahuan secara mendalam mengenai kesetaraan perempuan dan memberikan wawasan yang lebih terhadap kesetaraan hak perempuan itu sendiri.
Judul : Islam, Kepemimpinan Perempuan dan Seksualitas
Penulis : Neng Dara Affiah
Halaman : xii + 200 halaman
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Terbit : 2017
ISBN : 978-602-433-555-7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H