Mandy sigap meraih tangan Alissa, dibantu lima pria yang sejak tadi memperhatikan Alissa-cenderung mengincar. Ibu, di dekat pintu tampak menggenang-genang airmatanya.
"Maafkan Ibu kali ini, nak."
Sosok penuh cinta itu hanya memandangi Alissa yang terus meronta ketika melintas di hadapannya. Mandy menyerahkan selembar foto yang selalu dipeluk Alissa, bahkan saat tengah bercerita padaku.
Sebentar, hmmhh... rupanya lelaki di foto itu yang bernama Langit. Memang nama yang sama denganku, sih. Itu lelaki yang setiap hari dinanti oleh Alissa. Tapi, mengapa Mandy bilang Langit sudah mati?
Di halaman depan rumah aku melihat Alissa dituntun memasuki sebuah mobil. Kondisi tubuhnya tampak sekali lemas. Aku menduga cerita Alissa akan berjeda beberapa waktu.
Ternyata tidak. Alissa tak pernah berhenti bercerita. Alissa terus bicara pada Langit, meski bukan padaku. Tapi yang menyenangkan adalah Alissa tak perlu takut-takut kini. Ia sempurna dalam dunianya. Ia tak lagi berbeda.
Semua orang adalah Alissa.
[-]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H