"Dan Ibu kemudian sibuk sekali, Lang. Malam temu keluarga segera digelar, juga segera menentukan tanggal pernikahan. Semua orang berbahagia, juga Mandy -- kakak yang dengan sepenuh rela kulangkahi sebab ia masih ingin membesarkan karirnya. Tapi pun Mandy telah berubah sejak kau terlambat."Â
Alissa diam sejenak. Ayolah, lanjutkan ceritamu, Alissa. Aku masih mendengarkan.
"Aku tak mengerti. Keterlambatanmu di hari pernikahan membuat mereka cemas. Sedangkan aku percaya kau pasti datang. Ini hanya soal waktu. Toh kau pun datang tepat janji di malam lamaran yang syahdu itu, kan?"Â
"Mereka tak ingin sabar, pernikahan dibatalkan. Mereka secepat itu mengambil keputusan, padahal aku masih ingin tetap menunggumu. Aku percaya kau, Lang. Kau tak pernah membohongiku."
Cerita Alissa tiba-tiba terhenti, seseorang memanggilnya.
"Alissa, kau harus ikut kali ini, nak."
Itu suara Ibu. Tapi ia tak sendirian. Ada lima orang pria di belakangnya. Mandy juga ada di sana.
Alissa tampak terkejut dan entah mengapa ia begitu bingung, seperti mencari tempat berlindung.
"Langit pasti datang, Ibu, Langit pasti datang!!"
Alissa berteriak-teriak.
"Langit sudah mati, Alissa!"