"Terlempar? Maksud Prof jatuh ke tangan as..."
"Ya! Dan itu yang tengah kami perjuangkan saat ini. Meski sulit sekali. Kau tahu, world bank mencatat inflasi tak terkendali dari Negara kita ini setiap tahunnya."Â
Aku seperti bayi yang belum mengenal apapun mendengar penjelasan Prof. Rad barusan.
***
Waktu telah pukul dua dini hari ketika arlojiku berdenting. Banyak mengingat Prof. Rad membuatku tak sedikitpun merasakan kantuk.
"Nama lengkapku?" Prof. Rad tertawa saat aku bertanya perihal namanya.
Aku tersenyum. Bersama Prof. Rad aku layaknya kanak yang tak ingin berhenti bertanya. Rambutnya yang menembaga mengingatkanku pada sosok ayah yang telah lama pergi.
"Radio. Rad for Radio."
"Radio? Nama yang unik."
"Ya. Orangtuaku menyukai benda berbunyi bernama radio."
Baru terangkat bibirku menuju pertanyaan berikutnya, Prof. Rad telah lebih dahulu menyambar, "Kau tak akan mengenalnya, Al. Radio, handphone, televisi, komputer, pc, dan lain sebagainya adalah produk yang tidak pernah terpakai lagi tiga puluh tahun terakhir ini semenjak ditemukan display digital chip atau ddc seperti yang kau miliki itu, karena ddc telah merangkum segala kebutuhan elektronik manusia dan bekerja dengan otomatis serta mudah diletakkan di mana saja sebab bentuknya berupa chip."