"Saya sudah bicara pada lelaki itu, dan ia berkata setiap anak memang harus mencintai Ayahnya," saya menatap mata cemas Judith, "saya juga sudah menambahkan bahwa saya tidak mencintainya seperti itu."
Judith tak menanggapi apa yang saya katakan.
"Ayah menolak saya. Tapi bukan itu yang membuat saya bersedih."
Dia masih menatap saya sedang bibirnya telah lama beku.
"Ayah mengatakan bahwa dia teramat mencintai Ibu saya. Sedang saya hanya berpikir sederhana, dan melakukan hal-hal sederhana. Sesederhana ketika ada yang membuat cinta saya gerhana, ia harus disingkirkan. Siapapun itu. Lalu apa yang salah?"
Perlahan kepala Judith menggeleng. Dan setelah tak puas, baru bibir pucatnya mengucap sesuatu,
"Joanna, saya tidak tahu harus bersedih untuk siapa. Untukmu atau untuk Ibumu."
[-]
XM, Dec 16, '17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H