Mohon tunggu...
Suci Maitra Maharani
Suci Maitra Maharani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tidak suka kopi

Quarter of Century

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Tanggal yang Tidak Tertera di Kalender

1 Januari 2017   00:04 Diperbarui: 1 Januari 2017   04:02 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasa, hari terakhir pada bulan terakhir setiap tahun Ayah selalu mengajakku mengunjungi toko kalender. Ayah akan membeli satu kalender khusus dan istimewa, dengan tanggal-tanggal yang jelas dan seluruhnya berwarna hitam. Tidak ada warna merah dalam kalender Ayah, karena katanya setiap hari dalam hidup ini adalah hari kerja.

“Bagaimana jika aku ingin berlibur bersama Ayah?”

“Itu juga hari kerja, hari kerja Ayah membahagiakanmu.”

“Kalau aku ingin bermain bersama ayah seharian?”

“Itu juga hari kerja, hari kerja Ayah bermain bersamamu.”

Tak ada yang perlu dikhawatirkan, kalender Ayah sudah dirancang khusus dengan tanggal yang hebat, sehingga hari kerja yang padat tak akan merebut Ayah dariku.

Sepulang membeli kalender baru pada hari terakhir di bulan terakhir, Ayah akan membongkar kalendernya dan menyusun ulang tanggal-tanggal. Ini perlu, karena menyusun ulang tanggal-tanggal akan membuatmu menguasai mereka, jelas Ayah suatu waktu. Ayah memang amat menekankan itu. Sebab jika tidak, tanggal-tanggal akan berubah menjadi makhluk buas yang tak segan memangsa tanpa pandang siapa, dan yang paling berbahaya adalah tanggal-tanggal bisa saja menjadi penipu yang datang dengan amat halus, menutup mata orang-orang dan membisiki telinga. Apa yang mereka bisikkan ke telinga orang-orang? Aku bertanya dengan penuh penasaran. Mereka akan mengatakan bahwa tanggal masih banyak, tak perlu bergegas menjalankan tugas, orang-orang boleh bermalas, jawab Ayah. Kemudian Ayah menambahkan bahwa orang-orang yang tertipu akan banyak menyesal, sebab mereka yang bermalas dan menunda pekerjaan akan tertinggal oleh tanggal-tanggal yang memang bergerak amat cepat. Mereka dikuasai tanggal, maka kita tak boleh menirunya, tandas Ayah.

Ayah menggelar dua kalender, satu kalender tahun lalu, satu lagi kalender baru. Mata ayah berpindah-pindah, mencocokkan banyak hal. Sesuatu yang belum selesai di kalender tahun lalu akan dipindahkan di kalender baru. Aku menatap takjub tanggal-tanggal yang sudah Ayah beri tugas masing-masing.

Tiba-tiba Ayah menyerahkan alat tulis padaku.

“Ek, pilih tanggal dan tuliskan cita-citamu.”

Aku terkejut, Ayah tak pernah melakukan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun