Mohon tunggu...
Suci Maitra Maharani
Suci Maitra Maharani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tidak suka kopi

Quarter of Century

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Sadturdie Night | De

22 Oktober 2016   19:13 Diperbarui: 22 Oktober 2016   19:18 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Ia berdiri di tepi rumpun pagar bunga reoussa, kabarnya negeri lain menyebut bunga ini dengan nama rose atau mawar. Aku mengamatinya dengan teliti, sebab ia berbeda dengan siapapun yang ada di negeri kami. Kulitnya sama putih, tapi postur tubuhnya lebih tinggi. Bola matanya hijau redup, berbeda dengan bola mata orang-orang di Nogalt yang kesemuanya berwarna emas pudar. Quissenya kokoh panjang dan berbulu mengkilat, berbeda dengan kami yang cenderung lebih kecil. Dan, untuk deskripsi lainnya aku hanya ingin menyebut laki-laki ini dengan satu kata, tampan.

Kami memulai semuanya tanpa apapun, hanya sebuah cerita. Ia tiba-tiba menyampaikan berbagai macam kisah padaku yang setia mendengarkan, dan semua terasa semakin tak mudah. Aku secara otomatis selalu menunggu dirinya di sekitar rumpun reoussa. Menanti saat-saat menegakkan cuping kuping atasnya yang pandai mengulas banyak cerita, terutama tentang nenek moyang. Juga bunga, pohon, rumput dan angin yang berhembus, ia seperti mengetahui segala asal usulnya. Berkali aku berdecak mendengar kisah yang mengalir darinya. Hingga Nan-gan dan dirinya membuat aku betah, kadang lupa untuk pulang ke rumah.

“Apakah malam hari di sini terang?” tanyaku.

“Kau belum tahu?”

Aku menggeleng.

“Kau ingin tahu?”

Aku mengangguk.

“Bulan kesepuluh, setelah delapan gerhana.” katanya, dan aku harus pulang.

[...]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun