Mohon tunggu...
Suci Maitra Maharani
Suci Maitra Maharani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tidak suka kopi

Quarter of Century

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Gelanggang Suro

2 Oktober 2016   16:10 Diperbarui: 2 Oktober 2016   20:00 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kamu sudah diwariskan, Nduk. Maka terimalah, dan jangan mengelak. Mengabdilah.”

Suara Ibunya menggema dari atap-atap ufuk. Ia tak mengerti, terpenting adalah ia selamat kini.

Ia bersiap menjawab titah sang Ibu dan hendak menolak. Namun mengherankan manakala rahang terbuka, telinganya seketika menangkap lolongan panjang keluar dari mulut yang sama miliknya, memecah gulita manunggal setelah bulan entah sejak kapan lenyap.

***

“Res, Restu, bangun!” sebuah suara memanggilnya.  

Ia hampir terlonjak. Segera dengan serakah dihirupnya udara banyak-banyak. Dahinya basah, tubuhnya juga. Jarum arlojinya menunjuk dinihari pukul setengah tiga.

“Mbak, aku mimpi soal itu. Ibu bilang aku sudah diwariskan ke Eyang Widalangka. Katanya aku harus mengabdi, aku tak boleh lagi mengelak. Mbak, aku takut. Aku tak mau.”

Sosok Mbak di hadapannya menggeleng. Air matanya mengucur sejak tadi tak henti-henti.

“Bapak meninggal, Res,” ucapnya berbarengan dengan elu tangis meledak.

“Hah? Kenapa?”

Yang ditanya tak menjawab, malah makin khusyuk kian gugu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun